Senin, 25 Februari 2013

TANPA JUDUL

kali ini gua akan ngepos tentang cerita pribadi gua yah itung itung iseng tapi serius hehehe
kenalin nama gua Arrizal Wahyu Utama salah satu mahasiswa yang sekarang ini duduk di semester emapt di salah satu perguruan tinggi paling terkenal di Lampung. gua kuliah di Universitas Lampung (UNILA), Fakultas Keguruuan dan Ilmu Pendidikan Prody guaa PGSD ya mau terusin kerjaan orang tua gua hehehe saat pertama gua masuk kuliah gua merasa sedikit bingung dengan apa itu PGSD tapi ternyata lama kelamaan ya gua ngerti juga kuliah yang gua ambil sekarang. sebener nya gua si males ambil PGSD tadinya gua mau ambil OLAH RAGA karenaa gua suka OLAHRAGA terutama sepak bola dan gua paling suka sama team inggris Manchester United sangking ngefans nya gua mah rela ngeluarin uang banyak karena buat beli jersey yang terbaru hehehe yah naa juga udah suka apapun ya harus di lakuin buat yang kita suka walaupun haruus jatuh bangun buat dapetinnya semua itu dengan susah payah hehehe tapi tak apa lah itung itung buat belajar kerja kerang untuk mendapatkan sebuah barang yang kita inginkan dengan usaha yang kita ya dengan nabung salah satu nya. yap seperti pepatah bilang Rajing Pangkal Pandai Hemat Pangkal Kaya nah pepatah itu yang buat gua semangat buat nabung dan yah hasilnya lumayan hehehe nama nya juga usaha. yah tak terasa hari pertama gua masuk kuliah gua seneng sama temen temen gua yang baru ynag gilaaaaaa dan seru karena udah kenal waktu propti universitas. waktu hari pertama masuk kuliah dengan pakaian rapi dan sedikit culun heheheh karena jarang sekolah makek sepatu pantopel hehhee sedikit aneh gitu makek sepatu kayak gtu seasa seperti jin sepatu itu panjaaaanggg sekali rasanya hehehe padahal ya gak panjang panjang amat si heheheh cumam ukuran 41 soalnya kalok ada yang mau beliin itu tadi nomer sepatu gua jjjiiiaahahh ngarep gua hehehe. ok gua berangkat dengan PD nya gua ke kampus bareng temenn gua yang baru gua kenal pas propi heheheh masih agak gak ngerti soalnya heheheh waktu itu gua berangkat sama temen gua yang namanya Adi Prasetyo. anak nya itu lucu temen gua yang satu ini soalnya agak melaambai orang nya hehheeh jadi seru buat kongekan heheheh yah itu lah gua orangnya sedikit iseng dan tapi gua orangnya gak jail hehehe lanjut ke taddi gak kerasa sampek juga di kampus yang tempat nya si gak jauh jauh juga dari rumah yah cuam 8 km klalok di itung itung tapi ngapain di itung itung kan gua bukan ukur jalan hehehe sampek di kampus hawanya itu seger banget hiaunya runput bikin melek merem ya waktu itu kita masuk setelah lebaran idul fitri bro. sangking hijaunya kampus gua kayak hutan rumput bro tinggi tinggi sekali gitu rumputya bagaikan hidup hutan dah hehehe tapi gak appa lah gua gak masuk sisni gua juga bakal bingung mau masuk mana gak ada pilihan lagi mau masuk perguruan tinggi mana lagi selain UNILA yahh udah langganan juag dari keluarga keluarga gua dari dulu kalok kuliah di UNILA semua heheheh agak sombong dikit hehheehe dan gua mulai kenalan satu persatu sama temaan teman gua satu kels kebetulan gua msuk kelas A yang anak anak nya syper solid di segala bidang  termasuk mencontek wwwaaahhhh solid banget meraka kalok udah suruh nyontek pas UAS or UTS kayak orang disuruh kalok udah nyontek tu gak pandang ada dosen atau tidak heheeh tai semu itu becanda br otemen gua semua itu pada pinter pinter semua dan saling bersaing dapetin IP tertinggi jadi malu lah kalok dapet IP yang kecl heheheh. gak kerasa udah di akhir semeter satu yang seru mantao penuh cerita dari teman teman dari berbagai daeah yang ada di lampung seru lah pokoknya dengerr cerita dia orag biisa penasaran oengen maen kerumah mereka heheeh. hhheeemmmm libur kali ini lumayan lama eh gak lama lagi deng tapi sui nya masya allah karenan luiburnya 2 bulan lebih sampek jenggotan gua di rumah mulu gak ada kegiatan sama sekali cuma nunggu hasil dapet IP berapa setelah kita selesai semeter satu, rasanya itu kayak mau copot mau liat nilai yang keluar berapa maklum masih semester satu jadi ya bisa salting dan parno duluan liat gituan aja hahhahaha. dan akhirnya setelah lama gak keluar keluar nilai yang ditunggu tungu itu keluar juga dan alhamdulilah banget ga dapet nilali yang lumayan lah buat modal di awal semester. liburan semakin gak jelaas dan tanpa arah dan semakin galau ntah gak jelas mau kemnaa dan akhirnya gua mutusin buat melancong ke jakarta yah harus rela pergi ninggalin pacar selama satu bulan heheheh tapi tak apalah yang oenting gua seneng dan gak setres gua nya. sampek di jakarta itu rasanya beda banget kyak di lampung rasanya itu kayak masuk dalem open raksasa panas nya 880 derajat beeeggghhh gile ne kota apa gurun gua bilang panas bener rasanya kayak bocor neraka rassanya hehehehe gak tahan sama panas nya gua soalnya

Kamis, 14 Februari 2013

PROSEDUR PENILAIAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi mengharuskan semua guru sebagai pendidik untuk pengembangan silabus dan merubah pula system penilaian yang digunakan dengan menerapkan sistem penilaian berbasis kompetensi. Sistem penilaian berbasis kompetensi lebih mengarah pada penilaian kelas, yaitu penilaian yang dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Penilaian ini tidak hanya menitikberatkan pada kemampuan kognitif, tetapi juga mencakup ranah psikomotor, dan efektif.
Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauh mana proses belajar tersebut telah memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang diharapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu. Pertama, tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional. Kedua, butir-butir tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representative dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap dapat mewakili seluruh performance yang telah diperoleh selama pesrta didik mengikuti suatu unit pengajaran. Ketiga, bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi. Keempat, tes hasil belajar harus didasain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Kelima, tes hasil belajar harus memiliki realibilitas yang dapat diandalkan. Keenam, tes hasil balajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat mengambil beberapa rumusan masalah diantaranya:
1.      Apa pengertian tes?
2.      Apakah fungsi dan komponen-komponen tes?
3.      Apa saja ciri-ciri tes yang baik?
4.      Apa saja jenis tes sebagai instrumen asesmen?
5.      Bagaimana langkah-langkah penyusunan tes?
6.      Bagaimana langkah-langkah pengembangan tes?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis dapat mengambil beberapa tujuan penulisan diantaranya:
1.      Untuk mengetahui pengertian tes.
2.      Untuk mengetahui fungsi dan komponen-komponen tes.
3.      Untuk mengetahui ciri-ciri tes yang baik.
4.      Untuk mengetahui jenis tes sebagai instrumen asesmen.
5.      Untuk memahami langkah-langkah penyusunan tes.
6.      Untuk memahami langkah-langkah pengembangan tes.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Tes
Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tesdengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes berasal dari bahasa Perancis yaitu “testum” yang berarti piring untuk mentisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan untuk menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk dapat melihat, mengukur, dan menemukan peserta tes yang memenuhi kriteria tertentu.
Adapun pengertian tes menurut beberapa ahli adalah:
1)      Menurut F.L. Goodeneough dalam Sudijono (2008: 67), tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain.
2)      Menurut Norman dalam Djaali dan Muljono (2008: 7), tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik, dan objektif yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam proses pengajaran yang dilakukan oleh guru.
3)      Menurut Arikunto (2010: 53), tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
4)      Menurut Sudijono (2011: 67), tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.
Cronbach (dalam Azwar, 2005) mendefinisikan tes sebagai “a systematic procedure for observing a person’s behavior and describing it with the aid of a numerical scale or category system”. Menurut Ebster’s Collegiate (dalam Arikunto, 1995), tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dari dua definisi tersebut dapat ditarik pengertian bahwa: (1) tes adalah prosedur pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis, untuk mengukur atribut tertentu, dilakukan dengan prosedur administrasi dan pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama; (2) tes pada umumnya berisi sampel perilaku, cakupan butir tes yang bisa dibuat dari suatu materi tidak terhingga jumlahnya, yang secara keseluruhan mungkin mustahil dapat tercakup dalam tes, sehingga tes harus dapat mewakili kawasan (domain) perilaku yang diukur, untuk itu perlu pembatasan yang jelas; (3) tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang dipelajari dengan cara menjawab atau mengerjakan tugas dalam tes. Respon subjek atas tes merupakan perilaku yang ingin diketahui dari penyelenggaraan tes, karena tes memang mengukur perilaku sebagai manifestasi atribut psikologis yang mau diukur.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengevaluasi individu maupun kelompok yang mempunyai standar objektif untuk mengamati satu atau lebih karakteristik seseorang yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Tes pada dasarnya adalah alat ukur atribut psikologis yang objektif atas sampel perilaku tertentu. Dalam psikologis, tes dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu: (1) tes yang mengukur intelegensia umum yang dirancang untuk mengukur kemampuan umum seseorang dalam suatu tugas; (2) tes yang mengukur kemampuan khusus atau tes bakat yang dibuat untuk mengungkap kemampuan potensial dalam bidang tertentu; (3) tes yang ditujukan untuk mengukur prestasi yang digunakan untuk mengungkapkan kemampuan actual sebagai hasil belajar; (4) tes yang mengungkap aspek kepribadian (personality assessment) yang bertujuan mengungkap karakteristik individual subjek dalam aspek yang diukur. Melihat penggolongan di atas, tes dalam pembelajaran di kelas yang menjadi pembahasan ini adalah tes prestasi atau hasil belajar. Tes sebagai alat ukur dapay menyediakan informasi-informasi objektif yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penentuan keputusan yang harus diambil pendidik terhadap proses dan hasil belajar yang dilakukan siswa dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu :
a)      Keputusan yang diambil pada permulaan proses pembelajaran
Penggunaan tes sebagai dasar pengambilan keputusan pada permulaan proses pembelajaran bermuara pada dua pertanyaan yang harus dijawab oleh pendidik sebelum memulai proses pembelajaran yaitu; (1) sejauhmanakah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran yang berupa kemampuan awal yang diperlukan untuk mengikuti proses pembelajaran, (2) sejauhmanakah kemampuan dan keterampilan yang telah dicapai peserta didik terhadap pembelajaran yang direncanakan. Keduanya akan menentukan keputusan guru dalam merancang materi dan metode pembelajaran yang direncanakan.
b)     Keputusan selama proses pembelajaran
Tes dapat pula digunakan selama proses pembelajaran (tes formatif). Tes formatif dapat diberikan baik dalam bentuk tes tulis maupun tes lisan, baik dengan jawaban uraian maupun tes objektif.
c)      Keputusan-keputusan pada akhir pembelajaran
Tes fomatif yang diberikan guru pada akhir pembelajaran ditujukan untuk mengetahui apakah kompetensi dasar yang dirumuskan dalam program pembelajaran (satuan pembelajaran) telah tercapai atau belum. Jadi, fungsi tes pada akhir pembelajaran adalah untuk mengukur daya serap siswa pada materi pembelajaran. Sehingga guru dapat merencanakan tindak lanjut terhadap rencana, proses, media, metode, dan suasana pembelajaran. Seperti penilaian selama proses keputusan akhir pembelajaran dapat berasal dari informasi tes objektif atau tes subjektif.

B.     Fungsi dan Komponen-Komponen Tes
v  Fungsi Tes
Adapun fungsi tes adalah : 
1.      Sebagai alat pengukur terhadap  peserta didik, dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2.      Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah beberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.
v  Komponen-Komponen Tes
Komponen atau kelengkapan sebuah tes terdiri atas :
1)      Buku tes
Buku tes yaitu lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang harus dikerjakan oleh siswa.
2)      Lembar jawaban tes
Lembar jawaban tes yaitu lembaran yang disediakan oleh penilaian bagi testee untuk mengerjakan tes. 
3)      Kunci jawaban tes
Kunci jawaban tes berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci jawaban ini dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki atau kata/kalimat. Untuk tes bentuk uraian yang dituliskan adalah kata-kata kunci ataupun kalimat singkat untuk memberikan ancar-ancar jawaban.
Ide dari adanya kunci jawaban ini adalah agar :

§  Pemekrisaan tes dapat dilakukan oleh orang lain,
§  Pemeriksaannya betul,
§  Dilakukan dengan mudah,
§  Sedikit mungkin masuknya unsur subjektif.
4)      Pedoman penilaian
Pedoman penilaian atau pedoman scoring berisi keterangan perincian tentang skor atau angka yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah dikerjakan.

C.    Ciri-ciri tes yang baik
Menurut Arikunto (1992), Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memiliki persyaratan tes, yaitu memiliki:
1.      Validitas
Sebuah tes disebut valid apabila tes tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Contoh, untuk mengukur partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat melalui: kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran, ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada permasalahannya.
2.      Reliabilitas
Berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya. Tes dapat dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan. Jika dihubungkan dengan validitas, maka: Validitas adalah ketepatan dan reliabilitas adalah ketetapan.
3.      Objektivitas
Sebuah dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. hal ini terutama terjadipada sistem scoringnya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada sistem scoringnya, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.

4.      Praktibilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah pengadministrasiannya. tes yang baik adalah yang: mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.
5.      Ekonomis
Yang dimaksud ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.

D.    Jenis Tes sebagai Instrumen Asesmen
a.      Jenis Tes Berdasarkan Tujuan Penyelenggaraan
1)      Tes seleksi (selection test)
Tes seleksi diselenggarakan untuk memilih peserta guna diikutsertakan dalam kegiatan yang menuntut kemampuan tertentu. Penentuan jenis kemampuan dan tingkat penguasaan pada tes seleksi, sepenuhnya tergantung pada kebutuhan akan kemampuan yang dibutuhkan untuk dapat mengikuti kegiatan. Dengan demikian, berdasarkan hasil tes seleksi seseorang dapat dinyatakan diterima atau berhasil dan tidak diterima atau tidak lolos untuk mengikuti program kegiatan yang direncanakan. Sebagai contoh, jika akan menyelenggarakan tes seleksi untuk pemandu wisata maka akan lebih baik menitikberatkan kemampuan berbicara daripada kemampuan menulis.
2)      Tes penempatan (placement test)
Tes penempatan umumnya  diselenggarakan menjelang dimulainya suatu program pengajaran, dengan maksud untuk menempatkan seseorang pada kelompok yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya.
3)      Tes hasil belajar (achievement test)
Brown (2004) memberikan pengertian tes hasil belajar merupakan “a test to see how far student achieve materials addressed in a curriculum within a particular time frame”. Hasil belajar yang diungkap lewat tes hasil belajar dapat mengacu pada hasil pengajaran secara keseluruhan pada akhir penyelenggaraan atau pada kurun waktu tertentu.
Sebagai tes yang memfokuskan pada hasil yang telah dicapai oleh suatu bentuk pengajaran, tes hasil belajar memiliki kaitan yang erat dengan apa yang telah diajarkan (kurikulum). Kaitan itu terutama pada hal isi tes. Isi tes harus secara jelas mencerminkan hasil pengajaran yang secara nyata telah diselenggarakan.
4)      Tes diagnostik (diagnostic test)
Mendiagnosis berarti melakukan observasi terhadap penyakit tertentu, sebagai dasar menentukan macam atau jenis penyakitmya. Jadi, tes diagnostik sengaja dirancang sebagai alat untuk menemukan kesulitan belajar yang sedang dihadapi siswa. Hasil tes diagnostik dapat digunakan sebagai dasar penyelenggaraan pengajaran yang lebih sesuai dengan kemampuan siswa sebenarnya., termasuk kesulitan-kesulitan belajarnya. Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Hasil tes diagnostik memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami. Oleh karenanya, tes ini berisi materi yang dirasa sulit oleh siswa, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah.
5)      Tes uji coba
Untuk mengetahui apakah tes yang dikembangkan bagus, perlu serangkaian uji coba untuk memperoleh informasi, tidak hanya tentang ciri-ciri tes yang penting, seperti validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan, dan tingkat pembeda, melainkan juga segi-segi lain, seperti kecukupan waktu, kejelasan tulisan, maupun perintah tes, dan lain sebagainya.

b.      Jenis Tes Berdasarkan Tahapan/Waktu Penyelenggaraan
1)      Tes masuk (entrance test)
Tes masuk diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu program pengajaran dimulai. Sama dengan tes seleksi, tes masuk diselenggarakan untuk menentukan apakah seorang calon dapat diterima sebagai peserta program pengajaran karena ia memiliki jenis dan kemampuan yang dipersyaratkan. Tes masuk dirancang secara khusus dan disesuaikan dengan tujuan program pengajaran. Semakin sesuai isi tes masuk itu dengan tujuan pokok program pengajaran, maka akan semakin tinggi tingkat relevansi serta efektivitas dari tes masuk tersebut.
2)      Tes formatif (formative test)
Tes formatif dilakukan saat program pengajaran sedang berlangsung (progress), tujuannya untuk memperoleh informasi tentang jalannya pengajaran sampai tahap tertentu. Informasi tersebut penting untuk mengetahui apakah program pengajaran berjalan sesuai dengan format yang ditentukan sehingga dipertahankan atau program pembelajaran memerlukan perubahan atau penyesuaian, hasilnya berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Tes ini dilakukan secara periodik sepanjang rentang proses pembelajaran, materi tes dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran tiap pokok bahasan atau sub pokok materi. Jadi tes ini untuk menentukan keberhasilan belajar dan untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran.
3)      Tes sumatif (summative test)
Tes sumatif diselenggarakan untuk mengetahui hasil pengajaran secara keseluruhan (total). Item tes sumatif atau bahan cakupannya meliputi seluruh materi yang telah disampaikan. Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya untuk menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Tingkat keberhasilan dinyatakan dengan skor atau nilai, pemberian sertifikat, dan sejenisnya.
4)      Pra-tes dan post-tes
Untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki seorang siswa di awal program pengajaran, kadang-kadang diselenggarakan pra-tes. Tingkat pengetahuan awal ini penting untuk menentukan sejauhmana kemajuan seorang siswa. Kemajuan yang dicapai bisa dilihat dari perbandingan hasil pra-tes dengan hasil tes yang diselenggarakan di akhir program pengajaran (post-test).

c.       Jenis Tes Berdasarkan Cara Mengerjakan
1)      Tes tertulis
Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya, namun tes yang disampaikan secara lisan dan dikerjakan secara tertulis masih digolongkan ke dalam jenis tes tertulis. Sebaliknya tes yang soalnya diberikan dalam bentuk tulisan sedangkan jawabannya berbentuk lisan tidak dapat dikategorikan ke dalam bentuk tes tertulis.
2)      Tes lisan
Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban semuanya dalam bentuk lisan. Karena tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrument asesmen yang lain.
3)      Tes unjuk kerja
Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

d.      Jenis Tes Berdasarkan Cara Penyusunan
1)      Tes buatan guru (teacher-made test)
Untuk melakukan tugas evaluasi, seorang guru harus mengembangkan alat ukur, salah satunya tes. Tes yang dikembangkan sendiri oleh guru disebut tes buatan guru. Jadi tes buatan guru adalah tes yang dirancang dan dipersiapkan oleh guru, namun tetap mengacu pada karakteristik tes yang baik dan dilakukan secara cermat untuk tetap menjamin validitas maupun reliabilitasnya.
2)      Tes terstandar (standardized test)
Tes terstandar adalah tes yang dikembangkan dengan mengikuti prosedur serta prinsip pengembangan tes secara ketat. Semua prosedur pengembangan tes diikuti sehingga ciri-ciri tes sebagai alat ukur yang baik dapat dipenuhi. Dengan demikian, tingkat validitas, reliabilitas, kepraktisan, maupun daya beda sudah bukan menjadi masalah lagi.
e.       Jenis Tes Berdasarkan Bentuk Jawaban
1)      Tes esai (essay-type test)
Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan. Keunggulan tes uraian, guru dapat mengukur kemampuan siswa dalam hal mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat sendiri. Sedangkan keterbatasannya adalah cakupan materi pelajaran yang terbatas, waktu pemeriksaan jawaban yang lama, penskorannya cenderung subjektif, dan umumnya kurang handal dalam pengukuran.
2)      Tes jawaban pendek
Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esai, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas, maupun angka-angka. Termasuk ke dalam tes jenis ini adalah tes yang mewajibkan siswa untuk mengisi bagian yang kosong dari sebuah kalimat atau teks. Sehingga diharapkan dapat memberikan jawabannyasesingkat mungkin.
3)      Tes objektif
Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut tes pilihan jawaban (selected response test). Butir soal telah mengandung kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes.
Menurut Subino (1987) perbedaan yang khas bentuk soal objektif dibanding dengan soal esai adalah tugas peserta tes (testee) dalam merespons tes. Pada tes objektif, tugas testee adalah memanipulasikan data yang telah ada dalam butir soal. Oleh karena itu, tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannyadapat dilakukan secara objektif. Karena sifatnya yang objekif maka penskorannya dapat dilakukan dengan bantuan mesin. Soal ini tidak memberi peluang untuk memberikan penilaian yang bergradasi karena hanya mengenal benar dan salah. Soal tes objektif sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar kognitif tingkat rendah. Hasil-hasil belajar kompleks seperti menciptakan dan mengorganisasikan gagasan kurang cocok diukur menggunakan soal bentuk ini. Soal objektif sangat bervariasi bentuknya. Variasi yang bisa dibuat dari soal objektif adalah benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi, dan jawaban singkat.

E.     Langkah-Langkah Penyusunan Tes
Dalam menyusun tes sebagai alat ukur hasil belajar perlu dipertimbangkan beberapa permasalahan yang merupakan keterbatasan dari tes sebagai alat ukur psikologis (Saifuddin, 2005) :
a.       Atribut psikologis termasuk hasil belajar bersifat abstrak dan laten sehingga apa yang diukur adalah suatu kontrak yang memang tidak dapat diukur secara langsung, sehingga dilakukan berdasarkan indikator perilaku yang mungkin belum tentu mewakili domain yang tepat, karena batasan dari konstruk tersebut tidak mungkin dapat dijabarkan dalam akurasi yang sempurna.
b.      Dalam atribut yang bersifat laten atau abstrak sering kali didasari pada indikator yang jumlahnya terbatas, keterbatasan dalam menjabarkan indikator perilaku ini menyebabkan hasil pengukuran menjadi kurang komprehensif, di samping itu penjabaran indikator perilaku tersebut masih mungkin terjadi tumpang tindih dengan indikator dari atribut psikologis yang lain.
c.       Respon yang diberikan oleh siswa sebagai subyek sidikit banyak akan dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak relevan, baik yang bersumber dari dirinya sendiri maupun dari variabel dari luar dirinya, seperti misalnya suasana hati, suku, kondisi, dan situasi sekitar, cetakan yang tidak jelas, pengawasan waktu pengerjaan, sistem administrasi, dan sebagainya.
d.      Atribut psikologis termasuk hasil belajar yang terdapat pada diri siswa, sering kali bersifat tidak stabil dan mudah sekali berubah, seiring dengan perubahan situasi dan kondisi sesaat hingga interpretasi terhadap hasil tes sebagai alat ukur hanya dapat dilakukan secara normatif, dalam pengertian banyak sekali sumber yang harus dipertimbangkan.
Ada enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar diperoleh tes yang baik,yaitu:
1.      Pengembangan spesifikasi tes
Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
·         Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah berorientasi kepada peserta didik, bersifat menguraikan hasil belajar, harus jelas dan dapat dimengerti, mengandung kata kerja yang jelas (kata kerja operasional), serta dapat diamati dan dapat di ukur.
·         Menyusun kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi penyusun tes.
·         Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan kesesuaian antara tipe soal dengan materi, tujuan evaluasi, skoring, pengelolaan hasil evaluasi, penyelenggaraan tes, serta ketersediaan dana dan kepraktisan.
·         Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat diketahui melalui uji coba atau dapat juga diperkirakan berdasarkan berat ringannya beban penyeleaian soal tersebut
·         Merencanakan banyak soal
·         Merencanakan jadwal penerbitan soal
2.      Penulisan soal
3.      Penelaahan soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati apakah butir-butir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan, ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan psikologis.
4.      Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika soal yang dibuat akan dibakukan.
5.      Penganalisisan hasil uji coba.
6.      Pengadministrasian soal

F.     Langkah-Langkah Pengembangan Tes
1.      Langkah pokok pengembangan tes
Penyusunan tes sangat besar pengaruhnya terhadap siswa yang akan mengikuti tes, untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran maka tes harus direncanakan secara cermat. Secara umum ada tiga langkah pokok yang harus dilewati, yaitu:
a)      Perencanaan tes
Dalam langkah perencanaan tes ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan guru sebagai pendidik, yaitu:
(1)   Menentukan cakupan materi yang akan diukur yang menyangkut penetapan cakupan materi dan aspek (ranah) kemampuan yang akan diukur. Penetapan ini penting mengingat bahwa kemampuan belajar merupakan proses yang kompleks dan menyangkut pemahaman yang bersifat abstrak, sehingga harus jelas pada bagaimana cakupan materi yang akan diukur dan dikembangkan dalam soal tes, langkah ini biasanya dilakukan dengan menyusun kisi-kisi soal yaitu daftar spesifikasi. Ada empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes dalam sistem penilaian berbasis kompetensi dasar, yaitu: (i) menulis kompetensi dasar, (ii) menulis materi pokok, (iii) menentukan indikator, dan (iv) menentukan jumlah soal.
(2)   Bentuk tes: pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan dengan tepat bila didasarkan pada tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Misalnya, bentuk tes objektif pilihan ganda dan bentuk tes benar-salah cocok digunakan bila jumlah peserta tes banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Bentuk tes objektif lebih cocok digunakan pada mata pelajaran yang batasnya jelas, misalnya mata pelajaran Matematika, Biologi, dan sebagainya. Dalam memilih teknik tes mana yang akan digunakan, pendidik juga harus mempertimbangkan cirri indikator, apabila tuntutan indikator melakukan sesuatu, maka teknik penilaiannya adalah tes unjuk rasa (performance), sedang bila tuntutan indikator berkaitan dengan pemahaman konsep, maka teknik penilaiannya adalah tes tertulis. Tingkat berpikir yang digunakan dalam mengerjakan tes harus mencakup mulai yang rendah sampai yang tinggi, dengan proporsi yang sebanding sesuai dengan jenjang pendidikan.
(3)   Menetapkan panjang tes: langkah menetapkan panjang tes, meliputi berapa waktu yang tersedia untuk melakukan tes. Hal ini terkait erat dengan penetapan jumlah item-item tes yang akan dikembangkan. Ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah soal, yaitu bobot masing-masing bagian yang telah ditentukan dalam kisi-kisi, kendalan yang diinginkan, dan waktu yang tersedia.

b)     Menulis butir pertanyaan
Setelah selesai mencermati dan menjabarkan setiap indikator menjadi diskriptor- diskriptor, dan telah ditetapkan ukurannya, maka pendidik mulai dapat mengembangkan atau menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi yang telah ditetapkan. Ada 3 kegiatan pokok dalam menulis butir soal, yaitu:
(1)   Menulis draft soal. Langkah ini memerlukan kecermatan dalam memilih kalimat-kalimat yang mudah dimengerti dan tidak menimbulkan interpretasi ganda. Ada dua hal yang perlu mandapat perhatian dalam penulisan butir pertanyaan yaitu format pertanyaan dan alternatif jawaban. Dalam hal ini perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: (i) apakah pertanyaan mudah dimengerti? (ii) apakah sudah sesuai dengan indikator? (iii) apakah tata letak keseluruhan baik? (iv) apakah perlu pembobotan? (v) apakah kunci jawaban sudah benar?
(2)   Memantapkan validitas isi (content validity). Validitas isi pada dasarnya merupakan koefisien yang menunjukkan kesesuaian antara draft tes yang telah disusun dengan isi dari konsep dan kisi-kisi yang telah disusun, apakah semua materi telah terjabar dalam item, dan apakah soal yang disusun telah sesuai ranah atau kawasan yang akan diukur. Langkah ini dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya diskusi dengan sesame pendidik ataupun dengan cara mencermati kembali substansi dari konsep yang akan diukur.
(3)   Melakukan uji coba (try out). Uji coba diperlukan dalam penyusunan tes perbuatan guru. Try out tidak harus dilakukan secara formal dan dalam skala besar, try out dapat dilakukan untuk berbagai kepentingandiantaranya adalah untuk: (i) analisis item, (ii) bagaimana rencana pelaksanaan, (iii) memperkirakan penggunaan waktu pengerjaan, (iv) kejelasan format tes, (v) kejelasan petunjuk pengisian, dan (vi) pemahaman bahasa yang digunakan, dan sebagainya.
(4)   Revisi soal. Hasil tes uji coba kemudian dilakukan analisis untuk mencari tingkat kesulitan soal dan penggunaan bahasa yang kurang komunikatif, untuk kemudian dilakukan revisi sesuai dengan kebutuhan. Misalnya revisi dilakukan untuk: (i) eliminasi butir-butir yang jelek, (ii) menambah butir-butir baru, (iii) memperjelas petunjuk, dan (iv) memodifikasi format dan urutan, dan sebagainya.

c)      Melakukan pengukuran dengan tes
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat menyelenggarakan tes untuk siswa, yaitu:
(1)   Menjaga objektivitas pelaksanaan tes. Pendidik harus menjaga objektivitas, baik dalam pengawasan, menjaga kerahasiaan soal, dan berbagai kode etik penyelenggaraan tes yang lain. Setelah ujian dilaksanakan maka langkah berikutnya  adalah koreksi dan interpretasi dari hasil ujian tersebut, untuk kemudian berdasar data hasil analisis tersebut akan diambil keputusan dalam berbagai kepentingan.
(2)   Memberikan skor pada hasil tes. Yaitu memeriksa hasil jawaban dari para siswa, untuk memberikan skor/angka sebagai penghargaan terhadap setiap poin soal yang dapat dikerjakan, hasilnya berupa angka yang disebut skor mentah yaitu ngka yang menunjukkan berapa soal yang bisa dijawab benar oleh siswa. Penentuan jumlah soal yang bisa dijawab benar ini tidak menjadi masalah untuk tes objektif. Namun untuk bentuk soal tes uraian masalah ini akan menjadi persoalan, karena setiap siswa akan mengemukakan argumentasi yang berbeda-beda untuk menjawab soal dan permasalahan tes. Sehingga dalam melakukan langkah ini harus pula dijaga objektivitas dengan selalu menggunakan kunci jawaban dan indikator keberhasilan.
(3)   Melakukan analisis hasil tes. Setelah semua pekerjaan siswa dikoreksi langkah berikutnya adalah melakukan analisis terhadap skor hasil tes.

2.      Mengembangkan Tes Sebagai Instrumen Asesmen di SD
Dengan tetap mengacu pada langkah-langkah pokok pengembangan tes, berikut ini akan dikemukakan langkah-langkah detail yang diharapkan dapat menuntun untuk mengembangkan tes sebagai instrumen asesmen di kelas.
a.      Menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator pencapaian hasil belajar
Kegiatan ini, dalam langkah kegiatan umum masuk dalam langkah “menentukan cakupan materi yang akan diukur”. Indikator merupakan ukuran karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang berkontribusi/menunjukkan ketercapaian suatu kompetensi dasar. Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diuku, seperti menyebutkan, memberikan contoh, mengidentifikasi, menghitung, membedakan, menyimpulkan, mempraktekkan, dan mendemonstrasikan.
Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka indikator pencapaian hasil belajar dikembangkan oleh pendidik dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan setiap peserta didik, keluasan dan kedalaman kompetensi dasar, dan daya dukung sekolah, misalnya kemampuan guru dan sarana atau prasarana penunjang. Setiap kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator pencapaian hasil belajar. Indikator-indikator pencapaian hasil belajar dari setiap kompetensi dasar merupakan acuan yang digunakan untuk menyusun butir tes.
            Contoh 1
Mata pelajaran          : Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan
Kelas/Semester          : IV/1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana dan olahraga serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Mempraktikkan gerak dasar dalam permainan bola kecil sederhana dengan pengaturan yang dimodifikasi, serta nilai kerjasama tim, sportivitas, dan kejujuran **)
ü  Melakukan berbagai teknik dasar permainan kasti.
ü  Menerapkan kerja sama team dalam permainan kasti.
ü  Menyebutkan manfaat permainan kasti terhadap kesehatan tubuh.

Contoh 2
Mata pelajaran          :  Bahasa Indonesia
Kelas/Semester          : III/2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Menulis
Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam karangan sederhana dan puisi.
Menulis puisi berdasarkan gambar dengan pilihan kata yang menarik.
ü  Siswa dapat menyebutkan ciri-ciri kalimat dalam puisi.
ü  Siswa dapat menulis puisi dengan benar.
Indikator* dikembangkan oleh guru sekolah sesuai dengan kondisi daerah dan sekolah masing-masing. Satu KD dapat dikembangkan menjadi satu atau lebih indikator.
Sumber: Pedoman Penilaian SD (Depdiknas, 2006)

b.      Menetapkan jenis tes dan penulisan butir soal
Setelah menjabarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator keberhasilannya, maka akan dapat menetapkan indikator yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi tersebut sebaiknya dapat diukur dengan menggunakan alat ukur apa, bila ditetapkan tes, dapat pula ditetapkan jenis tes yang mana. Di samping itu pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan dengan tepat bila didasarkan pada tujuan tes, cakupan materi tes, karakteristik mata pelajaran yang diukur pencapaiannya, jumlah peserta tes, termasuk waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes. Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan; (1) materi, misalnya kesesuaian soal dengan kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, (2) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas, (3) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda, dan (4) kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian.
            Rancangan penilaian ini diinformasikan kepada siswa pada awal pertemuan (awal semester). Dengan demikian sistem penilaian yang dilakukan guru semakin sempurna atau semakin memenuhi prinsip-prinsip penilaian. Dalam pembelajaran di SD dapat dilihat beberapa contoh di bawah ini yang secara jelas memberikan paparan tentang keterkaitan hubungan antara pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, dan Teknik Penilaian yang bersumber dari Model Penilaian Kelas SD (Depdiknas 2006).

Contoh 1
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II/1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Aspek
Teknik Penilaian
1.    Mengguna-kan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah
1.1    Mengguna-kan alat ukur panjang tidak baku dan baku (cm, m) yang sering digunakan

·  Siswa menyebutkan alat ukur panjang tidak baku dalam kehidupan sehari-hari (jengkal, depa, langkah kaki)
·  Siswa dapat menggunakan alat ukur tidak baku (jengkal, depa, langkah kaki, dll)
·  Siswa menyebutkan alat ukur baku (cm, m) yang biasa digunakan sehari-hari.
·  Siswa dapat menggunakan alat ukur baku.
·  Siswa dapat menarik kesimpulan bahwa pengukuran dengan alat ukur tidak baku hasilnya berbeda.
Geometri dan pengukuran
Penilaian kerja

Tes tertulis

Contoh alat penilaian terlampir

Untuk Standar Kompetensi, Kompetensi Standar, dan Indikator materi di atas dengan didasarkan kemampuan penalaran anak kelas 2 SD maka ditetapkan tes pilihan ganda dan isian berikut ini.
Bentuk Pilihan Ganda
Berilah tanda silang pada huruf di depan jawaban yang paling tepat!
Skor: setiap jawaban benar diberi nilai 1
1.      Yang termasuk alat ukur tidak baku yaitu …..
a. meter                 b. centimeter               c. jengkal
2.   Yang termasuk alat ukur baku ialah …..
a. centimeter          b. depa                                    c. langkah kaki
Bentuk Isian
            Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang singkat dan tepat!
Skor: setiap jawaban benar diberi nilai 2
1.      Satuan panjang centimeter dan meter adalah….
2.      Satuan panjang langkah kaki, depa, dan jengkal termasuk alat ukur….
3.      Karena menggunakan alat ukur tidak baku, maka hasil pengukurannya….
Pemberian Skor:
Nilai =  x 100
Contoh 2
Mata Pelajaran          : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas/Semester          : IV/2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Aspek
Teknik Penilaian
1.    Menunjuk-kan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya.
1.1  Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungan nya.
·         Siswa dapat menjelaskan pengertian globalisasi
·         Siswa dapat memberikan salah satu contoh pengaruh positif globalisasi bidang komunikasi.
·         Siswa dapat memberikan salah satu contoh pengaruh negatif globalisasi bidang kebudayaan.
Globalisasi
Tes tertulis

Pengamat-an sikap

Contoh alat penilaian terlampir

Untuk Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Dan Indikator materi di atas dengan didasarkan kemampuan penalaran anak kelas 4 SD, maka ditetapkan tes isian dan jawaban uraian sebagai berikut.
Bentuk tes isian
Isilah titik-titik pada soal di bawah ini dengan jawaban singkat dan tepat!
1.      Pengaruh positif globalisasi di bidang komunikasi di lingkungan masyarakat misalnya….
2.      Kecenderungan masyarakat menyukai jenis musik jaz termasuk pengaruh negatif globalisasi bidang….
3.      Terhadap kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia sikap kita seharusnya….


Bentuk Soal tes Uraian
            Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1.      Jelaskan yang dimaksud dengan istilah globalisasi!
2.      Berikan tanggapan dan alasan terhadap pernyataan di bawah ini:
a.       Dengan globalisasi kita semakin mudah menikmati siaran televisi luar negeri.
b.      Karena pengaruh globalisasi masyarakat cenderung bersikap konsumtif.
Pemberian skor :
Nilai =  x 100
























BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengevaluasi individu maupun kelompok yang mempunyai standar objektif untuk mengamati satu atau lebih karakteristik seseorang yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Adapun fungsi tes adalah : 
1.      Sebagai alat pengukur terhadap  peserta didik
2.      Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran
Ciri-ciri tes yang baik yaitu: validitas, reliabilitas, objektivitas, praktibilitas, dan ekonomis. Adapun jenis-jenis tes, yaitu :
1.      Jenis tes berdasarkan tujuan penyelenggaraan
a)      Tes seleksi (selection test)
b)      Tes penempatan (placement test)
c)      Tes hasil belajar (achievement test)
d)     Tes diagnostik (diagnostic test)
e)      Tes uji coba
2.      Jenis Tes Berdasarkan Tahapan/Waktu Penyelenggaraan
a)      Tes masuk (entrance test)
b)      Tes formatif (formative test)
c)      Tes sumatif (summative test)
d)     Pra-tes dan post-tes
3.      Jenis Tes Berdasarkan Cara Mengerjakan
a)      Tes tertulis
b)      Tes lisan
c)      Tes unjuk kerja
4.      Jenis Tes Berdasarkan Cara Penyusunan
a)      Tes buatan guru (teacher-made test)
b)      Tes terstandar (standardized test)
5.      Jenis Tes Berdasarkan Bentuk Jawaban
a)      Tes esai (essay-type test)
b)      Tes jawaban pendek
c)      Tes objektif
v  Langkah pokok mengembangkan tes
1.      Perencanaan tes
2.      Menulis butir pertanyaan
3.      Melakukan pengukuran dengan tes
v  Mengembangkan Tes Sebagai Instrumen Asesmen di SD
1.      Menjabarkan kompetensi dasar ke dalam indikator pencapaian hasil belajar
2.      Menetapkan jenis tes dan penulisan butir soal

B.       Saran
Sebagai calon pendidik sudah seharusnya dapat memahami materi tentang prosedur pengembangan tes ini, sebab sudah menjadi tugas seorang guru untuk memberikan pembaruan-pembaruan pada soal yang akan diberikan kepada peserta didik nantinya.
















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Pengembangan Tes Hasil Belajar. Diakses pada URL:

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:          Bumi Aksara.

Poerwanti, Endang. 2009. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas.

Saputra, Adi. 2012. Bentuk dan Jenis Tes. Diakses pada URL:

Mangelep, Novel. 2012. Tes Hasil Belajar. Diakses pada URL: