BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kehidupan modern yang ditandai oleh pesatnya
perkembangan bahasa tulisdan kegiatan cetak-mencetak menuntut para pendukungnya
agar mengembangkan tradisi menulis dan membaca.Tradisi menulis dapat diartikan
sebagai suatu kebiasaan untuk menyatakan gagasan atau pendapat secara tertulis,
sedangkan tradisi membaca adalah kebiasaan orang untuk memanfaatkan tulisan
dalam rangka mengembangkan pengetahuan.Membaca dan menulis sebagai aktivitas
komunikasi ibarat mata uang logam yang sisi-sisinya saling melengkapi.White
(1960) mengatakan bahwa antara membaca dan menulis terdapat hubunganyang saling
menunjang dan melengkapi. Artinya, kebiasaan membaca tidak mungkin
terlaksanatanpa kebiasaan menulis dan mengarang, sebaliknya kebiasaan menulis
tidak akan bermakna tanpa diikuti oleh kebiasaan membaca.
Meskipun telah disadari bahwa
penguasaan tulis mutlak diperlukan dalam kehidupan modern, dalam kenyataannya
pengajaran keterampilan membaca dan menulis kurang mendapatkan perhatian.Pelly
(1992) mengatakan bahwa pelajaran membaca dan menulis yang dulu merupakan
pelajaran dan latihan pokok kurang mendapatkan perhatian, baik dari para siswa
maupun para guru. Pelajaran mengarangsebagai salah satu aspek dalam pengajaran
bahasa Indonesia kurang ditangani secara sungguh-sungguh. Akibatnya kemampuan
berbahasa Indonesia para siswa kurang memadai.
Badudu
(1985) berpendapat bahwa rendahnya mutu kemampuan menulis siswa disebabkanoleh
kenyataan bahwa pengajaran mengarang dianaktirikan.
Kemampuan menyusun naskah pidato
tidak kalah penting bagi calon guru.Di tengah-tengah masyarakat, guru adalah
tokoh masyarakat. Oleh karena itu, nereka akan mendapatkan kesempatan berpidato
lebih banyak daripada warga masyarakat yang lain, baik dalam kaitannya dengan
tugas kedinasan maupun tugas kemasyarakatn. Kemampuan menyusun pidato merupakan
keterampilan praktis yang sangat diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari.Kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan pendekatan
terpadu.Setiap materi selalu dikaitkan dengan keterampilan berbahasa dan unsur
kebahasaan.Pengajaran menulis cerita anak-anak, misalnya, dapat dikaitkan
dengan membaca dan menyimak.Demikian juga juga menulis naskah pidato dapat
dikaitkan dengan pengajaran kosakata, struktur, dan ejaan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian keterampilan
menulis?
2. Bagaimana
proses menulis yang baik?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui
keterampilan menulis
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Keterampilan
Menulis
Menurut Rivers (dalam Parera dan
Tasai, 1995:15) keterampilan menulis merupakan satu kebiasaan yang elegan dari
para elite terdidik. Oleh karena itu, tujuannya tidak akan tercapai untuk
tingkat sekolah menengah ke bawah. Keterampilan menulis menuntut penguasaan
bahasa yang tinggi yang mungkin tidak dikuasai oleh semua orang.Untuk memenuhi
keterampilan menulis yang baik jenjang menulis perlu diperhatikan.Belajar
keterampilan menulis dilakukan secara berjenjang.
Beberapa
jenjang untuk keterampilan menurut Parera dan Tasai (1995:15) adalah: (1)
menyalin naskah dalam bahasa, (2) menuliskan kembali/mereproduksi apa yang
telah didengar dan dibaca, (3) melakukan kombinasi antara apa yang telah
dihafal dan didengar dengan adaptasi kecil, (4) menulis terpimpin, dan
(5)menyusun karangan atau komposisi dengan tema, judul, atau topik pilihan
siswa sendiri.
Pembelajaran
menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pembelajaran
membaca. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran keterampilan penggunaan
bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis. Keterampilan menulis adalah hasil dari
keterampilan mendengar, berbicara, membaca. Menurut Pirera dan Tasai (1995:27)
mengemukakan prinsip-prinsip menulis adalah: (1) menulis tidak dapat dipisahkan
dari membaca. Pada jenjang pendidikan dasar pembelajaran menulis dan membaca
terjadi secara serempak, (2) pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin
berpikir dan disiplin berbahasa, (3) pembelajaran menulis adalah pembelajaran
tata tulis atau ejaan dan tanda baca bahasa Indonesia, dan (4) pembelajaran
menulis berlangsung secara berjenjang bermula dari menyalin sampai dengan
menulis ilmiah.
Berdasarkan
prinsip-prinsip pembelajaran menulis tersebut, maka alternatif pembelajaran
menulis adalah sebagai berikut: (1) menyalin, (2) menyadur, (3) membuat
ikhtisar, (4) menulis laporan, (5) menyusun pertanyaan angket dan wawancara,
(6) membuat catatan, (7) menulis notulen, (8) menulis hasil seminar, pidato,
dan laporan, (9) menulis surat yang berupa : ucapan selamat, undangan, pribadi,
dinas, perjanjian, kuasa, dagang, pengaduan, perintah, pembaca, memo, dan kawat
(telegram), (10) menulis poster dan iklan, (11) menulis berita, (12)
melanjutkan tulisan, (13) mengubah, memperbaiki, dan menyempurnakan , (14)
menulis karya ilmiah.
Menurut
Tarigan (1983) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis
yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang
lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut, kalau mereka memahami
bahasa dan lambang grafis tersebut. Byrne (1997) mengemukakan bahwa mengarang
pada hakikatnya bukan sekedar menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk
kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, akan
tetapi mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui
kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap dan jelas sehingga buah
pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan karang-mengarang pengarang
menggunakan bahasa tulis untuk menyatakan isi hati dan buah pikirannya secara
menarik dan mengena pada pembaca.
Oleh karenanya, di samping harus menguasai topik dan
permasalahan yang akan ditulis, penulis dituntut menguasai komponen:
1. Grafologi
2. Struktur
3. Kosakata
4. Kelancaran
Pengajaran mengarang menurut Baraja
(1975) terdiri atas lima tahap, yaitu (1) mencontoh, (2) mereproduksi, (3)
rekombinasi dan transformasi, (4) mengarang terpimpin, dan (5) mengarang bebas.
Mencontoh adalh aktivitas mekanis.Sungguhpun demikian, bukan berarti bahwa
murid-murid tidak belajar apa-apa.Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh
lewat kegiatan mencontoh misalnya berlatih menulis dengan tepat sesuai dengan
contoh, belajar mengeja dengan tepat dan membiasakan diri menggunakan bahasa
yang baik.
Kegiatan reproduksi, yaitu menulis apa
yang telah dipelajari secara lisan dan tulis. Kegiatan ini diawali dengan
kegiatan menyimak atau membaca.Hasilnya dituangkan kembali dalam bentuk
karangan yang disusun dengan kata-katanya sendiri.Dengan demikian ide dan
sistematika tidak berbeda dengan karangan yang telah dipelajari sebelumnya.
Rekomendasi merupakan latihan
menggabungkan beberapa karangan menjadi satu karangan.Dalam praktik dapat
berupa latihan penggabungan antarkalimat, antarparagraf, atau antarwacana.Dengan demikian, rekomendasi
mencakup pengertian kompilasi beberapa poko pikiran dari berbagai wacana
menjadi satu wacana. Sementara itu, transformasi adalah mengubah salah satu
bentuk karangan ke dalam bentuk karangan yang lain. Seseorang dapat mengubah
bentuk puisi ke dalam bentuk prosa atau sebaliknya.Dalam lingkup yang lebih
luas transformasi mencakup pengertian penerjemahan, penyaduran, alih aksara
(transliterasi), transkripsi, dan pembuatan sinopsis.
Mengarang bebas sebagai tahap akhir dari
pengajaran mengarang dilakukan dengan memberi tugas kepada siswa untuk membuat
karangan secara bebas.Meskipun demikian, ada baiknya, guru tidak terlalu sulit
dalam melalukan evaluasi.
B.
Proses
Menulis
Proses kegiatan menulis terdiri atas tahapan-tahapan yang sangat
bergantung pada jenis tulisan. Secara umum tahapan menulis terdiri atas (a)
perencanaan, (b) pembuatan draf kasar, dan (c) penyuntingan. Secara khusus,
tahapan menulis sangat bergantung pada apa yang ditulis. Tahapan menulis opini
berbeda dengan menulis berita, biografi, dan sebagainya, misal tahapan menulis
opini terdiri atas (a) penggalian ide, (b) pendaftaran ide, (c)
pengurutan ide, (d) penyusunan draf tulisan, (e) perbaikan tulisan, (f)
pengkajian tulisan kembali, (g) pengulangan proses butir (e) dan (f) jika
diperlukan, dan (h) publikasi tulisan, sedang tahapan menulis berita sangat
bergantung pada komposisi unsur 5W+1H dan pengembangannya.
Berikut ini disajikan proses kegiatan menulis berdasarkan tahapan
menulis opini dan artikel nonpenelitian melalui tahapan (a) perencanaan,
(b) pembuatan draf tulisan, (c) penyuntingan, dan (d) publikasi. Masing-masing
subtahap dijelaskan dalam tahapan-tahapan berikut ini.
1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan langkah awal dalam menulis.Pada tahap
ini, penulis melakukan kegiatan penggalian gagasan/ide, pendaftaran gagasan,
dan pengurutan gagasan.Berikut ini uraian tiap kegiatan tersebut.
a)
Penggalian Gagasan
Gagasan sebuah tulisan dapat bersumber dari dua hal, yaitu (a)
pengamatan kejadian/peristiwa hidup, (b) imajinasi, dan (c) kajian pustaka dan
pengembangannya. Ketiga sumber ini merupakan modal awal yang untuk menulis.Pertama,
kejadian hidup sehari-hari dapat memunculkan inspirasi tertentu dalam menulis,
terlebih munculnya sebuah fenomena yang unik dan menarik, misalnya pemenang lomba
menulis esai tentang kecantikan wanita justru bukan dari kalangan wanita,
melainkan pria.Fenomena ini dapat dijadikan gagasan dan diwujudkan ke dalam
bentuk tulisan.Kedua, gagasan tulisan dapat juga diangkat dari hasil
berimajinasi.Hasil kegiatan imajinasi dapat diwujudkan menjadi sebuah
tulisan.Mengandalkan daya khayal, penulis dapat menuangkan gagasan-gagasan yang
ditemukan ke dalam tulisan.Ketiga, tulisan dapat bersumber dari hasil
kajian pustaka.Referensi cetak dan elektronik dibaca lalu ditulis kembali
dengan berbagai pengembangan.Dalam menggali gagasan melalui hasil kajian
pustaka, penulis harus mencantumkan sumber rujukan dan daftar rujukan/pustaka.
Dalam menulis bersumber dari hasil kajian pustaka, penulis dapat
melakukan kegiatan (a) mencari tulisan, (b) menangkap informasi dari tulisan,
dan (c) menyimpulkan informasi dari tulisan. Pertama, berbagai tulisan/artikel
ilmiah sudah banyak tersedia melalui media cetak dan elektronik.Hal yang perlu
diperhatikan adalah apakah berbagai tulisan/artikel ilmiah tersebut sudah
sesuai dengan kebutuhan?Terlebihdi internet banyak sajian tulisan yang bernilai
berlian dan juga bernilai sampah.Kedua, menangkap informasi dari
tulisan/artikel ilmiah.Informasi dari tulisan/artikel biasanya diwujudkan
dalam bentuk paragraf, tabel, dan gambar.Informasi disajikan dalam bentuk
paragraf merupakan uraian-uraian gagasan.Untuk menguraikan gagasan, didukung
dengan tabel dan gambar.Ketiga, menyimpulkan informasi dari tulisan.Dari
tulisan ringkas pokok informasi pada kalimat utama di tiap-tiap paragraf, akan
didapatkan kemudahan dalam menyimpulkan informasi tulisan/artikel ilmiah yang
dicari. Kesimpulan yang diperoleh juga bukan informasi secara
terpisah-pisah/parsial melainkan kesimpulan secara utuh yang diambil melalui
prosedur yang sistematis.
Dari jabaran uraian di atas, kegiatan penggalian ide dapat dilakukan dengan
mencari tulisan/referensi, menangkap informasi dari tulisan/referensi, dan menyimpulkan
informasi dari tulisan.Selanjutnya, gagasan dari kegiatan penggalian ide ini
didaftar.
b)
Pendaftaran Gagasan
Dari hasil tahapan kegiatan penggalian gagasan/ide dengan membaca
sebuah tulisan/artikel pembaca dapat mendaftar gagasan yang
diperolehnya.Gagasan ini dapat ditambah dan dikembangkan sesuai dengan wawasan
penulis. Referensi lain hanya berfungsi sebagai pemicu gagasan-gagasan baru
dari penulis.Gagasan-gagasan yang diperoleh penulis hendaknya
didaftar.Pendaftaran gagasan ini memudahkan penulis dalam kegiatan selanjutnya,
yakni mengurutkan gagasan.Tujuannya agar penulis tidak lupa. Selanjutnya,
penulis mengurutkan gagasan secara sistematis untuk mempermudah pembaca
dalam memahami tulisan.
c)
Pengurutan Gagasan
Gagasan yang telah digali dan didaftar oleh penulis diurutkan
penulis secara sistematis.Sistematika gagasan diurutkan berdasarkan klasifikasi
tertentu.Gagasan dapat diklasifikasikan atas besar-kecil, teori-contoh, hingga
umum-khusus.Terkadang gagasan diurutkan dari gagasan besar ke kecil atau
sebaliknya dari ke besar.Penulis juga dapat mengurutkannya berdasarkan teori,
lalu diikuti contoh atau sebaliknya dari contoh lalu diikuti teori. Di saat
lain, penulis juga dapat mengurutkan gagasan secara umum ke khusus atau
sebaliknya khusus-umum.
Pengurutan gagasan ini harus mengikuti prinsip kemudahan pemahaman
bagi pembaca.Penulis harus mampu menentukan urutan gagasan yang sudah diurut
sedemikian rupa agar lebih mudah dipahami pembaca dibandingkan dengan urutan
gagasan tertentu.Teknik pengurutan gagasan ini harus dipikirkan penulis.Urutan
yang memiliki nilai pemahaman yang paling tinggilah yang layak dipakai dalam
tulisan.
2. Tahap Penyusunan Draf Tulisan
Tahapan perencanaan, yang terdiri atas (1) penggalian gagasan:
mencari tulisan, menangkap informasi dari tulisan, dan menyimpulkan informasi
dari tulisan, (2) pendaftaran gagasan, dan (3) pengurutan gagasan secara
khusus, harus tuntas dilakukan. Tahap penyusunan draf dapat dilakukan setelah
tahap perencanaan selesai. Jika tahap perencanaan tidak selesai dan dipaksakan
untuk penyusunan draf tulisan akan menghasilkan tulisan yang kurang bermutu.
Penyusunan draf ditulis berdasarkan gagasan-gagasan yang sudah
diurutkan.Gagasan-gagasan ini diuraikan secara sistematis berdasarkan urutan
yang sudah ditetapkan sebelumnya. Hal ini untuk mencegah terjadinya lompatan
pikiran penulis dalam proses menulis. Akibatnya, logika pemahaman pembaca tidak
teratur.Tulisan sulit dipahami pembaca.
Gagasan-gagasan yang sudah diurutkan diuraikan dalam bentuk
paragraf.Paragraf-paragraf ini terdiri atas gagasan utama dan penjelas.
Tiap gagasan utama ditulis dalam bentuk kalimat utama.Tiap gagasan penjelas
ditulis dalam bentuk kalimat penjelas.Syarat-syarat penyusunan sebuah paragraf
dalam menguraikan gagasan mutlak dipenuhi.Syarat-syarat ini dijelaskan pada
bagian berikutnya.
Draf tulisan ini disusun sementara untuk diperbaiki
selanjutnya.Sifat sementara ini mengukuhkan bahwa hasil tulisan yang disusun
berdasarkan urutan gagasan bukanlah hasil akhir tulisan, melainkan menjadi bahan
perbaikan pada tahap berikutnya.Perbaikan ini disebut juga penyuntingan.
3. Tahap Penyuntingan
Tahap ini dapat dilakukan jika draf sudah selesai disusun.Draf
disunting untuk diperbaiki dari segi bentuk dan isi.Bentuk tulisan yang
disunting terkait dengan sistematika dan teknis penulisan.Sistematika penulisan
meliputi kemasan sajian dan urutan penyampaian materi-materi dalam tulisan.
Teknis penulisan meliputi ketepatan penggunaan ejaan, diksi, kata baku,
kalimat, dan paragraf. Isi tulisan ditinjau berdasarkan gagasan-gagasan yang
tertuang di dalamnya.
Bentuk tulisan disunting berdasarkan sistematika dan teknis
penulisan.Sistematika penulisan dapat ditinjau berdasarkan komponen-komponen
pembentuknya.Komponen-komponen ini dibahas pada bagian sebelumnya. Sebuah tulisan memiliki komponen pembentuknya.
Komponen ini disusun dan diurutkan secra sistematis. Rangkaian kmponen dan
sajiannya menentukan klasifikasi jenis tulisan.Teknis
penulisan berfokus pada penggunaan kaidah-kaidah bahasa. Kaidah-kaidah ini
meliputi ejaan, diksi, kata baku, kalimat, dan paragraf. Aturan penggunaan
ejaan bahasa Indonesia diatur dalam EYD hasil revisi baru. Diksi (pilihan kata)
harus dipilih dengan tepat.Kata yang digunakan dalam tulisan disesuaikan dengan
ragam tulisan, misalnya ragam ilmiah menuntut kebakuan.Demikian juga kalimat
yang digunakan.Jika beragam ilmiah mesnuntut efektivitas kalimat.Paragraf yang
disusun harus memiliki asas-asas paragraf yang baik.
Isi tulisan dapat disunting berdasarkan gagasan-gagasan yang
tertuang dalam draf.Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, isi tulisan
memiliki gagasan utama dan penjelas.Gagasan utama ini dapat disunting sesuai
keperluan.Gagasan ini dapat ditambah dan dikurangi.Selain itu, urutan gagasan
perlu ditinjau kembali untuk memudahkan pemahaman kepada pembaca.Berdasarkan
gagasan utama, gagasan penjelas perlu ditinjau kejelasannya.Apakah gagasan
penjelas sudah benar-benar menjelaskan gagasan utama atau tidak?
Kegiatan penyuntingan dapat dilakukan secara berulang kali.Penulis
melakukan penyuntingan untuk pertama kali, kemudian dibaca ulang.Jika menemukan
kesalahan, penulis dapat melakukan kegiatan penyuntingan lagi.Selanjutnya,
dibaca ulang dan disunting lagi jika diperlukan. Proses ini dapat berjalan
berulang kali hingga penulis menemukan bentuk tulisan yang ideal sebelum
dipublikasikan.
4. Tahap Publikasi
Kegiatan publikasi dapat dilakukan melalui media cetak dan
elektronik. Media cetak dapat berupa buku, koran, majalah, jurnal, pamflet,
booklet, selebaran, spanduk, dan baliho. Media elektronik dapat berupa
televisi, radio, dan internet.Media internet memiliki nilai diseminasi/penyebaran
yang paling baik. Media internet dapat berupa laman/web, blog, surat
elektronik, hingga jejaring sosial. Laman/web, blog, dan surat elektronik dapat
dijadikan sebagai alat penyebaran tulisan kepada orang lain. Saat ini, banyak
orang yang sedang menggemari jejaring sosial.Banyak orang yang rajin menulis
melalui perbaruan status dan banyak pula orang yang menulis
komentar-komentarnya.Media ini memiliki kelebihan tersendiri dalam popularitas
dengan sistem yang sudah dirancang sedemikian rupa.
Melalui internet, orang dapat membaca karya-karya penulis tanpa
harus terbatasi oleh tempat dan waktu.Selama ada koneksi, orang dapat membaca
karya-karya penulis.Hal ini dapat terjadi karena tulisan tidak disebarkan
melalui media cetak yang memiliki keterbatasan distribusi.Seorang penulis
sebaiknya memikirkan media apa yang tepat digunakan dalam memublikasikan
tulisannya. Media ini sangat erat kaitannya dengan para pengguna.Para pengguna
inilah yang harus diperhatikan oleh penulis, apakah sudah sesuai dengan sasaran
tulisan atau tidak?Tentu saja, sebelumnya penulis juga sudah merancang siapa
sasaran pembaca tulisannya.
Publikasi tulisan melalui media cetak memiliki beragam format. Wujud
media cetak dapat berupa buku, majalah, koran, selebaran, pamflet, leaflet,
booklet, spanduk, dan baliho. Tiap bentuk media memiliki format sajian
tersendiri. Misalnya ukuran buku, majalah, dan koran yang memiliki format
sajian yang berbeda-beda.
Untuk karya ilmiah, publikasi dapat dilakukan melalui media kertas
cetak.Kertas yang sering digunakan berukuran A4.Ukuran ini berbeda dengan
letter. A4 berukuran 21 cm x 29,7 cm (8,27 inch x 11,69 inch), sedangkan letter
berukuran 21,59 cm x 27, 94 cm (8,5 inch x 11 inch). Ukuran standar (default)
pada Microsoft Office adalah A4 (21 cm x 29,7 cm atau 8,27 inch x 11,69
inch).Terkadang karya ilmiah dapat juga dicetak versi folio dibagi dua agar
lebih hemat.Ukuran folio ini berbeda dengan ukuran legal. Folio berukuran 21,59
cm x 33 cm (8,5 inch x 13 inch), sedangkan legal berukuran 21,59 cm x 35,56 cm
(8,5 inch x 14 inch). Untuk membuat ukuran ini, dapat digunakan ukuran legal,
kemudian ubah tinggi menjadi 33 cm/13 inch (ukuran sebenarnya 33 cm = 12,99
inch).
Karya ilmiah dapat dicetak menjadi berkas makalah, berkas artikel,
berkas skripsi, berkas tesis, dan berkas disertasi.Berkas-berkas ini umumnya
tidak diterbitkan, kecuali artikel yang diterbitkan dalam jurnal. Makalah dapat
digandakan dan dibagi-bagikan dalam kegiatan ilmiah, misalnya seminar, diskusi
panel, lokakarya, dan forum ilmiah lain. Skripsi, tesis, dan disertasi dicetak
penulis dan digandakan dalam versi terbatas, misalnya digandakan sebanyak tiga
buah: satu untuk perpustakaan fakultas, satu perpustakaan umum, dan satu untuk
arsip pribadi. Namun, terkadang hasil penelitian skripsi, tesis, dan disertasi
juga dapat diterbitkan menjadi buku dengan modifikasi sistem
penulisan.Publikasi karya ilmiah dalam media maya terdiri atas format
berkas/file dan format tayang/display. Format file terdiri atas versi rtf,
versi doc(x), versi pdf, dan versi html/xml (web). Format tayang/display
terdiri atas versi web, blog, hingga catatan melalui situs jejaring sosial.
Aktivitas
menulis mengikuti alur proses yang terdiri dari beberapa tahap. Selain
pemaparan di atas, MCkay (1984) mengemukakan tujuh tahap yaitu:
1. Pemilihan
dan pembatasan masalah
2. Pengumpulan
bahan
3. Penyusunan
bahan
4. Pembuatan
kerangka karangan
5. Penulisan
naskah awal
6. Revisi
7. Penulisan
naskah akhir
Di samping itu,
McCrimmon sebagaimana diikuti oleh Akhadiah (1989) mengemukakan tiga tahap dalam
proses penulisan, yaitu:
1. Prapenulisan
2. Penulisan
3. Revisi
Kedua pendapat tentang proses penulisan
itu sebenarnya belum lengkap sebab tulisan tidak akan bermakna tanpa
dipublikasikan kepada orang lain. Di samping itu, kedua pemikiran itu belum
menjelaskan kapan pengarang menentukan judul karangan. Secara padat proses
penulisan terdiri atas lima tahap yaitu:
1.
Pramenulis
Pramenulis merupakan tahap
persiapan.Pada tahap ini penulis melakukan berbagai kegiatan, misalnya
menemukan ide gagasan, menentukan judul karangan, menentukan tujuan, memilih
bentuk atau jenis tulisan, membueh karena kerangka, dan mengumpulkan
bahan-bahan.Ide tulisan dapat bersumber dari pengalaman, observasi, bahan
bacaan, dan imajinasi.Oleh karena itu, pada tahap pramenulis kadang diperlukan
stimulus untuk merangsang munculnya respon yang berupa idea tau gagasan.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas, misalnya membaca buku,
surat kabar, majalah, dan sejenisnya; menyimak warta berita, pidato, khotbah,
diskusi, dan seminar,karya wisata dan rekreasi, dan sebagainya.
Penentuan tujuan erat kaitannya dengan
pemilihan bentuk karangan.Karangan yang bertujuan menjelaskan sesuatu dapat
ditulis dalam bentuk karangan eksposisi; karangan yang bertujuan membuktikan,
meyakinkan dan membuuk dapat disusun dalam bentuk argumentasi dan
persuasi.Karangan yang bertujuan melukiskan sesuatu dalam ditulis dalam bentuk
karangan deskripsi.Di samping itu, seorang penulis dapat memilih bentuk prosa,
puisi, atau drama untuk mengkomunikasikan gagasannya.
Pengembangan ide ke dalam kerangka
karangan dapat menggunakan berbagai pola pengembangan.Secara umum, karangan
terdiri atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, pengembangan, dan penutup.Pada
bagian pendahuluan dapat dikemukakan latar belakang masalah, permasalahan yang
dikemukakan, dan pendekatan yang akan digunakan untuk menguraikan masalah itu.
Bagian penutup biasanya berisi kesimpulan dan saran.Pengembangan masalah dapat
dilakukan dengan pola alamiahdan rasional.Pola alamiah adalah pola pengembangan
yang disesuaikan dengan urutan waktu terjadinya peristiwa (kronologis), dan
urutan tempat atau ruang (space order).Sementara
itu, pola pengembangan rasional, dapat dilakukan berdasarkan (1) urutan sebab
akibat atau sebaliknya, (2) problem
solvingatau pemecahan masalah,(3) aspek, (4)
topik.
Dalam penulisan cerita anak-anak dapat
digunakan pola pengembangan alamiah.Tiap-tiap peristiwa diceritakan sesuai
dengan waktu kejadiannya. Sementara itu, naskah pidato untuk kegiatan seminar
dapat disusun dengan pola pengembangan problem
solving. Mula-mula dikemukakan permasalahannya, dan seterusnya dikemukakan
cara pemecahannya.
2.
Menulis
Tahap menulis dimulai dengan menjabarkan
ide ke dalam bentuk tulisan.Ide-ide itu dituangkan dalam bentuk kalimat
paragraf.Selanjutnya, paragraf-paragraf itu dirangkaikan menjadi satu karangan
utuh. Pada tahap ini diperlukan pula berbagai pengetahuan kebahasaaan dan
teknik penulisan, pengetahuan kebahasaan yang digunakan untuk pemilihan kata,
penentuan gaya bahasa, pembentukan kalimat, sedangkan teknik penulisan untuk
penyusuna paragraf sampai dengan penyusunan karangan secara utuh.
Apabila pada
tahap pramenulis belum ditentukan judul karangan, maka pada akhir tahap ini,
penulis dapat menentukan judul karangan.Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan
pada saat menentukan judul, antara lain (1) provokatif, (2) relevan dengan isi,
(3) singkat.Di samping itu, perlu diingat bahwa judul sebaiknya disusun dalam
bentuk frase bukan kalimat.
3.
Merevisi
Pada tahap merevisi dilakukan koreksi
terhadap keseluruhan karangan.Koreksi dilakukan terhadap berbagai aspek,
misalnya struktur karangan dan kebahasaan.Struktur karangan meliputi penataan
ide pokok dan ide penjelas, serta sistematika dan penalarannya.Sementara itu,
aspek kebahasaan meliputi pilihan kata, struktur kata, ejaan, dan tanda
baca.Pada tahap revisi masih dimungkinkan mengubah judul karangan apabila judul
telah ditentukan dirasakan kurang tepat.
a. Kegiatan
b. Kosakata
c. Struktur
d. Ejaan
dan Tanda Baca
4.
Mengedit
Apabila karangan sudah dianggap
sempurna, penulis tinggal melaksanakan tahap pengeditan. Dalam pengeditan ini
diperlukan format baku yang akan menjadi acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk
tulisan, dan pengaturan spasi. Proses pengeditan dapat diperluas dan
disempurnakan dengan penyediaan gambar atau ilustrasi untuk melengkapi tulisan
yang dikonsumsikan untuk anak-anak sebaiknya berwarna. Di samping menarik, warna yang dipakai
dapat digunakan untuk melatih pengenalan warna.
5.
Mempublikasikan
Mempublikasikan mempunyai dua
pengertian.Pengertian pertama, berarti menyampaikan karangan kepada publikdalam
bentuk cetakan, sedangkan pengertian kedua menyampaikan dalam bentuk
noncetakan.Penyampaian noncetakan dapat dilakukan dengan pementasan,
penceritaaan, peragaan, dan sebagainya.Karangan berbentuk cerita anak-anak,
misalnya, dpat disampaikan melalui majalah, atau dapat juda disampaikan secara
lisan. Secara sederhana, karangan anak-anak dapat dipublikasikan lewat papan
tempel atau dibacakan di depan kelas. Publikasi semacam itu memiliki dampak
psikologis yang amat baik.Pemajangan hasil karya anak-anak dapat berfungsi
ganda, di samping untuk penguatan juga dapat mengacu semangat bersaing secara
positif.
C.
Tujuan Menulis
Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan.
Menulis mempunyai empat tujuan, yaitu untuk mengekpresikan diri, memberikan
informasi kepada pembaca, mempersuasi pembaca, dan untuk menghasilkan karya
tulis.
Jenis tulisan menurut tujuan menulis
sebagai berikut:
1. Narasi yakni karangan/tulisan ekspositoris
maupun imajinatif yang
secara spesifik menyampaikan informasi tertentu berupa
perbuatan/tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.
2. Deskripsi yakni
karangan/tulisan
yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang situasi dan kondisi
suatu lingkungan (kebendaan ataupun kemanusiaan). Penyampaiannya dilakukan
secara objektif, apa adanya, dan terperinci.
3. Ekposisi yakni karangan/tulisan yang secara
spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun
konseptual). Penyampaiannya dilakukan de-ngan tujuan menjelaskan,
menerangkan, dan menguraikan sesuatu hal sehingga pengetahuan
pendengar/pembaca menjadi bertambah.
4. Argumentatif
yakni karangan/tulisan
yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu hal (faktual
maupun konseptual). Penyampaiannya dilaku-kan dengan tujuan mempengaruhi,
memperjelas, dan meyakinkan.
5. Persuasif karangan/tulisan yang secara
spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun
konseptual). Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan mempengaruhi,
meyakinkan, dan mengajak
D.
Manfaat Menulis
Menurut
Graves (dalam Akhadiah dkk., 1998:1.4) berkaitan dengan manfaat menulis
mengemukakan bahwa: (1) menulis menyumbang kecerdasan, (2) menulis
mengem-bangkan daya inisiatif dan kreativitas, (3) menulis menumbuhkan
keberanian, dan (4) menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan
informasi.
1.
Menulis Mengasah Kecerdasan
Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks. Kompleksitas
menulis terletak pada tuntutan kemampuan mengharmonikan berbagai aspek.
Aspek-aspek itu meliputi (1) pengetahuan tentang topik yang akan dituliskan,
(2) penuangan pengetahuan itu ke dalam racikan bahasa yang jernih, yang
disesuaikan dengan corak wacana dan kemampuan pembacanya, dan (3) penyajiannya
selaras dengan konvensi atau aturan penulisan. Untuk sampai pada kesanggupan
seperti itu, seseorang perlu memiliki kekayaan dan keluwesan pengungkapan,
kemampuan mengendalikan emosi, serat menata dan mengembangkan daya nalarnya
dalam berbagai level berfikir, dari tingkat mengingat sampai evaluasi.
2.
Menulis Mengembangkan Daya Inisiatif dan Kreativitas
Dalam
menulis, seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri segala sesuatunya.
Segala sesuatu itu adalah
(1)
unsur mekanik tulisan yang benar seperti pungtuasi, ejaan, diksi, pengalimatan,
dan pewacanaan, (2) bahasa topik, dan (3) pertanyaan dan jawaban yang harus
diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar hasilnya enak dibaca, maka apa yang
dituliskan harus ditata dengan runtut, jelas dan menarik.
3.
Menulis Menumbuhkan Keberanian
Ketika
menulis, seorang penulis harus berani menampilkan kediriannya, termasuk
pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada publik.
Konsekuensinya, dia harus siap dan mau melihat dengan jernih penilaian dan
tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yang bersifat positif ataupun negatif.
4.
Menulis Mendorong Kemauan dan Kemampuan
Mengumpulkan Informasi
Seseorang menulis karena mempunyai ide, gagasan,
pendapat, atau sesuatu hal yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui
orang lain. Tetapi, apa yang disampaikannya itu tidak selalu dimilikinya saat
itu. Padahal, tak akan dapat me-nyampaikan banyak hal dengan memuaskan tanpa
memiliki wawasan atau pengeta-huan yang memadai tentang apa yang akan
dituliskannya. Kecuali, kalau memang apa yang disampaikannya hanya sekedarnya.
Kondisi ini akan memacu seseorang untuk mencari,
mengumpulkan, dan me-nyerap informasi yang diperlukannya. Untuk keperluan itu,
ia mungkin akan membaca, menyimak, mengamati, berdiskusi, berwawancara. Bagi
penulis, pemero-lehan informasi itu dimaksudkan agar dapat memahami dan
mengingatnya dengan baik, serta menggunakannya kembali untuk keperluannya dalam
menulis. Implikasi-nya, dia akan berusaha untuk menjaga sumber informasi itu
serta memelihara dan mengorganisasikannya sebaik mungkin. Upaya ini dilakukan
agar ketika diperlukan, informasi itu dapat dengan mudah ditemukan dan
dimanfaatkan. Motif dan perilaku seperti ini akan mempengaruhi minat dan
kesungguhan dalam mengumpulkan infor-masi serta strategi yang ditempuhnya.
Menulis banyak memberikan manfaat, di antaranya (1)
wawasan tentang topik akan bertambah, karena dalam menulis berusaha mencari
sumber tentang topik yang akan ditulis, (2) berusaha belajar, berpikir, dan
bernalar tentang sesuatu misalnya menjaring informasi, menghubung-hubungkan,
dan menarik simpulan, (3) dapat menyusun gagasan secara tertib dan sistematis,
(4) akan berusaha menuangkan gagasan ke atas kertas walaupun gagasan yang
tertulis me-mungkinkan untuk direvisi, (5) menulis memaksa untuk belajar secara
aktif, dan (6) menulis yang terencana akan membisakan berpikir secara
tertib dan sistematis.
5.
Hambatan Menulis dan Cara Mengatasinya
Dalam buku Main-Main dengan Teks (Kaifa, cetakan ke-2, 2005), mengidentifikasi berbagai hambatan menulis
dalam dua bentuk, yaitu hambatan yang bersifat internal dan eskternal.
Kemudian, dua jenis hambatan tersebut memendam dua hambatan lain, yaitu yang bersifat
teknis dan nonteknis.
a) Hambatan
internal adalah hambatan menulis yang ada di dalam diri si calon penulis.
Sebagian besar hambatan internal bersifat nonteknis. Contohnya adalah munculnya
rasa malas untuk berlatih menulis, tidak memiliki motivasi untuk habis-habisan
menulis, atau senantiasa tidak puas (merasa tidak percaya diri) dengan hasil
tulisannya.
b) Hambatan
eksternal adalah hambatan yang berupa aturan dan sebagian besar harus di penuhi
oleh si penulis dengan cara meningkatkan keterampilan menulisnya. Jadi,
sifatnya lebih pada persoalan teknis. Contoh hambatan eksternal ini, misalnya,
adalah kalimat yang tidak memenuhi kaidah-kaidah kebahasaan, bahasa-tulis yang
tidak mengalir dan sangat membosankan, atau, bahkan, kadang adanya kehampaan ide
(ide yang dikandung dalam tulisan tidak baru dan tidak ada kesegaran atau
terobosan).
Cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut antara lain:
a)
Cara pertama saya
sebut metode ”mengikat makna”, terutama untuk mengatasi hambatan menulis berupa
rasa malas atau tiadanya motivasi menulis.
b)
Cara kedua saya
sebut teknik ”clustering”, dan teknik ini terutama untuk mengatasi sulitnya
mengembangkan ide. Mengikat Makna akan menunjukkan kepada siapa saja, yang
ingin menerjuni dunia baca-tulis, bahwa membaca memerlukan menulis dan menulis
memerlukan membaca. Dengan “mengikat”, secara otomatis, kita pun kemudian dapat
memperkaya diri kita dengan kata-kata.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Keterampilan menulis adalah hasil dari
keterampilan mendengar, berbicara, membaca. Pembelajaran menulis dalam bahasa
Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pembelajaran membaca. Pembelajaran
menulis merupakan pembelajaran keterampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam
bentuk tertulis. Antara
membaca dan menulis terdapat hubunganyang saling menunjang dan melengkapi.
Artinya, kebiasaan membaca tidak mungkin terlaksanatanpa kebiasaan menulis dan
mengarang, sebaliknya kebiasaan menulis tidak akan bermakna tanpa diikuti oleh
kebiasaan membaca.Dalam proses menulis terdapat beberapa tahap yang harus
dipehatikan. Tahap-tahap tersebut diantaranya :
1.
Pramenulis
Pramenulis merupakan tahap
persiapan.Pada tahap ini penulis melakukan berbagai kegiatan, misalnya
menemukan ide gagasan, menentukan judul karangan, menentukan tujuan, memilih
bentuk atau jenis tulisan, membuat
kerangka, dan mengumpulkan bahan-bahan.
2.
Menulis
Tahap menulis dimulai dengan menjabarkan
ide ke dalam bentuk tulisan.Ide-ide itu dituangkan dalam bentuk kalimat paragraf.Selanjutnya,
paragraf-paragraf itu dirangkaikan menjadi satu karangan utuh.
3.
Merevisi
Pada tahap merevisi dilakukan koreksi
terhadap keseluruhan karangan.Koreksi dilakukan terhadap berbagai aspek,
misalnya struktur karangan dan kebahasaan.Struktur karangan meliputi penataan
ide pokok dan ide penjelas, serta sistematika dan penalarannya.Sementara itu,
aspek kebahasaan meliputi pilihan kata, struktur kata, ejaan, dan tanda baca.
4.
Mengedit
Apabila karangan sudah dianggap
sempurna, penulis tinggal melaksanakan tahap pengeditan. Dalam pengeditan ini
diperlukan format baku yang akan menjadi acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk
tulisan, dan pengaturan spasi.
5.
Mempublikasikan
Mempublikasikan mempunyai dua
pengertian.Pengertian pertama, berarti menyampaikan karangan kepada publicdalam
bentuk cetakan, sedangkan pengertian kedua menyampaikan dalam bentuk
noncetakan.
Menulis juga dapat mendatangkan banyak manfaat
diantaranya :
(1) menulis menyumbang kecerdasan,
(2) menulis mengem-bangkan daya inisiatif dan kreativitas, (3) menulis
menumbuhkan keberanian, dan (4) menulis mendorong kemauan dan kemampuan
mengumpulkan informasi.
Kemudian dalam kegiatan mnulis terdapat
hambatan-hambatan serta cara penyelesaiannya sebagai berikut:
a) Hambatan
internal adalah hambatan menulis yang ada di dalam diri si calon penulis.
Sebagian besar hambatan internal bersifat nonteknis. Contohnya adalah munculnya
rasa malas untuk berlatih menulis, tidak memiliki motivasi untuk habis-habisan
menulis, atau senantiasa tidak puas (merasa tidak percaya diri) dengan hasil
tulisannya.
b) Hambatan
eksternal adalah hambatan yang berupa aturan dan sebagian besar harus di penuhi
oleh si penulis dengan cara meningkatkan keterampilan menulisnya. Jadi,
sifatnya lebih pada persoalan teknis. Contoh hambatan eksternal ini, misalnya,
adalah kalimat yang tidak memenuhi kaidah-kaidah kebahasaan, bahasa-tulis yang
tidak mengalir dan sangat membosankan, atau, bahkan, kadang adanya kehampaan
ide (ide yang dikandung dalam tulisan tidak baru dan tidak ada kesegaran atau
terobosan).
Cara mengatasi
hambatan-hambatan tersebut antara lain:
a)
Cara pertama saya
sebut metode ”mengikat makna”, terutama untuk mengatasi hambatan menulis berupa
rasa malas atau tiadanya motivasi menulis.
b)
Cara kedua saya
sebut teknik ”clustering”, dan teknik ini terutama untuk mengatasi sulitnya
mengembangkan ide. Mengikat Makna akan menunjukkan kepada siapa saja, yang
ingin menerjuni dunia baca-tulis, bahwa membaca memerlukan menulis dan menulis
memerlukan membaca. Dengan “mengikat”, secara otomatis, kita pun kemudian dapat
memperkaya diri kita dengan kata-kata.
B.
Saran
Sebaiknya jika kita ingin menjadi seorang penulis yang
terkenal maka ada baiknya kita memperbanyak kegiatan membaca. Hal ini dapat
meningkatkan wawasan kita dalam menentukan ide-ide baru yang akan dijadikan
sebuah tulisan. Kemudian, langkah-langkah berikutnya kita dapat mempelajari
aturan-aturan dalam penulisan yang berupa tahap-tahap penulisan dan
hambatan-hambatan serta bagaimana cara mengatasinya. Dengan demikian kita
kegiatan menulis kita akan berjalan dengan lancar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pengunjung yang baik mohon tinggalkan komentar nya yaa..