Senin, 17 Desember 2012

MENYIMAKBERITA, PETUNJUK, DIALOG, IKLAN DAN PIDATO


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Kehidupan modern yang ditandai oleh pesatnya perkembangan bahasa tulisdan kegiatan cetak-mencetak menuntut para pendukungnya agar mengembangkan tradisi menulis dan membaca.Tradisi menulis dapat diartikan sebagai suatu kebiasaan untuk menyatakan gagasan atau pendapat secara tertulis, sedangkan tradisi membaca adalah kebiasaan orang untuk memanfaatkan tulisan dalam rangka mengembangkan pengetahuan.Membaca dan menulis sebagai aktivitas komunikasi ibarat mata uang logam yang sisi-sisinya saling melengkapi.White (1960) mengatakan bahwa antara membaca dan menulis terdapat hubunganyang saling menunjang dan melengkapi. Artinya, kebiasaan membaca tidak mungkin terlaksanatanpa kebiasaan menulis dan mengarang, sebaliknya kebiasaan menulis tidak akan bermakna tanpa diikuti oleh kebiasaan membaca.
            Meskipun telah disadari bahwa penguasaan tulis mutlak diperlukan dalam kehidupan modern, dalam kenyataannya pengajaran keterampilan membaca dan menulis kurang mendapatkan perhatian.Pelly (1992) mengatakan bahwa pelajaran membaca dan menulis yang dulu merupakan pelajaran dan latihan pokok kurang mendapatkan perhatian, baik dari para siswa maupun para guru. Pelajaran mengarangsebagai salah satu aspek dalam pengajaran bahasa Indonesia kurang ditangani secara sungguh-sungguh. Akibatnya kemampuan berbahasa Indonesia para siswa kurang memadai.
Badudu (1985) berpendapat bahwa rendahnya mutu kemampuan menulis siswa disebabkanoleh kenyataan bahwa pengajaran mengarang dianaktirikan.
            Kemampuan menyusun naskah pidato tidak kalah penting bagi calon guru.Di tengah-tengah masyarakat, guru adalah tokoh masyarakat. Oleh karena itu, nereka akan mendapatkan kesempatan berpidato lebih banyak daripada warga masyarakat yang lain, baik dalam kaitannya dengan tugas kedinasan maupun tugas kemasyarakatn. Kemampuan menyusun pidato merupakan keterampilan praktis yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.Kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan pendekatan terpadu.Setiap materi selalu dikaitkan dengan keterampilan berbahasa dan unsur kebahasaan.Pengajaran menulis cerita anak-anak, misalnya, dapat dikaitkan dengan membaca dan menyimak.Demikian juga juga menulis naskah pidato dapat dikaitkan dengan pengajaran kosakata, struktur, dan ejaan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian keterampilan menulis?
2.      Bagaimana proses menulis yang baik?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui keterampilan menulis
2.      Mengetahui proses menulis yang baik













BAB II
PEMBAHASAN


A.    Keterampilan Menulis
Menurut Rivers (dalam Parera dan Tasai, 1995:15) keterampilan menulis merupakan satu kebiasaan yang elegan dari para elite terdidik. Oleh karena itu, tujuannya tidak akan tercapai untuk tingkat sekolah menengah ke bawah. Keterampilan menulis menuntut penguasaan bahasa yang tinggi yang mungkin tidak dikuasai oleh semua orang.Untuk memenuhi keterampilan menulis yang baik jenjang menulis perlu diperhatikan.Belajar keterampilan menulis dilakukan secara berjenjang.
Beberapa jenjang untuk keterampilan menurut Parera dan Tasai (1995:15) adalah: (1) menyalin naskah dalam bahasa, (2) menuliskan kembali/mereproduksi apa yang telah didengar dan dibaca, (3) melakukan kombinasi antara apa yang telah dihafal dan didengar dengan adaptasi kecil, (4) menulis terpimpin, dan (5)menyusun karangan atau komposisi dengan tema, judul, atau topik pilihan siswa sendiri.
Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pembelajaran membaca. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran keterampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis. Keterampilan menulis adalah hasil dari keterampilan mendengar, berbicara, membaca. Menurut Pirera dan Tasai (1995:27) mengemukakan prinsip-prinsip menulis adalah: (1) menulis tidak dapat dipisahkan dari membaca. Pada jenjang pendidikan dasar pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara serempak, (2) pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan disiplin berbahasa, (3) pembelajaran menulis adalah pembelajaran tata tulis atau ejaan dan tanda baca bahasa Indonesia, dan (4) pembelajaran menulis berlangsung secara berjenjang bermula dari menyalin sampai dengan menulis ilmiah.
Berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran menulis tersebut, maka alternatif pembelajaran menulis adalah sebagai berikut: (1) menyalin, (2) menyadur, (3) membuat ikhtisar, (4) menulis laporan, (5) menyusun pertanyaan angket dan wawancara, (6) membuat catatan, (7) menulis notulen, (8) menulis hasil seminar, pidato, dan laporan, (9) menulis surat yang berupa : ucapan selamat, undangan, pribadi, dinas, perjanjian, kuasa, dagang, pengaduan, perintah, pembaca, memo, dan kawat (telegram), (10) menulis poster dan iklan, (11) menulis berita, (12) melanjutkan tulisan, (13) mengubah, memperbaiki, dan menyempurnakan , (14) menulis karya ilmiah.
Menurut Tarigan (1983) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut, kalau mereka memahami bahasa dan lambang grafis tersebut. Byrne (1997) mengemukakan bahwa mengarang pada hakikatnya bukan sekedar menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, akan tetapi mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan karang-mengarang pengarang menggunakan bahasa tulis untuk menyatakan isi hati dan buah pikirannya secara menarik dan mengena pada pembaca.
Oleh karenanya, di samping harus menguasai topik dan permasalahan yang akan ditulis, penulis dituntut menguasai komponen:
1.      Grafologi
2.      Struktur
3.      Kosakata
4.      Kelancaran
Pengajaran mengarang menurut Baraja (1975) terdiri atas lima tahap, yaitu (1) mencontoh, (2) mereproduksi, (3) rekombinasi dan transformasi, (4) mengarang terpimpin, dan (5) mengarang bebas. Mencontoh adalh aktivitas mekanis.Sungguhpun demikian, bukan berarti bahwa murid-murid tidak belajar apa-apa.Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh lewat kegiatan mencontoh misalnya berlatih menulis dengan tepat sesuai dengan contoh, belajar mengeja dengan tepat dan membiasakan diri menggunakan bahasa yang baik.
Kegiatan reproduksi, yaitu menulis apa yang telah dipelajari secara lisan dan tulis. Kegiatan ini diawali dengan kegiatan menyimak atau membaca.Hasilnya dituangkan kembali dalam bentuk karangan yang disusun dengan kata-katanya sendiri.Dengan demikian ide dan sistematika tidak berbeda dengan karangan yang telah dipelajari sebelumnya.
Rekomendasi merupakan latihan menggabungkan beberapa karangan menjadi satu karangan.Dalam praktik dapat berupa latihan penggabungan antarkalimat, antarparagraf, atau  antarwacana.Dengan demikian, rekomendasi mencakup pengertian kompilasi beberapa poko pikiran dari berbagai wacana menjadi satu wacana. Sementara itu, transformasi adalah mengubah salah satu bentuk karangan ke dalam bentuk karangan yang lain. Seseorang dapat mengubah bentuk puisi ke dalam bentuk prosa atau sebaliknya.Dalam lingkup yang lebih luas transformasi mencakup pengertian penerjemahan, penyaduran, alih aksara (transliterasi), transkripsi, dan pembuatan sinopsis.
Mengarang bebas sebagai tahap akhir dari pengajaran mengarang dilakukan dengan memberi tugas kepada siswa untuk membuat karangan secara bebas.Meskipun demikian, ada baiknya, guru tidak terlalu sulit dalam melalukan evaluasi.

B.     Proses Menulis
Proses kegiatan menulis terdiri atas tahapan-tahapan yang sangat bergantung pada jenis tulisan. Secara umum tahapan menulis terdiri atas (a) perencanaan, (b) pembuatan draf kasar, dan (c) penyuntingan. Secara khusus, tahapan menulis sangat bergantung pada apa yang ditulis. Tahapan menulis opini berbeda dengan menulis berita, biografi, dan sebagainya, misal tahapan menulis opini terdiri atas  (a) penggalian ide, (b) pendaftaran ide, (c) pengurutan ide, (d) penyusunan draf tulisan, (e) perbaikan tulisan, (f) pengkajian tulisan kembali, (g) pengulangan proses butir (e) dan (f) jika diperlukan, dan (h) publikasi tulisan, sedang tahapan menulis berita sangat bergantung pada komposisi unsur 5W+1H dan pengembangannya.
Berikut ini disajikan proses kegiatan menulis berdasarkan tahapan menulis opini dan artikel nonpenelitian melalui tahapan  (a) perencanaan, (b) pembuatan draf tulisan, (c) penyuntingan, dan (d) publikasi. Masing-masing subtahap dijelaskan dalam tahapan-tahapan berikut ini.

1.      Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan langkah awal dalam menulis.Pada tahap ini, penulis melakukan kegiatan penggalian gagasan/ide, pendaftaran gagasan, dan pengurutan gagasan.Berikut ini uraian tiap kegiatan tersebut.
a)      Penggalian Gagasan
Gagasan sebuah tulisan dapat bersumber dari dua hal, yaitu (a) pengamatan kejadian/peristiwa hidup, (b) imajinasi, dan (c) kajian pustaka dan pengembangannya. Ketiga sumber ini merupakan modal awal yang untuk menulis.Pertama, kejadian hidup sehari-hari dapat memunculkan inspirasi tertentu dalam menulis, terlebih munculnya sebuah fenomena yang unik dan menarik, misalnya pemenang lomba menulis esai tentang kecantikan wanita justru bukan dari kalangan wanita, melainkan pria.Fenomena ini dapat dijadikan gagasan dan diwujudkan ke dalam bentuk tulisan.Kedua, gagasan tulisan dapat juga diangkat dari hasil berimajinasi.Hasil kegiatan imajinasi dapat diwujudkan menjadi sebuah tulisan.Mengandalkan daya khayal, penulis dapat menuangkan gagasan-gagasan yang ditemukan ke dalam tulisan.Ketiga, tulisan dapat bersumber dari hasil kajian pustaka.Referensi cetak dan elektronik dibaca lalu ditulis kembali dengan berbagai pengembangan.Dalam menggali gagasan melalui hasil kajian pustaka, penulis harus mencantumkan sumber rujukan dan daftar rujukan/pustaka.
Dalam menulis bersumber dari hasil kajian pustaka, penulis dapat melakukan kegiatan (a) mencari tulisan, (b) menangkap informasi dari tulisan, dan (c) menyimpulkan informasi dari tulisan. Pertama, berbagai tulisan/artikel ilmiah sudah banyak tersedia melalui media cetak dan elektronik.Hal yang perlu diperhatikan adalah apakah berbagai tulisan/artikel ilmiah tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan?Terlebihdi internet banyak sajian tulisan yang bernilai berlian dan juga bernilai sampah.Kedua, menangkap informasi dari tulisan/artikel ilmiah.Informasi dari tulisan/artikel biasanya diwujudkan dalam bentuk paragraf, tabel, dan gambar.Informasi disajikan dalam bentuk paragraf merupakan uraian-uraian gagasan.Untuk menguraikan gagasan, didukung dengan tabel dan gambar.Ketiga, menyimpulkan informasi dari tulisan.Dari tulisan ringkas pokok informasi pada kalimat utama di tiap-tiap paragraf, akan didapatkan kemudahan dalam menyimpulkan informasi tulisan/artikel ilmiah yang dicari. Kesimpulan yang diperoleh juga bukan informasi secara terpisah-pisah/parsial melainkan kesimpulan secara utuh yang diambil melalui prosedur yang sistematis.
Dari jabaran uraian di atas, kegiatan penggalian ide dapat dilakukan dengan mencari tulisan/referensi, menangkap informasi dari tulisan/referensi, dan menyimpulkan informasi dari tulisan.Selanjutnya, gagasan dari kegiatan penggalian ide ini didaftar.
b)      Pendaftaran Gagasan
Dari hasil tahapan kegiatan penggalian gagasan/ide dengan membaca sebuah tulisan/artikel pembaca dapat mendaftar gagasan yang diperolehnya.Gagasan ini dapat ditambah dan dikembangkan sesuai dengan wawasan penulis. Referensi lain hanya berfungsi sebagai pemicu gagasan-gagasan baru dari penulis.Gagasan-gagasan yang diperoleh penulis hendaknya didaftar.Pendaftaran gagasan ini memudahkan penulis dalam kegiatan selanjutnya, yakni mengurutkan gagasan.Tujuannya agar penulis tidak lupa. Selanjutnya, penulis  mengurutkan gagasan secara sistematis untuk mempermudah pembaca dalam memahami tulisan.
c)      Pengurutan Gagasan
Gagasan yang telah digali dan didaftar oleh penulis diurutkan penulis secara sistematis.Sistematika gagasan diurutkan berdasarkan klasifikasi tertentu.Gagasan dapat diklasifikasikan atas besar-kecil, teori-contoh, hingga umum-khusus.Terkadang gagasan diurutkan dari gagasan besar ke kecil atau sebaliknya dari ke besar.Penulis juga dapat mengurutkannya berdasarkan teori, lalu diikuti contoh atau sebaliknya dari contoh lalu diikuti teori. Di saat lain, penulis juga dapat mengurutkan gagasan secara umum ke khusus atau sebaliknya khusus-umum.
Pengurutan gagasan ini harus mengikuti prinsip kemudahan pemahaman bagi pembaca.Penulis harus mampu menentukan urutan gagasan yang sudah diurut sedemikian rupa agar lebih mudah dipahami pembaca dibandingkan dengan urutan gagasan tertentu.Teknik pengurutan gagasan ini harus dipikirkan penulis.Urutan yang memiliki nilai pemahaman yang paling tinggilah yang layak dipakai dalam tulisan.

2.      Tahap Penyusunan Draf Tulisan
Tahapan perencanaan, yang terdiri atas (1) penggalian gagasan: mencari tulisan, menangkap informasi dari tulisan, dan menyimpulkan informasi dari tulisan, (2)  pendaftaran gagasan, dan (3) pengurutan gagasan secara khusus, harus tuntas dilakukan. Tahap penyusunan draf dapat dilakukan setelah tahap perencanaan selesai. Jika tahap perencanaan tidak selesai dan dipaksakan untuk penyusunan draf tulisan akan menghasilkan tulisan yang kurang bermutu.
Penyusunan draf ditulis berdasarkan gagasan-gagasan yang sudah diurutkan.Gagasan-gagasan ini diuraikan secara sistematis berdasarkan urutan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Hal ini untuk mencegah terjadinya lompatan pikiran penulis dalam proses menulis. Akibatnya, logika pemahaman pembaca tidak teratur.Tulisan sulit dipahami pembaca.
Gagasan-gagasan yang sudah diurutkan diuraikan dalam bentuk paragraf.Paragraf-paragraf ini terdiri atas gagasan utama dan penjelas.  Tiap gagasan utama ditulis dalam bentuk kalimat utama.Tiap gagasan penjelas ditulis dalam bentuk kalimat penjelas.Syarat-syarat penyusunan sebuah paragraf dalam menguraikan gagasan mutlak dipenuhi.Syarat-syarat ini dijelaskan pada bagian berikutnya.
Draf tulisan ini disusun sementara untuk diperbaiki selanjutnya.Sifat sementara ini mengukuhkan bahwa hasil tulisan yang disusun berdasarkan urutan gagasan bukanlah hasil akhir tulisan, melainkan menjadi bahan perbaikan pada tahap berikutnya.Perbaikan ini disebut juga penyuntingan.

3.      Tahap Penyuntingan
Tahap ini dapat dilakukan jika draf sudah selesai disusun.Draf disunting untuk diperbaiki dari segi bentuk dan isi.Bentuk tulisan yang disunting terkait dengan sistematika dan teknis penulisan.Sistematika penulisan meliputi kemasan sajian dan urutan penyampaian materi-materi dalam tulisan. Teknis penulisan meliputi ketepatan penggunaan ejaan, diksi, kata baku, kalimat, dan paragraf. Isi tulisan ditinjau berdasarkan gagasan-gagasan yang tertuang di dalamnya.
Bentuk tulisan disunting berdasarkan sistematika dan teknis penulisan.Sistematika penulisan dapat ditinjau berdasarkan komponen-komponen pembentuknya.Komponen-komponen ini dibahas pada bagian sebelumnya. Sebuah tulisan memiliki komponen pembentuknya. Komponen ini disusun dan diurutkan secra sistematis. Rangkaian kmponen dan sajiannya menentukan klasifikasi jenis tulisan.Teknis penulisan berfokus pada penggunaan kaidah-kaidah bahasa. Kaidah-kaidah ini meliputi ejaan, diksi, kata baku, kalimat, dan paragraf. Aturan penggunaan ejaan bahasa Indonesia diatur dalam EYD hasil revisi baru. Diksi (pilihan kata) harus dipilih dengan tepat.Kata yang digunakan dalam tulisan disesuaikan dengan ragam tulisan, misalnya ragam ilmiah menuntut kebakuan.Demikian juga kalimat yang digunakan.Jika beragam ilmiah mesnuntut efektivitas kalimat.Paragraf yang disusun harus memiliki asas-asas paragraf yang baik.
Isi tulisan dapat disunting berdasarkan gagasan-gagasan yang tertuang dalam draf.Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, isi tulisan memiliki gagasan utama dan penjelas.Gagasan utama ini dapat disunting sesuai keperluan.Gagasan ini dapat ditambah dan dikurangi.Selain itu, urutan gagasan perlu ditinjau kembali untuk memudahkan pemahaman kepada pembaca.Berdasarkan gagasan utama, gagasan penjelas perlu ditinjau kejelasannya.Apakah gagasan penjelas sudah benar-benar menjelaskan gagasan utama atau tidak?
Kegiatan penyuntingan dapat dilakukan secara berulang kali.Penulis melakukan penyuntingan untuk pertama kali, kemudian dibaca ulang.Jika menemukan kesalahan, penulis dapat melakukan kegiatan penyuntingan lagi.Selanjutnya, dibaca ulang dan disunting lagi jika diperlukan. Proses ini dapat berjalan berulang kali hingga penulis menemukan bentuk tulisan yang ideal sebelum dipublikasikan.

4.      Tahap Publikasi
Kegiatan publikasi dapat dilakukan melalui media cetak dan elektronik. Media cetak dapat berupa buku, koran, majalah, jurnal, pamflet, booklet, selebaran, spanduk, dan baliho. Media elektronik dapat berupa televisi, radio, dan internet.Media internet memiliki nilai diseminasi/penyebaran yang paling baik. Media internet dapat berupa laman/web, blog, surat elektronik, hingga jejaring sosial. Laman/web, blog, dan surat elektronik dapat dijadikan sebagai alat penyebaran tulisan kepada orang lain. Saat ini, banyak orang yang sedang menggemari jejaring sosial.Banyak orang yang rajin menulis melalui perbaruan status dan banyak pula orang yang menulis komentar-komentarnya.Media ini memiliki kelebihan tersendiri dalam popularitas dengan sistem yang sudah dirancang sedemikian rupa.
Melalui internet, orang dapat membaca karya-karya penulis tanpa harus terbatasi oleh tempat dan waktu.Selama ada koneksi, orang dapat membaca karya-karya penulis.Hal ini dapat terjadi karena tulisan tidak disebarkan melalui media cetak yang memiliki keterbatasan distribusi.Seorang penulis sebaiknya memikirkan media apa yang tepat digunakan dalam memublikasikan tulisannya. Media ini sangat erat kaitannya dengan para pengguna.Para pengguna inilah yang harus diperhatikan oleh penulis, apakah sudah sesuai dengan sasaran tulisan atau tidak?Tentu saja, sebelumnya penulis juga sudah merancang siapa sasaran pembaca tulisannya.
Publikasi tulisan melalui media cetak memiliki beragam format. Wujud media cetak dapat berupa buku, majalah, koran, selebaran, pamflet, leaflet, booklet, spanduk, dan baliho. Tiap bentuk media memiliki format sajian tersendiri. Misalnya ukuran buku, majalah, dan koran yang memiliki format sajian yang berbeda-beda.
Untuk karya ilmiah, publikasi dapat dilakukan melalui media kertas cetak.Kertas yang sering digunakan berukuran A4.Ukuran ini berbeda dengan letter. A4 berukuran 21 cm x 29,7 cm (8,27 inch x 11,69 inch), sedangkan letter berukuran 21,59 cm x 27, 94 cm (8,5 inch x 11 inch). Ukuran standar (default) pada Microsoft Office adalah A4 (21 cm x 29,7 cm atau 8,27 inch x 11,69 inch).Terkadang karya ilmiah dapat juga dicetak versi folio dibagi dua agar lebih hemat.Ukuran folio ini berbeda dengan ukuran legal. Folio berukuran 21,59 cm x 33 cm (8,5 inch x 13 inch), sedangkan legal berukuran 21,59 cm x 35,56 cm (8,5 inch x 14 inch). Untuk membuat ukuran ini, dapat digunakan ukuran legal, kemudian ubah tinggi menjadi 33 cm/13 inch (ukuran sebenarnya 33 cm = 12,99 inch).
Karya ilmiah dapat dicetak menjadi berkas makalah, berkas artikel, berkas skripsi, berkas tesis, dan berkas disertasi.Berkas-berkas ini umumnya tidak diterbitkan, kecuali artikel yang diterbitkan dalam jurnal. Makalah dapat digandakan dan dibagi-bagikan dalam kegiatan ilmiah, misalnya seminar, diskusi panel, lokakarya, dan forum ilmiah lain. Skripsi, tesis, dan disertasi dicetak penulis dan digandakan dalam versi terbatas, misalnya digandakan sebanyak tiga buah: satu untuk perpustakaan fakultas, satu perpustakaan umum, dan satu untuk arsip pribadi. Namun, terkadang hasil penelitian skripsi, tesis, dan disertasi juga dapat diterbitkan menjadi buku dengan modifikasi sistem penulisan.Publikasi karya ilmiah dalam media maya terdiri atas format berkas/file dan format tayang/display. Format file terdiri atas versi rtf, versi doc(x), versi pdf, dan versi html/xml (web). Format tayang/display terdiri atas versi web, blog, hingga catatan melalui situs jejaring sosial.
Aktivitas menulis mengikuti alur proses yang terdiri dari beberapa tahap. Selain pemaparan di atas, MCkay (1984) mengemukakan tujuh tahap yaitu:
1.      Pemilihan dan pembatasan masalah
2.      Pengumpulan bahan
3.      Penyusunan bahan
4.      Pembuatan kerangka karangan
5.      Penulisan naskah awal
6.      Revisi
7.      Penulisan naskah akhir
    Di samping itu, McCrimmon sebagaimana diikuti oleh Akhadiah (1989) mengemukakan tiga tahap dalam proses penulisan, yaitu:
1.      Prapenulisan
2.      Penulisan
3.      Revisi
Kedua pendapat tentang proses penulisan itu sebenarnya belum lengkap sebab tulisan tidak akan bermakna tanpa dipublikasikan kepada orang lain. Di samping itu, kedua pemikiran itu belum menjelaskan kapan pengarang menentukan judul karangan. Secara padat proses penulisan terdiri atas lima tahap yaitu:
1.      Pramenulis
Pramenulis merupakan tahap persiapan.Pada tahap ini penulis melakukan berbagai kegiatan, misalnya menemukan ide gagasan, menentukan judul karangan, menentukan tujuan, memilih bentuk atau jenis tulisan, membueh karena kerangka, dan mengumpulkan bahan-bahan.Ide tulisan dapat bersumber dari pengalaman, observasi, bahan bacaan, dan imajinasi.Oleh karena itu, pada tahap pramenulis kadang diperlukan stimulus untuk merangsang munculnya respon yang berupa idea tau gagasan. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas, misalnya membaca buku, surat kabar, majalah, dan sejenisnya; menyimak warta berita, pidato, khotbah, diskusi, dan seminar,karya wisata dan rekreasi, dan sebagainya.
Penentuan tujuan erat kaitannya dengan pemilihan bentuk karangan.Karangan yang bertujuan menjelaskan sesuatu dapat ditulis dalam bentuk karangan eksposisi; karangan yang bertujuan membuktikan, meyakinkan dan membuuk dapat disusun dalam bentuk argumentasi dan persuasi.Karangan yang bertujuan melukiskan sesuatu dalam ditulis dalam bentuk karangan deskripsi.Di samping itu, seorang penulis dapat memilih bentuk prosa, puisi, atau drama untuk mengkomunikasikan gagasannya.
Pengembangan ide ke dalam kerangka karangan dapat menggunakan berbagai pola pengembangan.Secara umum, karangan terdiri atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, pengembangan, dan penutup.Pada bagian pendahuluan dapat dikemukakan latar belakang masalah, permasalahan yang dikemukakan, dan pendekatan yang akan digunakan untuk menguraikan masalah itu. Bagian penutup biasanya berisi kesimpulan dan saran.Pengembangan masalah dapat dilakukan dengan pola alamiahdan rasional.Pola alamiah adalah pola pengembangan yang disesuaikan dengan urutan waktu terjadinya peristiwa (kronologis), dan urutan tempat atau ruang (space order).Sementara itu, pola pengembangan rasional, dapat dilakukan berdasarkan (1) urutan sebab akibat atau sebaliknya, (2) problem solvingatau pemecahan masalah,(3) aspek, (4) topik.
Dalam penulisan cerita anak-anak dapat digunakan pola pengembangan alamiah.Tiap-tiap peristiwa diceritakan sesuai dengan waktu kejadiannya. Sementara itu, naskah pidato untuk kegiatan seminar dapat disusun dengan pola pengembangan problem solving. Mula-mula dikemukakan permasalahannya, dan seterusnya dikemukakan cara pemecahannya.

2.      Menulis
Tahap menulis dimulai dengan menjabarkan ide ke dalam bentuk tulisan.Ide-ide itu dituangkan dalam bentuk kalimat paragraf.Selanjutnya, paragraf-paragraf itu dirangkaikan menjadi satu karangan utuh. Pada tahap ini diperlukan pula berbagai pengetahuan kebahasaaan dan teknik penulisan, pengetahuan kebahasaan yang digunakan untuk pemilihan kata, penentuan gaya bahasa, pembentukan kalimat, sedangkan teknik penulisan untuk penyusuna paragraf sampai dengan penyusunan karangan secara utuh.
Apabila pada tahap pramenulis belum ditentukan judul karangan, maka pada akhir tahap ini, penulis dapat menentukan judul karangan.Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan pada saat menentukan judul, antara lain (1) provokatif, (2) relevan dengan isi, (3) singkat.Di samping itu, perlu diingat bahwa judul sebaiknya disusun dalam bentuk frase bukan kalimat.

3.      Merevisi
Pada tahap merevisi dilakukan koreksi terhadap keseluruhan karangan.Koreksi dilakukan terhadap berbagai aspek, misalnya struktur karangan dan kebahasaan.Struktur karangan meliputi penataan ide pokok dan ide penjelas, serta sistematika dan penalarannya.Sementara itu, aspek kebahasaan meliputi pilihan kata, struktur kata, ejaan, dan tanda baca.Pada tahap revisi masih dimungkinkan mengubah judul karangan apabila judul telah ditentukan dirasakan kurang tepat.
a.       Kegiatan
b.      Kosakata
c.       Struktur
d.      Ejaan dan Tanda Baca

4.      Mengedit
Apabila karangan sudah dianggap sempurna, penulis tinggal melaksanakan tahap pengeditan. Dalam pengeditan ini diperlukan format baku yang akan menjadi acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk tulisan, dan pengaturan spasi. Proses pengeditan dapat diperluas dan disempurnakan dengan penyediaan gambar atau ilustrasi untuk melengkapi tulisan yang dikonsumsikan untuk anak-anak sebaiknya berwarna. Di samping menarik, warna yang dipakai dapat digunakan untuk melatih pengenalan warna.

5.      Mempublikasikan
Mempublikasikan mempunyai dua pengertian.Pengertian pertama, berarti menyampaikan karangan kepada publikdalam bentuk cetakan, sedangkan pengertian kedua menyampaikan dalam bentuk noncetakan.Penyampaian noncetakan dapat dilakukan dengan pementasan, penceritaaan, peragaan, dan sebagainya.Karangan berbentuk cerita anak-anak, misalnya, dpat disampaikan melalui majalah, atau dapat juda disampaikan secara lisan. Secara sederhana, karangan anak-anak dapat dipublikasikan lewat papan tempel atau dibacakan di depan kelas. Publikasi semacam itu memiliki dampak psikologis yang amat baik.Pemajangan hasil karya anak-anak dapat berfungsi ganda, di samping untuk penguatan juga dapat mengacu semangat bersaing secara positif.

C.    Tujuan Menulis
Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Menulis mempunyai empat tujuan, yaitu untuk mengekpresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca, mempersuasi pembaca, dan untuk menghasilkan karya tulis.
Jenis tulisan menurut tujuan menulis sebagai berikut:
1.      Narasi yakni karangan/tulisan ekspositoris maupun imajinatif yang secara spesifik menyampaikan informasi tertentu berupa perbuatan/tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu.
2.      Deskripsi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang situasi dan kondisi suatu lingkungan (kebendaan ataupun kemanusiaan). Penyampaiannya dilakukan secara objektif, apa adanya, dan terperinci.
3.      Ekposisi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan de-ngan tujuan menjelaskan, menerangkan, dan menguraikan sesuatu hal sehingga pengetahuan pendengar/pembaca menjadi bertambah.
4.      Argumentatif yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilaku-kan dengan tujuan mempengaruhi, memperjelas, dan meyakinkan.
5.      Persuasif karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan dengan tujuan mempengaruhi, meyakinkan, dan mengajak

D.    Manfaat Menulis
Menurut Graves (dalam Akhadiah dkk., 1998:1.4) berkaitan dengan manfaat menulis mengemukakan bahwa: (1) menulis menyumbang kecerdasan, (2) menulis mengem-bangkan daya inisiatif dan kreativitas, (3) menulis menumbuhkan keberanian, dan (4) menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
1.      Menulis Mengasah Kecerdasan
Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan mengharmonikan berbagai aspek. Aspek-aspek itu meliputi (1) pengetahuan tentang topik yang akan dituliskan, (2) penuangan pengetahuan itu ke dalam racikan bahasa yang jernih, yang disesuaikan dengan corak wacana dan kemampuan pembacanya, dan (3) penyajiannya selaras dengan konvensi atau aturan penulisan. Untuk sampai pada kesanggupan seperti itu, seseorang perlu memiliki kekayaan dan keluwesan pengungkapan, kemampuan mengendalikan emosi, serat menata dan mengembangkan daya nalarnya dalam berbagai level berfikir, dari tingkat mengingat sampai evaluasi.
2.      Menulis Mengembangkan Daya Inisiatif dan Kreativitas
Dalam menulis, seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri segala sesuatunya. Segala sesuatu itu adalah
(1) unsur mekanik tulisan yang benar seperti pungtuasi, ejaan, diksi, pengalimatan, dan pewacanaan, (2) bahasa topik, dan (3) pertanyaan dan jawaban yang harus diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar hasilnya enak dibaca, maka apa yang dituliskan harus ditata dengan runtut, jelas dan menarik.
3.      Menulis Menumbuhkan Keberanian
Ketika menulis, seorang penulis harus berani menampilkan kediriannya, termasuk pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada publik. Konsekuensinya, dia harus siap dan mau melihat dengan jernih penilaian dan tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yang bersifat positif ataupun negatif.
4.      Menulis Mendorong Kemauan dan Kemampuan Mengumpulkan Informasi
Seseorang menulis karena mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal yang menurutnya perlu disampaikan dan diketahui orang lain. Tetapi, apa yang disampaikannya itu tidak selalu dimilikinya saat itu. Padahal, tak akan dapat me-nyampaikan banyak hal dengan memuaskan tanpa memiliki wawasan atau pengeta-huan yang memadai tentang apa yang akan dituliskannya. Kecuali, kalau memang apa yang disampaikannya hanya sekedarnya.
Kondisi ini akan memacu seseorang untuk mencari, mengumpulkan, dan me-nyerap informasi yang diperlukannya. Untuk keperluan itu, ia mungkin akan membaca, menyimak, mengamati, berdiskusi, berwawancara. Bagi penulis, pemero-lehan informasi itu dimaksudkan agar dapat memahami dan mengingatnya dengan baik, serta menggunakannya kembali untuk keperluannya dalam menulis. Implikasi-nya, dia akan berusaha untuk menjaga sumber informasi itu serta memelihara dan mengorganisasikannya sebaik mungkin. Upaya ini dilakukan agar ketika diperlukan, informasi itu dapat dengan mudah ditemukan dan dimanfaatkan. Motif dan perilaku seperti ini akan mempengaruhi minat dan kesungguhan dalam mengumpulkan infor-masi serta strategi yang ditempuhnya.
Menulis banyak memberikan manfaat, di antaranya (1) wawasan tentang topik akan bertambah, karena dalam menulis berusaha mencari sumber tentang topik yang akan ditulis, (2) berusaha belajar, berpikir, dan bernalar tentang sesuatu misalnya menjaring informasi, menghubung-hubungkan, dan menarik simpulan, (3) dapat menyusun gagasan secara tertib dan sistematis, (4) akan berusaha menuangkan gagasan ke atas kertas walaupun gagasan yang tertulis me-mungkinkan untuk direvisi, (5) menulis memaksa untuk belajar secara aktif, dan (6) menulis yang terencana akan membisakan berpikir secara tertib dan sistematis.

5.      Hambatan Menulis dan Cara Mengatasinya
Dalam buku Main-Main dengan Teks (Kaifa, cetakan ke-2, 2005),  mengidentifikasi berbagai hambatan menulis dalam dua bentuk, yaitu hambatan yang bersifat internal dan eskternal. Kemudian, dua jenis hambatan tersebut memendam dua hambatan lain, yaitu yang bersifat teknis dan nonteknis.
a)  Hambatan internal adalah hambatan menulis yang ada di dalam diri si calon penulis. Sebagian besar hambatan internal bersifat nonteknis. Contohnya adalah munculnya rasa malas untuk berlatih menulis, tidak memiliki motivasi untuk habis-habisan menulis, atau senantiasa tidak puas (merasa tidak percaya diri) dengan hasil tulisannya.
b)  Hambatan eksternal adalah hambatan yang berupa aturan dan sebagian besar harus di penuhi oleh si penulis dengan cara meningkatkan keterampilan menulisnya. Jadi, sifatnya lebih pada persoalan teknis. Contoh hambatan eksternal ini, misalnya, adalah kalimat yang tidak memenuhi kaidah-kaidah kebahasaan, bahasa-tulis yang tidak mengalir dan sangat membosankan, atau, bahkan, kadang adanya kehampaan ide (ide yang dikandung dalam tulisan tidak baru dan tidak ada kesegaran atau terobosan).
Cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut antara lain:
a)      Cara pertama saya sebut metode ”mengikat makna”, terutama untuk mengatasi hambatan menulis berupa rasa malas atau tiadanya motivasi menulis.
b)      Cara kedua saya sebut teknik ”clustering”, dan teknik ini terutama untuk mengatasi sulitnya mengembangkan ide. Mengikat Makna akan menunjukkan kepada siapa saja, yang ingin menerjuni dunia baca-tulis, bahwa membaca memerlukan menulis dan menulis memerlukan membaca. Dengan “mengikat”, secara otomatis, kita pun kemudian dapat memperkaya diri kita dengan kata-kata.


















BAB III
SIMPULAN DAN SARAN


A.    Simpulan
Keterampilan menulis adalah hasil dari keterampilan mendengar, berbicara, membaca. Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pembelajaran membaca. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran keterampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis. Antara membaca dan menulis terdapat hubunganyang saling menunjang dan melengkapi. Artinya, kebiasaan membaca tidak mungkin terlaksanatanpa kebiasaan menulis dan mengarang, sebaliknya kebiasaan menulis tidak akan bermakna tanpa diikuti oleh kebiasaan membaca.Dalam proses menulis terdapat beberapa tahap yang harus dipehatikan. Tahap-tahap tersebut diantaranya :       
1.      Pramenulis
Pramenulis merupakan tahap persiapan.Pada tahap ini penulis melakukan berbagai kegiatan, misalnya menemukan ide gagasan, menentukan judul karangan, menentukan tujuan, memilih bentuk atau jenis tulisan, membuat kerangka, dan mengumpulkan bahan-bahan.
2.      Menulis
Tahap menulis dimulai dengan menjabarkan ide ke dalam bentuk tulisan.Ide-ide itu dituangkan dalam bentuk kalimat paragraf.Selanjutnya, paragraf-paragraf itu dirangkaikan menjadi satu karangan utuh.
3.      Merevisi
Pada tahap merevisi dilakukan koreksi terhadap keseluruhan karangan.Koreksi dilakukan terhadap berbagai aspek, misalnya struktur karangan dan kebahasaan.Struktur karangan meliputi penataan ide pokok dan ide penjelas, serta sistematika dan penalarannya.Sementara itu, aspek kebahasaan meliputi pilihan kata, struktur kata, ejaan, dan tanda baca.
4.      Mengedit
Apabila karangan sudah dianggap sempurna, penulis tinggal melaksanakan tahap pengeditan. Dalam pengeditan ini diperlukan format baku yang akan menjadi acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk tulisan, dan pengaturan spasi.
5.      Mempublikasikan
Mempublikasikan mempunyai dua pengertian.Pengertian pertama, berarti menyampaikan karangan kepada publicdalam bentuk cetakan, sedangkan pengertian kedua menyampaikan dalam bentuk noncetakan.          
Menulis juga dapat mendatangkan banyak manfaat diantaranya :
(1) menulis menyumbang kecerdasan, (2) menulis mengem-bangkan daya inisiatif dan kreativitas, (3) menulis menumbuhkan keberanian, dan (4) menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Kemudian dalam kegiatan mnulis terdapat hambatan-hambatan serta cara penyelesaiannya sebagai berikut:
a)  Hambatan internal adalah hambatan menulis yang ada di dalam diri si calon penulis. Sebagian besar hambatan internal bersifat nonteknis. Contohnya adalah munculnya rasa malas untuk berlatih menulis, tidak memiliki motivasi untuk habis-habisan menulis, atau senantiasa tidak puas (merasa tidak percaya diri) dengan hasil tulisannya.
b)  Hambatan eksternal adalah hambatan yang berupa aturan dan sebagian besar harus di penuhi oleh si penulis dengan cara meningkatkan keterampilan menulisnya. Jadi, sifatnya lebih pada persoalan teknis. Contoh hambatan eksternal ini, misalnya, adalah kalimat yang tidak memenuhi kaidah-kaidah kebahasaan, bahasa-tulis yang tidak mengalir dan sangat membosankan, atau, bahkan, kadang adanya kehampaan ide (ide yang dikandung dalam tulisan tidak baru dan tidak ada kesegaran atau terobosan).
Cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut antara lain:
a)    Cara pertama saya sebut metode ”mengikat makna”, terutama untuk mengatasi hambatan menulis berupa rasa malas atau tiadanya motivasi menulis.
b)   Cara kedua saya sebut teknik ”clustering”, dan teknik ini terutama untuk mengatasi sulitnya mengembangkan ide. Mengikat Makna akan menunjukkan kepada siapa saja, yang ingin menerjuni dunia baca-tulis, bahwa membaca memerlukan menulis dan menulis memerlukan membaca. Dengan “mengikat”, secara otomatis, kita pun kemudian dapat memperkaya diri kita dengan kata-kata.

B.     Saran
Sebaiknya jika kita ingin menjadi seorang penulis yang terkenal maka ada baiknya kita memperbanyak kegiatan membaca. Hal ini dapat meningkatkan wawasan kita dalam menentukan ide-ide baru yang akan dijadikan sebuah tulisan. Kemudian, langkah-langkah berikutnya kita dapat mempelajari aturan-aturan dalam penulisan yang berupa tahap-tahap penulisan dan hambatan-hambatan serta bagaimana cara mengatasinya. Dengan demikian kita kegiatan menulis kita akan berjalan dengan lancar.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pengunjung yang baik mohon tinggalkan komentar nya yaa..