Senin, 17 Desember 2012

STRATEGI DAN SUMBER MENGAJAR






BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang

Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia ini juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas.
Upaya pengembangan pendidikan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak didik dapat menerima pelajaran dengan baik.
Proses pengajaran akan lebih hidup dan menjalin kerjasama diantara siswa, maka proses pembelajaran dengan paradigma lama harus diubah dengan paradigma baru yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir, arah pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah sehingga proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, maka dengan demikian siswa yang kurang akan dibantu oleh siswa yang lebih pintar sehingga proses pembelajaran lebih hidup dan hasilnya lebih baik.
Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang saling berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, peserta. Dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta. Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai strategi pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan menyenangkan. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis strategi pembelajaran dapat digunakan oleh pendidik.
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab professional setiap guru. Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pengetahuan kepada siswa di kelas tetapi dituntut untuk meningkatkan kemampuan guna mendapatkan dan mengelola informasi yang sesuai dengan kebutuhan profesinya. Mengajar bukan lagi usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha menciptakan system lingkungan yang membelajarkan subjek didik agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal. Mengajar dalam pemahaman ini memerlukan suatu strategi belajar mengajar yang sesuai. Mutu pengajaran tergantung pada pemilihan strategi yang tepat dalam upaya mengembangkan kreativitas dan sikap inovatif subjek didik. Untuk itu perlu dibina dan dikembangkan kemampuan professional guru untuk mengelola program pengajaran dengan strategi belajar yang kaya dengan variasi.
Berdasarkan pandangan di atas, maka permasalahan yang muncul adalah bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil balajar siswa dengan strategi yang tepat. Salah satu solusinya yaitu dengan mengembangkan suatu strategi pembelajaran yang membuat siswa lebih senang dan lebih termotivasi untuk belajar. Maka dari itu dalam makalah ini akan dijlaskan mengenai strategi dalam mengajar yang dapat diterapkan seorang pendidik kepada para peserta didiknya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan strategi mengajar ?
2.      Komponen apa sajakah yang termasuk dalam strategi belajar mengajar ?
3.      Apa sajakah yang termasuk jenis-jenis strategi mengajar ?
4.      Apakah yang dimaksud dengan sumber belajar ?



C.    Tujuan
1.         Dapat menjelaskan dan memahami strategi mengajar.
2.         Dapat menjelaskan dan memahami komponen yang termasuk strategi belajar mengajar.
3.         Dapat menjelaskan dan memahami jenis-jenis strategi belajar.
4.         Dapat menjelaskan dan memahami sumber belajar.












































BAB II
PEMBAHASAN


A.      Rasional

Strategi dan sumber mengajar bagian yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum agar apa yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dengan adanya perencanaan yang cermat mengenai strategi dan sumber mengajar lebih terjamin bahwa kurikulum dapat diwujudkan dan apa yang diajarkan dikuasai dan dimiliki siswa. Dalam kenyataan justu bagain inilah yang paling diabaikan dan kurang ditangani secara serius. Ibaratnya suatu alat seperti senjata, komputer, mesin harus ditangani menurut prosedur tertentu agar tercapai efisiensi dan efektifitas maksimal dan bila pemakaiaannya salah, maka akan dialami kerugian. Demikian pula dengan halnya kurikulum. Betapapun baiknya kurikulum itu direncanakan di atas kertas,  bila pelaksanaannya tidak mengikuti prosedur tertentu, maka tujuannya tidak akan tercapai. Sebagai alasan-alasan tentang perlunya perencanaan strategi mengajar dapat dikemukakan:
1.             Menjamin agar kurikulum yang direncanakan dapat dilaksanakan sehingga tujuan tercapai
2.             Agar pelajaran yang sama yang diberikan oleh beberapa tenaga pengajar dilakukan secara konsisten sehingga tidak merusak tidak merugikan kelas tertentu.
3.             Mengusahakan agar dalam proses belajar mengajar diterapkan berbagai strategi mengajar yang serasi dan tidak hanya terbelenggu oleh metode ceramah.
4.             Membantu guru memberi pelajaran yang efektif serta menarik dengan menyediakan sumber belajar yang memadai.

B.       Strategi mengajar
1.      Pengertian Strategi Mengajar

Kata “strategi” adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, stratgos. Adapun stratgos dapat diterjemahkan sebagai “komandan militer” pada jaman demokrasi Athena. Selanjutnya strategi secara bahasa berarti siasat, cara, taktik, kiat, trik. Sedangkan strategi secara istilah berarti serangkaian langkah dalam suatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu atau dapat diartikan sebagai sebuah rencana tindakan yang sistematis dan teliti.
Menurut Gerlach dan Ely, strategi belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Sedangkan menurut Gropper, Strategi belajar-mengajar terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pengajaran tertentu dengan kata lain strategi belajar-mengajar juga merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok dengan tujuan yang akan dicapai.
Strategi belajar-mengajar, menurut J.R. David dalam Teaching Strategies for College Class Room (1976) ialah aplan, method, or series of activities designe to achicves a particular educational goal (P3G, 1980). Menurut pengertian ini strategi belajar-mengajar meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Untuk melaksanakan strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran. Strategi dapat diartikan sebagai aplan of operation achieving something “rencana kegiatan untuk mencapai sesuatu”. Sedangkan metode ialah a way in achieving something “cara untuk mencapai sesuatu”. Untuk melaksanakan suatu strategi digunakan seperangkat metode pengajaran tertentu.
Dalam pengertian demikian maka metode pengajaran menjadi salah satu unsur dalam strategi belajar mengajar. Unsur seperti sumber belajar, kemampuan guru dan siswa, media pendidikan, materi pengajaran, organisasi adalah: waktu tersedia, kondisi kelas, dan lingkungan merupakan unsur-unsur yang mendukung strategi belajar-mengajar.
Strategi mengajar adalah pendekatan umum dalam mengajar dan tidak begitu terinci dan bervariasi dibanding dengan kegiatan mengajar siswa seperti yang dicantumkan dalam rencana instruksional atau persiapan satuan pelajaran.
Jumlah strategi mengajar terbatas akan tetapi dalam satu pelajaran dapat digunakan beberapa macam agar tujuan pelajaran tercapai. Ada strategi mengajar yang sesuai untuk kelas rendah, namun apabila diterapkan di kelas tinggi strategi itu tidak cocok. Tiap strategi mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan dari strategi mengajar yang lazim digunakan.

STRATEGI MENGAJAR UTAMA
STRATEGI MENGAJAR
KEBAIKAN
KELEMAHAN
1
2
3
1.      Kuliah
Serasi untuk memberikan informasi kepada pendengar yang berjumlah besar. Biaya kecil.
Komunikasi satu arah; siswa pasif,  menggunakan hanya satu alat indra yaitu pendengaran, siswa tidak diharuskan berpikir, mengutamakan hafalan, bahan kognitif tingkat rendah.
2.      Demonstrasi
Menyampaikan informasi kepada kelompok besar; hemat biaya; bahan kognitif tingkat rendah.
Komunikasi satu arah; siswa pasif; memanfaatkan dua alat indra (pendengaran dan penglihatan); mengutamakan ingatan.
3.      Praktek latihan
Banyak menggunakan reinforcement meningkatkan ingatan; dapat digunakan dalam kelompok besar dan kecil.
Mengutamakan ulangan, nilai transfer minimal, penerapan terbatas.
4.      Diskusi- bertanya
Pertanyaan serasi mendorang siswa aktif berpikir.
Hanya baik digunakan dalam kelompok kecil, menuntut keterampilan merumuskan pertanyaan pikiran atau lacakan, serta manajemen agar siswa turut berpikir.
5.      Analisis situasi- dilema
Siswa diharuskan menganalisis data sambil berpikir kritis; juga dikembangkan dimensi afektif (nilai dan pendapat).
Sukar dilaksanakan dalam kelompok besar; menuntut pertanyaan yang cermat dari guru; dapat beralih ke topic yang sangat controversial.
6.      Inkuiri- penemuan
Siswa disuruh melakukan eksperimen, menggunakan proses ilmiah, partisipasi aktif siswa, melatih pemikiran analitis.
Hanya dapat dalam kelompok kecil, memrlukan perencanaan yang baik dan keterampilan manajemen kelas, siswa mudah menyimpang perhatianya.
7.      Kerja lapangan
Memberi pengalaman langsung, melatih keterampilan mengobservasi, mencatat data, menganalisis data dan menyusun laporan.
Siswa harus dipersiapkan dengan baik, karya wisata harus dipersiapkan jauh sebelumnya, sering memerlukan izin, adakalanya memakan biaya dan waktu yang banyak.
8.      Pemrosesan informasi
Membimbing siswa membentuk konsep, interpretasi data, mengaplikasikan prinsip, mendorang siswa berpikir kritis.
Menuntut teknik mengajar induktif yang sukar direncanakan, memakan waktu banyak untuk memantau, memberi balikan dan menilainya.
9.      Penelitian akademis- penggunaan informasi.
Membimbing siswa melakukan pendekatan sistematis dalam melakukan identifikasi dan evaluasi informasi, juga dalam melakukan pencatatan, analisis, sintesis data, mengambil kesimpulan serta menyampaikanya.
Mengharuskan persiapan siswa yang cermat dan terperinci, memerlukan waktu, sumber dan bahan yang banyak.
10.  Pemecahan masalah- action research.
Memberi latihan untuk membicarakan masalah personal, social,, local maupun global; menerapkan
Memerlukan waktu untuk mengembangkan dasar pengetahuan dan keterampilan akademis; memerlukan cara berfikir divergen yang sukar dites dan dievaluasi
11.  Dramatisasi Bermain Peranan
Mendorong siswa untuk berpartisipasi pada taraf tinggi yang melibatkan kognisi dan emosi
Menuntut keterampilan tinggi dari pengajar dalam mempersiapkan siswa, juga dalam manajemen kelas; sering memerlukan waktu banyak; menuntut dari semua siswa agar menjadi pengamat aktif
12.  Simulasi (Cybernatics, bila didisain dengan teknologi mesin)
Memberi kesempatan pada siswa belajar dari akibat perubahannya sendiri; mengharuskan siswa berpartisipasi aktif penuh, dan menggunakan taraf  belajar kognitif dan efektif tingkat lebih tinggi
Menuntut perencanaan cermat dan persiapan bahan, sumber; keberhasilan bergantung pada kesediaan dan kemampuan siswa menganalisis kemampuannya sendiri; menuntut suasana kelas yang demokratis agar siswa tidak takut mengambil resiko
13.  synectics
Mendorong siswa menjalani hal-hal yang tak biasa, yang lain daripada yang lain; menciptakan suasana baru; merangsang siswa mengadakan sintesis serta pertimbangan dan pemikiran kritis kreatif
Menuntut persiapan siswa yang sering makan waktu banyak; hasilnya sering sukar dievaluasi karena memerlukan kriteria yang kompleks; pelaksanaannya makan waktu banyak.
14.  Proyek Aksi Sosial
Menghapuskan batas     antara sekolah dan masyarakat; menuntut siswa menerapkan hasil belajar koknitif dan afektif secara luas; hasilnya dapat bermanfaat bagi masyarakat
Memerlukan perencanaan yang sangat cermat; siswa harus benar-benar dipersiapkan untuk memperoleh pengetahuan dasar yang luas; selain itu diperlukan keterampilan akademis; makan waktu banyak
Kita lihat bahwa strategi mengajar bertambah kompleks bergantung pada :
1.      Tinggi tingkat kemajuan kognitif, efektif, dan keterampilan yang ingin dicapai.
2.      Banyak dan cermatnya persiapan yang harus diadakan.
3.      Tingkat kemampuan berpikir yang diperlukan.
4.      Kompleksitas manajemen kelas yang harus dijalankan.
5.      Sulitnya hasil belajar dinilai.

2.      Komponen Strategi Belajar Mengajar
Komponen-komponen dalam strategi belajar mengajar tersebut adalah diantaranya :
1.         Tujuan pengajaran: Tujuan pengajaran merupakan acuan yang dipertimbangkan untuk memilih strategi belajar mengajar.
2.         Guru: Masing-masing guru berbeda dalam pengalaman, pengetahuan, kemampuan menyajikan pelajaran, gaya mengajar, pandangan hidup dan wawasan. Perbedaan ini mengakibatkan adanya perbedaan dalam pemilihan strategi belajar mengajar yang digunakan dalam program pengajaran.
3.         Peserta didik : Dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik mempunyai latarbelakang yang berbeda-beda, hal ini perlu dipertimbangkan dalam menyusun strategi belajar mengajar yang tepat.
4.         Materi pelajaran : Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal (isi pelajaran dalam buku teks resmi/buku paket di sekolah) dan materi informal (bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah).
5.         Metode pengajaran : Ada berbagai metode pengajaran yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar mengajar
6.         Media pengajaran
Keberhasilan program belajar mengajar tidak tergantung dari canggih atau tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan keefektifan media yang digunakan.
7.      Faktor administrasi dan finansial
Terdiri dari jadwal pelajaran, kondisi gedung dan ruang belajar.

3.      Jenis-jenis Strategi Mengajar
Secara sederhana, strategi pembelajaran diklasifikasikan sebagai berikut:
Menurut T.Raka Joni (1984) strategi pembelajaran dapat ditinjau dari segi:
(1)   Pengaturan guru dan siswa
Dari segi pengaturan guru dan siswa, klasifikasi dapat didasarkan atas:
a)             Pengaturan guru
Dari segi pengaturan guru, dapat dibedakan atas:
(i)                 strategi pembelajaran dengan/oleh seorang guru, dan
(ii)               strategi pembelajaran dengan/oleh team teaching.
b)             Hubungan guru-siswa
Dari segi hubungan guru-siswa, dapat dibedakan atas:
(i)                 strategi pembelajaran tatap muka yaitu pembelajaran dimana guru dan siswa berada dalam satu ruangan/kelas dengan komunikasi/interaksi pembelajaran yang berlangsung secara face-to-face communication.
(ii)                strategi pembelajaran jarak jauh yaitu pembelajaran dimana guru dan siswa tidak berada dalam satu ruangan/kelas sehingga komunikasi/interaksi pembelajaran berlangsung melalui penggunaan media/teklnologi pembelajaran sebagai perantara. Kegiatan mengajar yang Anda lakukan di sekolah/kelas Anda selama ini adalah contoh dari pembelajaran tatap muka, sementara kegiatan-kegiatan perkuliahan yang Anda ikuti dalam rangka program pendidikan jarak jauh ini adalah contoh pembelajaran jarak jauh.

c)             Pengaturan siswa
Selanjutnya dari segi pengaturan siswa, dapat dibedakan atas:
(i)                 Strategi pembelajaran individual, yaitu pembelajaran yang diorganisir secara individual dengan orientasi pemberian kesempatan kepada setiap siswa secara individual untuk belajar sesuai dengan kemampuan sendiri dengan tujuan untuk mengembangkan potensi/kemampuan setiap individu secara optimal,
(ii)               Strategi pembelajaran kelompok kecil, yaitu pembelajaran dimana siswa-siwa diorganisir dalam kelompok-kelompok kecil, besarnya 4 – 7 orang untuk mendiskusikan dan/atau mengerjakan topik/tugas-tugas yang diperhadapkan kepada mereka, dan (iii) strategi pembelajaran klasikal yaitu pembelajaran dimana sejumlah siswa (besarnya sekitar 35-45 orang) yang diasumsikan memiliki usia dan kemampuan yang relatif sama dikumpulkan dalam satu kelas, kemudian diajar oleh seorang guru dengan menggunakan format pembelajaran yang sama untuk seluruh murid dalam kelas.

(2)   Pengolahan pesan
Dari segi pengolahan pesan, klasifikasi dapat didasarkan atas:
a)        Peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan
Dari segi peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan, strategi pembelajaran dibedakan atas:
(i)  Strategi ekspositorik
Strategi ekspositorik merupakan strategi pembelajaran yang lebih berorientasi pada guru dalam arti semua pesan pembelajaran (yang diharapkan untuk dikuasai oleh murid) telah diolah dalam bentuk barang jadi oleh guru untuk selanjutnya disampaikan kepada murid. Guru aktif memberi penjelasan atau informasi secara terperinci tentang bahan pengajaran dengan tujuan utama memindahkan pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Peran guru dalam strategi pembelajaran ekspositorik ini adalah : penyusun program pembelajaran, pemberi informasi yang benar, penyedia fasilitas, pembimbing siswa dalam memperoleh informasi/pesan, dan penilai pemerolehan informasi, sementara siswa lebih berperan sebagaipencari/penerima informasi/pesan belajar, pemakai media/sumber velajar, dan menyelesaikan tugas-tugas yang diperhadapkan kepadanya.

(ii)  strategi heuristik
Strategi heuristik merupakan strategi pembelajaran yang menghendaki siswa untuk terlibat aktif dalam proses pengolahan pesan-pesan belajar (tujuan pembelajaran). Strategi ini lebih berpusat pada siswa (student-centre) dan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual, berpikir kritis dan memecahkan masalah dari para siswa. Dalam strategi heuristik, peranan guru adalah : menciptakan suasana berpikir sehingga murid berani bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah, sebagai fasilitator dalam pembelajaran dan penelitian, sebagai rekan diskusi siswa dalam klasifikasi dan pencarian alternatif pemecahan masalah, dan sebagai pembimbing penelitian, pendorong keberanian berpikir alternatif dalam pemecahan masalah, sementara peranan siswa adalah mengambil prakarsa dalam pencarian masalah dan pemecahan masalah, pelaku aktif dalam belajar melakukan penelitian, penjelajah tentang masalah dan metode pemecahan masalah, serta penemu pemecahan masalah.

b)      Proses pengolahan pesan
Dari segi proses pengolahan pesan, strategi pembelajaran dibedakan atas
(i)        Strategi deduktif
Strategi deduktif adalah strategi pembelajaran dengan proses pengolahan pesan yang berlangsung dari hal-hal yang bersifat umum menuju ke hal-hal yang bersifat khusus. Pada garis besarnya, strategi pembelajaran deduktif meliputi langkah-langkah:
(a) guru mengemukakan generalisasi,
(b) penjelasan konsep-konsep, dan
(c) pencarian data yang dilakukan oleh siswa.

(ii)   Strategi induktif
Strategi induktif adalah strategi pembelajaran dengan proses pengolahan pesan yang berlangsung dari hal-hal yang bersifat khusus menuju ke hal-hal yang bersifat umum. Langkah-langkah pembelajaran strategi induktif, pada garis besarnya terdiri atas:
(a) pengajuan data/fakta atau peristiwa khusus,
(b) penyusunan konsep berdasarkan fakta-fakta, dan
(c) penyusunan generalisasi berdasarkan konsep-konsep.
Bila sudah ada teori yang benar pada umumnya dirumuskan hipotesis,
(d) terapan generalisasio pada data baru atau hipoptesis, dan
(e) penarikan kesimpulan lanjut.

(3)   Struktur peristiwa belajar-mengajar
Dari segi strutur peristiwa belajar-mengajar, strategi pembelajaran dibedakan atas:
(i)        Strategi yang bersifat tertutup
Pada strategi pembelajaran tertutup, semua komponen pembelajaran seperti penentuan tujuan, materi/media/sumber-sumber belajar serta prosedur/langkah-langkah pembelajaran yang akan ditempuh/dilaksanakan di kelas, semuanya telah dirancang/dilakukan secara ketat oleh guru tanpa melibatkan siswa.
(ii)      Strategi yang bersifat terbuka
Dalam pada itu, pada strategi pembelajaran terbuka siswa diberi peluang/kesempatan untuk memberikan urunan dalam merancang/menentukan komponen-komponen pembelajaran termasuk dalam menentukan prosedur/langkah-langkah pembelajaran sementara pembelajaran berlangsung.

(4)   Tujuan belajar
Dari segi tujuan belajar, Robert Gagne (1984) mengelompokkan kondisi-kondisi belajar (sistem lingkungan belajar) sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai.  Dalam hal ini, Gagne memengemukakan adanya 5 jenis tujuan/hasil belajar, yaitu
(a) verbal information (informasi verbal) yaitu kemampuan untuk menyatakan atau mengungkapkan kembali secara verbal pengetahuan ataukah informasi yang telah dimilikinya dalam arti bahwa seseorang yang telah memiliki pengetahuan tertentu berkemampuan untuk menuangkan pengetahuan itu dalam bentuk bahasa (baik mlisan maupun tertulis yang memadai) sehingga dapat dikomunikasikan kepada orang lain,
(b) intelectual skills (kecakapan intelektual) menunjuk kepada kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya asendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, gambar). Cakupan dari kecakapan intelektual ini meliputi kecakapan yang sangat sederhana sampai kepada kemampuan yang bersifat kompleks sesuai kapasitas intelektual yang dimilki seseorang. Kecakapan intelektual ini terdiri atas 4 sub kemampuan yang bersifat hierarkhi, yaitu: diskriminasi, konsep, kaidah, dan prinsip.
(c) cognitive strategies (strategi kognitif) menunjuk pada kemampuan mengatur cara/proses belajar dan mengelola/mengorganisir proses berpikir dalam arti yang seluas-luasnya. Seseorang yang memiliki strategi kognitif yang baik akan jauh lebih efisien dan efektif dalam mempergunakan semua konsep dan kaidah yang dimilikinya dibandingkan dengan seseorang yang tidak berkemampuan demikian . Strategi kognitif ini oleh Ruthkopf dinamakan “mathemagenic activities“, oleh Skinner dinamakan “self management behavior“, dan oleh penganut teori pemrosesan informasi dinamakan “executive control processes“,
(d) motor skills (keterampilan motorik menunjuk kepada kemampuan untuk melakukan rangkaian gerak-gerik jasmani yang dikemudikan oleh sistem saraf disertai koordinasi yang memadai antara kerja otak dan proses psikologis yang mengatur gerak itu dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi antara berbagai anggota badan secara terpadu.
(e) attitudes (sikap dan nilai) menunjuk kepada kemampuan internal
yang sangat berperan dalam menentukan dan mengambil suatu tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak.. Masing-masing tujuan belajar tersebut mempersyaratkan strategi belajar tertentu (yang oleh Gagne disebut kondisi-kondisi belajar ekstern) tertentu untuk pencapaiannya. Sebagai contoh, untuk mencapai tujuan belajar keterampilan motorik misalnya harus digunakan strategi pembelajaran yang relevan dengan substansi dari belajar keterampilan motorik tersebut. seperti latihan, sementara untuk tujuan belajar attitudes (sikap dan nilai) memerlukan strategi belajar pemodelan (modelling). Demikian juga dengan tujuan/hasil belajar yang lain. Dengan demikian ditinjau dari segi tujuan belajar, strategi pembelajaran dapat dibedakan atas strategi pembelajaran untuk pencapaian tujuan/hasil belajar (a) informasi verbal), (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitip, (d) keterampilan motorik, dan (e) sikap dan nilai.

4.      Memilih Setrategi Mengajar

Agar dapat dipilih strategi mengajar yang serasi, harus diperhatikan tujuan yang ingin dicapai, baik TU maupun TIU dan TIK. Sering terjadi bahwa pengajar telah merumuskan tujuan instruksional yang baik, akan tetapi mengunakan strategi mengajar yang tidak serasi dengan hasil belajar yang diharapkan.
Di bawah ini kami cantumkan sejumlah pertanyaan yang dapat digunakan sebagai pegangan untuk memilih strategi mengajar yang serasi.
(1)      Apakah tujuan itu bersifat kognitif, afektif, atau psikomotor ?
(2)      Apakah tujuan itu bertingkat rendah atau tinggi ?
(3)      Apakah tujuan banyak memerlukan reinforcement atau ulangan ?
(4)      Apakah diperlukan partisipasi aktif dari siswa, secara individual, kelompok kecil, atau kelompok besar ?
(5)      Apakah tujuan itu memerlukan keterampilan akademis ?
(6)      Apakah dituntut keterampilan interpersonal ?
(7)      Apakah diperlukan keterampilan mengenai proses penelitian ilmiah ?
(8)      Apakah tersedia atau harus disediakan sumber-sumber mengajar ?
(9)      Apakah strategi mengajar itu sesuai dengan determinan kurikulum dan misi lembaga pendidikan itu ?
(10)  Apakah strategi mengajar itu cukup menguntungkan dari segi waktu, biaya, dan usaha yang diperlukan ?
(11)  Apakah diperlukan lebih dari satu strategi mengajar untuk mencapai tujuan itu ?
(12)  Apakah strategi itu sesuai dengan gaya belajar siswa ?

5.      Pentingya Strategi Belajar Mengajar

Dapat disimpulkan bahwa strategi terdiri dan metode dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan. Strategi lebih luas dari metode atau teknik pengajaran. Metode atau teknik pengajaran merupakan bagian dari strategi pengajaran.
Berdasarkan pendapat Gerlach dan Ely strategi belajar mengajar adalah cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa strategi belajar mengajar menjadi penting? Strategi belajar mengajar menjadi penting karena strategi belajar mengajar memuat cara penyampaian materi pelajaran yang akan sangat berpengaruh kepada hasil belajar. Dengan cara tertentu yang efektif maka hasil belajar peserta didik juga akan menjadi optimal.  
Sedangkan berdasarkan Gropper, Strategi belajar-mengajar terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pengajaran. Oleh karena itu Strategi belajar mengajar sangat penting, karena terdiri dari semua komponen materi pengajaran yang dapat membantu peserta didik mencapai tujuan pengajaran.



6.      Pedoman Kurikulum dan Strategi Mengajar

Pedoman Kurikulum dapat menyajikan ide-ide yang dapat digunakan pengajar untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan belajar siswa. Untuk mencapai suatu tujuan, misalnya TIK, dapat digunakan satu strategi mengajar, tetapi ada kemungkinan menggunakan satu strategi mengajar untuk beberapa tujuan. Sebaliknya mungkin pula diperlukan beberapa strategi mengajar untuk mencapai satu tujuan. Untuk mencapai tujuan yang tinggi tingkatannya diperlukan strategi tingkat tinggi dan sebaliknya untuk tujuan tingkat rendah strategi tingkat rendah sudah memadai. Akan tetapi dengan menggunakan strategi tingkat rendah tidak dapat dikembangkan keterampilan mental tinggi pada siswa.
Strategi tingkat tinggi dalam proses pelaksanaan memerlukan sejumlah strategi yang lebih rendah sebagai bagian dari keseluruhan proses belajar mengajar. Misalnya strategi pemecahan masalah sering memerlukan ceramah singkat, diskusi, tanya jawab, pemrosesan informasi, dan sebagainya.
Strategi-strategi mengajar yang disajikan dalam daftar di atas pada dasarnya disusun menurut tingkat kompleksitasnya, jadi dari yang sederhana kepada yang lebih kompleks, walaupun ada yang tingkat kompleksitasnya agak sama. Jadi strategi mengajar nomor 1, 2, dan 3 (kuliah, demonstrasi, dan latihan praktek) termasuk strategi mengajar yang paling rendah kompleksitasnya, sedangkan simulasi, synectics, dan proyek aksi sosial (nomor 12, 13, dan 14) termasuk yang paling kompleks.
Untuk memilih strategi mengajar, harus dipertimbangkan maksud tujuan pelajaran secara keseluruhan. Bila tujuannya mencapai hasil belajar pada tingkat tinggi, maka yang diperlukan ialah strategi yang tinggi yang lebih kompleks.
Kita dapat menyusun tujuan-tujuan suatu matakuliah yang telah diuraikan dalam TIU dan TIK menurut tingkatan kompleksitasnya, dari yang spesifik dan sederhana sampai yang kompleks dan umum. Kemudian kita pilih strategi mengajar yang serasi untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Tujuan tingkat yang lebih tinggi biasanya berada pada bagian akhir matakuliah dan demikian pula strategi mengajarnya.

C.   Sumber Mengajar

Sumber mengajar merupakan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh pengajar untuk membantu mereka dalam proses belajar mengajar di sekolah. Sumber mengajar bisa didapatkan oleh seorang pengajar atau guru melalui berbagai media, antara lain:
1.      Buku pelajaran (referensi)
2.      Internet
3.      Mengikuti berbagai penataran yang bermanfaat
4.      Mengikuti berbagai seminar pendidikan
5.      Photo-copy
6.      Simulasi (permainan)
7.      Audio-video.

Dan masih banyak sumber mengajar lain yang bisa kita dapatkan untuk menambah wawasan kita sebagai guru dalam menyajikan materi kepada siswa di kelas. Dengan begitu, siswa dapat memperoleh informasi lebih lengkap dan wawasan yang lebih luas. Siswa SD lebih banyak meluangkan waktunya belajar di sekolah. Hal itu terjadi karena apabila sudah tiba di rumah ,sedikit sekali siswa yang senang dengan belajar. Jadi, dengan waktu yang singkat tersebut, guru harus mampu memaksimalkan pengajaran kepada siswa.
Edgar Dale (1969) seorang ahli pendidikan mengemukakan sumber belajar adalah, segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang. Pendapat lain dikemukakan oleh Association Educational Comunication and Tehnology AECT (1977) yaitu berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.
Kedua pengertian tersebut menunjukkan bahwa pada hakikatnya sumber belajar begitu luas dan kompleks, lebih dari sekedar media pembelajaran. Segala hal yang sekiranya diprediksikan akan mendukung dan dapat dimanfaatkan untuk keberhasilan pembelajaran dapat dipertimbangkan menjadi sumber belajar. Dengan pemahaman ini maka guru bukanlah satu-satunya sumber tetapi hanya salah satu saja dari sekian sumber belajar lainnya.
Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber, baik berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
Sumber mengajar sudah harus diusahakan pada tingkat Pedoman Kurikulum. Pada taraf ini hendaknya dikerahkan sedapat mungkin tenaga pengajar untuk bersama-sama menyiapkan segala sumber mengajar yang diperlukan.






















BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan


Strategi mengajar adalah pendekatan umum dalam mengajar dan tidak begitu terinci dan bervariasi dibanding dengan kegiatan mengajar siswa seperti yang dicantumkan dalam rencana instruksional atau persiapan satuan pelajaran. Strategi mengajar terdiri dan metode dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan.
Untuk memilih strategi mengajar harus dipertimbangkan maksud tujuan pelajaran secara keseluruhan. Bila tujuannya mencapai hasil belajar pada tingkat tinggi, maka yang diperlukan ialah strategi yang tinggi yang lebih kompleks. Dalam melaksanakan strategi belajar, guru memerlukan sumbel mengajar.
Sumber mengajar merupakan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh pengajar untuk membantu mereka dalam proses belajar mengajar di sekolah.


B.     Saran


Sebagai seorang pendidik, guru diharapkan mampu menerapkan strategi dan menggunakan sumber mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran yang sedang diajarkan agar tujuan pembelajarannya bisa tercapai.







DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan As’ri. 2010. Mengenal Sumber Belajar ( Online ) http : // Pena Kurniawan As’ari. Com, diakses pada tanggal 19 Mei 2012
N. K. Roestiyah. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
W. Gulo. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Grasindo.





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pengunjung yang baik mohon tinggalkan komentar nya yaa..