BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peningkatan
kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan
seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya
manusia ini juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan yang
merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa
berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas.
Upaya
pengembangan pendidikan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang
tepat agar anak didik dapat menerima pelajaran dengan baik.
Proses pengajaran akan lebih hidup dan menjalin kerjasama diantara siswa, maka proses pembelajaran dengan paradigma lama harus diubah dengan paradigma baru yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir, arah pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah sehingga proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, maka dengan demikian siswa yang kurang akan dibantu oleh siswa yang lebih pintar sehingga proses pembelajaran lebih hidup dan hasilnya lebih baik.
Proses pengajaran akan lebih hidup dan menjalin kerjasama diantara siswa, maka proses pembelajaran dengan paradigma lama harus diubah dengan paradigma baru yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir, arah pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah sehingga proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, maka dengan demikian siswa yang kurang akan dibantu oleh siswa yang lebih pintar sehingga proses pembelajaran lebih hidup dan hasilnya lebih baik.
Dalam
kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang saling
berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, peserta. Dimana semua
komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta. Berdasarkan hal tersebut
pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai strategi pembelajaran agar
peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan menyenangkan. Hal ini
dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga
merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal
untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis strategi pembelajaran dapat
digunakan oleh pendidik.
Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
kualitas manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab
professional setiap guru. Guru tidak cukup hanya menyampaikan materi
pengetahuan kepada siswa di kelas tetapi dituntut untuk meningkatkan kemampuan
guna mendapatkan dan mengelola informasi yang sesuai dengan kebutuhan
profesinya. Mengajar bukan lagi usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan,
melainkan juga usaha menciptakan system lingkungan yang membelajarkan subjek
didik agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal. Mengajar dalam
pemahaman ini memerlukan suatu strategi belajar mengajar yang sesuai. Mutu
pengajaran tergantung pada pemilihan strategi yang tepat dalam upaya
mengembangkan kreativitas dan sikap inovatif subjek didik. Untuk itu perlu
dibina dan dikembangkan kemampuan professional guru untuk mengelola program
pengajaran dengan strategi belajar yang kaya dengan variasi.
Berdasarkan
pandangan di atas,
maka permasalahan yang muncul adalah bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil
balajar siswa dengan strategi
yang
tepat. Salah satu solusinya yaitu dengan mengembangkan suatu strategi pembelajaran yang
membuat siswa lebih senang dan lebih termotivasi untuk belajar. Maka dari itu dalam makalah ini akan dijlaskan
mengenai strategi dalam mengajar yang dapat diterapkan seorang pendidik kepada
para peserta didiknya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah
yang dimaksud dengan strategi mengajar ?
2.
Komponen
apa sajakah yang termasuk dalam strategi belajar mengajar ?
3.
Apa
sajakah yang termasuk jenis-jenis strategi mengajar ?
4.
Apakah
yang dimaksud dengan sumber belajar ?
C.
Tujuan
1.
Dapat menjelaskan dan memahami strategi mengajar.
2.
Dapat menjelaskan dan memahami komponen yang termasuk strategi belajar mengajar.
3.
Dapat menjelaskan dan memahami jenis-jenis strategi belajar.
4.
Dapat menjelaskan dan memahami sumber belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Rasional
Strategi
dan sumber mengajar bagian yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum
agar apa yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dengan
adanya perencanaan yang cermat mengenai strategi dan sumber mengajar lebih
terjamin bahwa kurikulum dapat diwujudkan dan apa yang diajarkan dikuasai dan
dimiliki siswa. Dalam kenyataan justu bagain inilah yang paling diabaikan dan
kurang ditangani secara serius. Ibaratnya suatu alat seperti senjata, komputer,
mesin harus ditangani menurut prosedur tertentu agar tercapai efisiensi dan
efektifitas maksimal dan bila pemakaiaannya salah, maka akan dialami kerugian.
Demikian pula dengan halnya kurikulum. Betapapun baiknya kurikulum itu
direncanakan di atas
kertas, bila pelaksanaannya tidak mengikuti prosedur tertentu, maka
tujuannya tidak akan tercapai. Sebagai alasan-alasan tentang perlunya perencanaan
strategi mengajar dapat dikemukakan:
1.
Menjamin agar kurikulum yang
direncanakan dapat dilaksanakan sehingga tujuan tercapai
2.
Agar pelajaran yang sama yang diberikan
oleh beberapa tenaga pengajar dilakukan secara konsisten sehingga tidak merusak
tidak merugikan kelas tertentu.
3.
Mengusahakan agar dalam proses belajar mengajar diterapkan berbagai
strategi mengajar yang serasi dan tidak hanya terbelenggu oleh metode ceramah.
4.
Membantu guru memberi pelajaran yang
efektif serta menarik dengan menyediakan sumber belajar yang memadai.
B.
Strategi
mengajar
1.
Pengertian Strategi Mengajar
Kata “strategi” adalah turunan dari kata
dalam bahasa Yunani, stratgos. Adapun stratgos dapat
diterjemahkan sebagai “komandan militer” pada jaman demokrasi Athena.
Selanjutnya strategi secara bahasa berarti siasat, cara, taktik, kiat, trik.
Sedangkan strategi secara istilah berarti serangkaian langkah dalam suatu
tindakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu atau dapat diartikan sebagai
sebuah rencana tindakan yang sistematis dan teliti.
Menurut Gerlach dan Ely, strategi
belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi
pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup,
dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa.
Sedangkan menurut Gropper, Strategi belajar-mengajar terdiri atas semua
komponen materi pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu
siswa mencapai tujuan pengajaran tertentu dengan kata lain strategi
belajar-mengajar juga merupakan pemilihan jenis latihan tertentu yang cocok
dengan tujuan yang akan dicapai.
Strategi belajar-mengajar, menurut J.R.
David dalam Teaching Strategies for College Class Room (1976) ialah aplan,
method, or series of activities designe to achicves a particular educational
goal (P3G, 1980). Menurut pengertian ini strategi belajar-mengajar meliputi
rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan
pengajaran tertentu. Untuk melaksanakan strategi tertentu diperlukan seperangkat
metode pengajaran. Strategi dapat diartikan sebagai aplan of operation
achieving something “rencana kegiatan untuk mencapai sesuatu”. Sedangkan
metode ialah a way in achieving something “cara untuk mencapai sesuatu”.
Untuk melaksanakan suatu strategi digunakan seperangkat metode pengajaran
tertentu.
Dalam
pengertian demikian maka metode pengajaran menjadi salah satu unsur dalam
strategi belajar mengajar. Unsur seperti sumber belajar, kemampuan guru dan
siswa, media pendidikan, materi pengajaran, organisasi adalah: waktu tersedia,
kondisi kelas,
dan lingkungan merupakan unsur-unsur yang mendukung strategi belajar-mengajar.
Strategi mengajar adalah
pendekatan umum dalam mengajar dan tidak begitu terinci dan bervariasi dibanding dengan kegiatan
mengajar siswa seperti yang dicantumkan dalam rencana instruksional atau
persiapan satuan pelajaran.
Jumlah
strategi mengajar terbatas akan tetapi dalam satu pelajaran dapat digunakan
beberapa macam agar tujuan pelajaran tercapai. Ada strategi mengajar yang
sesuai untuk kelas rendah, namun apabila diterapkan di kelas tinggi strategi
itu tidak cocok. Tiap strategi mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan.
Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan dari strategi mengajar yang lazim
digunakan.
STRATEGI
MENGAJAR UTAMA
|
||
STRATEGI
MENGAJAR
|
KEBAIKAN
|
KELEMAHAN
|
1
|
2
|
3
|
1.
Kuliah
|
Serasi untuk
memberikan informasi kepada pendengar yang berjumlah besar. Biaya kecil.
|
Komunikasi satu arah; siswa pasif, menggunakan hanya
satu alat indra yaitu pendengaran, siswa tidak diharuskan berpikir,
mengutamakan hafalan, bahan kognitif tingkat rendah.
|
2.
Demonstrasi
|
Menyampaikan informasi kepada kelompok
besar; hemat biaya; bahan kognitif tingkat rendah.
|
Komunikasi satu arah; siswa pasif;
memanfaatkan dua alat indra (pendengaran dan penglihatan); mengutamakan
ingatan.
|
3.
Praktek latihan
|
Banyak menggunakan
reinforcement meningkatkan ingatan; dapat digunakan dalam
kelompok besar dan kecil.
|
Mengutamakan ulangan, nilai transfer
minimal, penerapan terbatas.
|
4.
Diskusi- bertanya
|
Pertanyaan serasi mendorang siswa aktif berpikir.
|
Hanya baik digunakan dalam kelompok
kecil, menuntut keterampilan merumuskan pertanyaan pikiran atau lacakan,
serta manajemen agar siswa turut berpikir.
|
5.
Analisis situasi- dilema
|
Siswa diharuskan menganalisis data
sambil berpikir kritis; juga dikembangkan dimensi afektif (nilai dan
pendapat).
|
Sukar dilaksanakan dalam kelompok
besar; menuntut pertanyaan yang cermat dari guru; dapat beralih ke topic yang
sangat controversial.
|
6.
Inkuiri- penemuan
|
Siswa disuruh
melakukan eksperimen, menggunakan proses ilmiah, partisipasi aktif siswa,
melatih pemikiran analitis.
|
Hanya dapat
dalam kelompok kecil, memrlukan perencanaan yang baik dan keterampilan
manajemen kelas, siswa mudah menyimpang perhatianya.
|
7.
Kerja lapangan
|
Memberi
pengalaman langsung, melatih keterampilan mengobservasi, mencatat data,
menganalisis data dan menyusun laporan.
|
Siswa harus dipersiapkan dengan baik,
karya wisata harus dipersiapkan jauh sebelumnya, sering memerlukan izin,
adakalanya memakan biaya dan waktu yang banyak.
|
8.
Pemrosesan informasi
|
Membimbing
siswa membentuk konsep, interpretasi data, mengaplikasikan prinsip, mendorang
siswa berpikir kritis.
|
Menuntut
teknik mengajar induktif yang sukar direncanakan, memakan waktu banyak untuk
memantau, memberi balikan dan
menilainya.
|
9.
Penelitian akademis- penggunaan informasi.
|
Membimbing
siswa melakukan pendekatan sistematis dalam melakukan identifikasi dan
evaluasi informasi, juga dalam melakukan pencatatan, analisis, sintesis data,
mengambil kesimpulan serta menyampaikanya.
|
Mengharuskan
persiapan siswa yang cermat dan terperinci, memerlukan waktu, sumber dan
bahan yang banyak.
|
10.
Pemecahan masalah- action research.
|
Memberi latihan untuk membicarakan masalah personal,
social,, local maupun global; menerapkan
|
Memerlukan waktu untuk mengembangkan dasar pengetahuan
dan keterampilan akademis; memerlukan cara berfikir divergen yang sukar dites
dan dievaluasi
|
11.
Dramatisasi
Bermain Peranan
|
Mendorong
siswa untuk berpartisipasi pada taraf tinggi yang melibatkan kognisi dan emosi
|
Menuntut
keterampilan tinggi dari pengajar dalam mempersiapkan siswa, juga dalam
manajemen kelas; sering memerlukan waktu banyak; menuntut dari semua siswa
agar menjadi pengamat aktif
|
12.
Simulasi (Cybernatics,
bila didisain dengan teknologi mesin)
|
Memberi
kesempatan pada siswa belajar dari akibat perubahannya sendiri; mengharuskan
siswa berpartisipasi aktif penuh, dan menggunakan taraf belajar kognitif dan efektif tingkat lebih
tinggi
|
Menuntut
perencanaan cermat dan persiapan bahan, sumber; keberhasilan bergantung pada
kesediaan dan kemampuan siswa menganalisis kemampuannya sendiri; menuntut
suasana kelas yang demokratis agar siswa tidak takut mengambil resiko
|
13.
synectics
|
Mendorong siswa menjalani hal-hal yang
tak biasa, yang lain daripada yang lain; menciptakan
suasana baru; merangsang siswa mengadakan sintesis serta pertimbangan dan
pemikiran kritis kreatif
|
Menuntut
persiapan siswa yang sering makan waktu banyak; hasilnya sering sukar
dievaluasi karena memerlukan kriteria yang kompleks; pelaksanaannya makan
waktu banyak.
|
14.
Proyek Aksi Sosial
|
Menghapuskan
batas antara sekolah
dan masyarakat; menuntut siswa menerapkan hasil belajar koknitif dan afektif secara luas; hasilnya dapat bermanfaat bagi
masyarakat
|
Memerlukan perencanaan yang sangat
cermat; siswa harus benar-benar dipersiapkan untuk memperoleh pengetahuan
dasar yang luas; selain itu diperlukan keterampilan akademis; makan waktu
banyak
|
Kita
lihat bahwa strategi mengajar bertambah kompleks bergantung pada :
1. Tinggi
tingkat kemajuan kognitif, efektif,
dan keterampilan yang ingin dicapai.
2. Banyak
dan cermatnya persiapan yang harus diadakan.
3. Tingkat
kemampuan berpikir yang diperlukan.
4. Kompleksitas
manajemen kelas yang harus dijalankan.
5. Sulitnya
hasil belajar dinilai.
2.
Komponen Strategi Belajar Mengajar
Komponen-komponen dalam strategi belajar
mengajar tersebut adalah diantaranya :
1.
Tujuan pengajaran: Tujuan
pengajaran merupakan acuan yang dipertimbangkan untuk memilih strategi belajar
mengajar.
2.
Guru: Masing-masing guru
berbeda dalam pengalaman, pengetahuan, kemampuan menyajikan pelajaran, gaya
mengajar, pandangan hidup dan wawasan. Perbedaan ini mengakibatkan adanya
perbedaan dalam pemilihan strategi belajar mengajar yang digunakan dalam
program pengajaran.
3.
Peserta didik : Dalam kegiatan
belajar mengajar peserta didik mempunyai latarbelakang yang berbeda-beda, hal
ini perlu dipertimbangkan dalam menyusun strategi belajar mengajar yang tepat.
4.
Materi pelajaran : Materi
pelajaran dapat dibedakan antara materi formal (isi pelajaran dalam buku teks
resmi/buku paket di sekolah) dan materi informal (bahan-bahan pelajaran yang
bersumber dari lingkungan sekolah).
5.
Metode pengajaran : Ada
berbagai metode pengajaran yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar
mengajar
6.
Media pengajaran
Keberhasilan program belajar mengajar tidak tergantung
dari canggih atau tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan keefektifan
media yang digunakan.
7.
Faktor administrasi dan finansial
Terdiri dari jadwal pelajaran, kondisi gedung dan
ruang belajar.
3.
Jenis-jenis Strategi Mengajar
Secara sederhana, strategi pembelajaran diklasifikasikan sebagai
berikut:
Menurut T.Raka Joni (1984) strategi pembelajaran dapat ditinjau dari
segi:
(1)
Pengaturan guru dan siswa
Dari segi pengaturan guru
dan siswa, klasifikasi dapat didasarkan atas:
a)
Pengaturan guru
Dari segi pengaturan guru, dapat dibedakan atas:
(i)
strategi pembelajaran
dengan/oleh seorang guru, dan
(ii)
strategi pembelajaran
dengan/oleh team teaching.
b)
Hubungan guru-siswa
Dari segi hubungan guru-siswa, dapat dibedakan atas:
(i)
strategi pembelajaran tatap
muka yaitu pembelajaran dimana guru dan siswa berada dalam satu ruangan/kelas
dengan komunikasi/interaksi pembelajaran yang berlangsung secara face-to-face
communication.
(ii)
strategi pembelajaran jarak jauh yaitu
pembelajaran dimana guru dan siswa tidak berada dalam satu ruangan/kelas
sehingga komunikasi/interaksi pembelajaran berlangsung melalui penggunaan
media/teklnologi pembelajaran sebagai perantara. Kegiatan mengajar yang Anda
lakukan di sekolah/kelas Anda selama ini adalah contoh dari pembelajaran tatap
muka, sementara kegiatan-kegiatan perkuliahan yang Anda ikuti dalam rangka
program pendidikan jarak jauh ini adalah contoh pembelajaran jarak jauh.
c)
Pengaturan siswa
Selanjutnya dari segi pengaturan siswa, dapat
dibedakan atas:
(i)
Strategi pembelajaran individual, yaitu
pembelajaran yang diorganisir secara individual dengan orientasi pemberian
kesempatan kepada setiap siswa secara individual untuk belajar sesuai dengan kemampuan
sendiri dengan tujuan untuk mengembangkan potensi/kemampuan setiap individu
secara optimal,
(ii)
Strategi pembelajaran kelompok kecil,
yaitu pembelajaran dimana siswa-siwa diorganisir dalam kelompok-kelompok kecil,
besarnya 4 – 7 orang untuk mendiskusikan dan/atau mengerjakan topik/tugas-tugas
yang diperhadapkan kepada mereka, dan (iii) strategi pembelajaran klasikal
yaitu pembelajaran dimana sejumlah siswa (besarnya sekitar 35-45 orang) yang
diasumsikan memiliki usia dan kemampuan yang relatif sama dikumpulkan dalam
satu kelas, kemudian diajar oleh seorang guru dengan menggunakan format
pembelajaran yang sama untuk seluruh murid dalam kelas.
(2)
Pengolahan pesan
Dari
segi pengolahan pesan,
klasifikasi dapat didasarkan atas:
a)
Peranan guru dan siswa
dalam mengolah pesan
Dari segi peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan, strategi
pembelajaran dibedakan atas:
(i) Strategi ekspositorik
Strategi
ekspositorik merupakan strategi pembelajaran
yang lebih berorientasi pada guru dalam arti semua pesan pembelajaran (yang
diharapkan untuk dikuasai oleh murid) telah diolah dalam bentuk barang jadi
oleh guru untuk selanjutnya disampaikan kepada murid. Guru aktif memberi
penjelasan atau informasi secara terperinci tentang bahan pengajaran dengan
tujuan utama memindahkan pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai kepada
siswa. Peran guru dalam strategi pembelajaran ekspositorik ini adalah :
penyusun program pembelajaran, pemberi informasi yang benar, penyedia
fasilitas, pembimbing siswa dalam memperoleh informasi/pesan, dan penilai
pemerolehan informasi, sementara siswa lebih berperan sebagaipencari/penerima
informasi/pesan belajar, pemakai media/sumber velajar, dan menyelesaikan
tugas-tugas yang diperhadapkan kepadanya.
(ii) strategi heuristik
Strategi
heuristik merupakan strategi pembelajaran yang
menghendaki siswa untuk terlibat aktif dalam proses pengolahan pesan-pesan
belajar (tujuan pembelajaran). Strategi ini lebih berpusat pada siswa
(student-centre) dan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual,
berpikir kritis dan memecahkan masalah dari para siswa. Dalam strategi
heuristik, peranan guru adalah : menciptakan suasana berpikir sehingga
murid berani bereksplorasi dalam penemuan dan pemecahan masalah, sebagai
fasilitator dalam pembelajaran dan penelitian, sebagai rekan diskusi siswa
dalam klasifikasi dan pencarian alternatif pemecahan masalah, dan sebagai
pembimbing penelitian, pendorong keberanian berpikir alternatif dalam pemecahan
masalah, sementara peranan siswa adalah mengambil prakarsa dalam
pencarian masalah dan pemecahan masalah, pelaku aktif dalam belajar melakukan
penelitian, penjelajah tentang masalah dan metode pemecahan masalah, serta
penemu pemecahan masalah.
b)
Proses pengolahan pesan
Dari
segi proses pengolahan pesan, strategi pembelajaran dibedakan atas
(i)
Strategi deduktif
Strategi
deduktif adalah strategi pembelajaran dengan
proses pengolahan pesan yang berlangsung dari hal-hal yang bersifat umum menuju
ke hal-hal yang bersifat khusus. Pada garis besarnya, strategi pembelajaran deduktif
meliputi langkah-langkah:
(a) guru mengemukakan generalisasi,
(b) penjelasan konsep-konsep, dan
(c) pencarian data yang dilakukan oleh siswa.
(ii) Strategi
induktif
Strategi
induktif adalah strategi pembelajaran dengan
proses pengolahan pesan yang berlangsung dari hal-hal yang bersifat khusus
menuju ke hal-hal yang bersifat umum. Langkah-langkah pembelajaran strategi
induktif, pada garis besarnya terdiri atas:
(a) pengajuan data/fakta atau peristiwa khusus,
(b) penyusunan konsep berdasarkan fakta-fakta, dan
(c) penyusunan generalisasi berdasarkan konsep-konsep.
Bila
sudah ada teori yang benar pada umumnya dirumuskan hipotesis,
(d) terapan generalisasio pada data baru atau
hipoptesis, dan
(e) penarikan kesimpulan lanjut.
(3)
Struktur peristiwa belajar-mengajar
Dari segi strutur peristiwa
belajar-mengajar, strategi pembelajaran dibedakan atas:
(i)
Strategi yang bersifat
tertutup
Pada strategi
pembelajaran tertutup, semua komponen pembelajaran seperti
penentuan tujuan, materi/media/sumber-sumber belajar serta prosedur/langkah-langkah
pembelajaran yang akan ditempuh/dilaksanakan di kelas, semuanya telah
dirancang/dilakukan secara ketat oleh guru tanpa melibatkan siswa.
(ii) Strategi yang bersifat terbuka
Dalam pada itu, pada strategi pembelajaran terbuka siswa diberi
peluang/kesempatan untuk memberikan urunan dalam merancang/menentukan
komponen-komponen pembelajaran termasuk dalam menentukan
prosedur/langkah-langkah pembelajaran sementara pembelajaran berlangsung.
(4)
Tujuan belajar
Dari segi tujuan belajar,
Robert Gagne (1984) mengelompokkan kondisi-kondisi belajar (sistem lingkungan
belajar) sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai. Dalam hal ini, Gagne memengemukakan adanya 5
jenis tujuan/hasil belajar, yaitu
(a) verbal information (informasi verbal) yaitu kemampuan untuk menyatakan atau mengungkapkan kembali secara
verbal pengetahuan ataukah informasi yang telah dimilikinya dalam arti bahwa
seseorang yang telah memiliki pengetahuan tertentu berkemampuan untuk
menuangkan pengetahuan itu dalam bentuk bahasa (baik mlisan maupun tertulis
yang memadai) sehingga dapat dikomunikasikan kepada orang lain,
(b) intelectual skills (kecakapan intelektual) menunjuk kepada kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan
hidup dan dirinya asendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep
dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, gambar). Cakupan dari
kecakapan intelektual ini meliputi kecakapan yang sangat sederhana sampai
kepada kemampuan yang bersifat kompleks sesuai kapasitas intelektual yang
dimilki seseorang. Kecakapan intelektual ini terdiri atas 4 sub kemampuan yang
bersifat hierarkhi, yaitu: diskriminasi, konsep, kaidah, dan prinsip.
(c) cognitive strategies (strategi kognitif) menunjuk pada kemampuan mengatur cara/proses belajar dan
mengelola/mengorganisir proses berpikir dalam arti yang seluas-luasnya.
Seseorang yang memiliki strategi kognitif yang baik akan jauh lebih efisien dan
efektif dalam mempergunakan semua konsep dan kaidah yang dimilikinya
dibandingkan dengan seseorang yang tidak berkemampuan demikian . Strategi
kognitif ini oleh Ruthkopf dinamakan “mathemagenic activities“, oleh Skinner
dinamakan “self management behavior“, dan oleh penganut teori pemrosesan
informasi dinamakan “executive control processes“,
(d) motor skills (keterampilan motorik menunjuk
kepada kemampuan untuk melakukan rangkaian gerak-gerik jasmani yang dikemudikan
oleh sistem saraf disertai koordinasi yang memadai antara kerja otak dan proses
psikologis yang mengatur gerak itu dalam urutan tertentu dengan mengadakan koordinasi
antara berbagai anggota badan secara terpadu.
(e) attitudes (sikap dan nilai) menunjuk kepada kemampuan
internal
yang sangat berperan dalam menentukan dan mengambil suatu tindakan,
lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak.. Masing-masing
tujuan belajar tersebut mempersyaratkan strategi belajar tertentu (yang oleh
Gagne disebut kondisi-kondisi belajar ekstern) tertentu untuk pencapaiannya.
Sebagai contoh, untuk mencapai tujuan belajar keterampilan motorik misalnya
harus digunakan strategi pembelajaran yang relevan dengan substansi dari
belajar keterampilan motorik tersebut. seperti latihan, sementara untuk tujuan
belajar attitudes (sikap dan nilai) memerlukan strategi belajar pemodelan
(modelling). Demikian juga dengan tujuan/hasil belajar yang lain. Dengan
demikian ditinjau dari segi tujuan belajar, strategi pembelajaran dapat
dibedakan atas strategi pembelajaran untuk pencapaian tujuan/hasil belajar (a)
informasi verbal), (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitip, (d)
keterampilan motorik, dan (e) sikap dan nilai.
4. Memilih Setrategi Mengajar
Agar
dapat dipilih strategi mengajar yang serasi, harus diperhatikan tujuan yang
ingin dicapai, baik TU maupun TIU dan TIK. Sering terjadi bahwa pengajar telah
merumuskan tujuan instruksional yang baik, akan tetapi mengunakan strategi
mengajar yang tidak serasi dengan hasil belajar yang diharapkan.
Di bawah ini kami cantumkan sejumlah pertanyaan
yang dapat digunakan sebagai pegangan untuk memilih strategi mengajar yang
serasi.
(1)
Apakah tujuan itu bersifat
kognitif, afektif, atau psikomotor ?
(2)
Apakah tujuan itu bertingkat
rendah atau tinggi ?
(3)
Apakah tujuan banyak
memerlukan reinforcement atau ulangan ?
(4)
Apakah diperlukan partisipasi
aktif dari siswa, secara individual, kelompok kecil, atau kelompok besar ?
(5)
Apakah tujuan itu memerlukan
keterampilan akademis ?
(6)
Apakah dituntut keterampilan
interpersonal ?
(7)
Apakah diperlukan
keterampilan mengenai proses penelitian ilmiah ?
(8)
Apakah tersedia atau harus
disediakan sumber-sumber mengajar ?
(9)
Apakah strategi mengajar itu
sesuai dengan determinan kurikulum dan misi lembaga pendidikan itu ?
(10) Apakah strategi mengajar itu cukup menguntungkan dari segi waktu,
biaya, dan usaha yang diperlukan ?
(11) Apakah diperlukan lebih dari satu strategi mengajar untuk mencapai
tujuan itu ?
(12) Apakah strategi itu sesuai dengan gaya belajar siswa ?
5.
Pentingya Strategi
Belajar Mengajar
Dapat disimpulkan bahwa strategi terdiri dan
metode dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan. Strategi
lebih luas dari metode atau teknik pengajaran. Metode atau teknik pengajaran
merupakan bagian dari strategi pengajaran.
Berdasarkan pendapat Gerlach dan Ely strategi
belajar mengajar adalah cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran
dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup dan urutan
kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Yang menjadi
pertanyaan adalah mengapa strategi belajar mengajar menjadi penting? Strategi
belajar mengajar menjadi penting karena strategi belajar mengajar memuat cara
penyampaian materi pelajaran yang akan sangat berpengaruh kepada hasil belajar.
Dengan cara tertentu yang efektif maka hasil belajar peserta didik juga akan
menjadi optimal.
Sedangkan berdasarkan Gropper,
Strategi belajar-mengajar terdiri atas semua komponen materi pengajaran dan
prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pengajaran.
Oleh karena itu Strategi belajar mengajar sangat penting, karena terdiri dari
semua komponen materi pengajaran yang dapat membantu peserta didik mencapai
tujuan pengajaran.
6.
Pedoman Kurikulum dan Strategi Mengajar
Pedoman Kurikulum
dapat menyajikan ide-ide yang dapat digunakan pengajar untuk mengembangkan
kegiatan-kegiatan belajar siswa. Untuk mencapai suatu tujuan, misalnya TIK, dapat
digunakan satu strategi mengajar, tetapi ada kemungkinan menggunakan satu
strategi mengajar untuk beberapa tujuan. Sebaliknya mungkin pula diperlukan
beberapa strategi mengajar untuk mencapai satu tujuan. Untuk mencapai tujuan
yang tinggi tingkatannya diperlukan strategi tingkat tinggi dan sebaliknya
untuk tujuan tingkat rendah strategi tingkat rendah sudah memadai. Akan tetapi
dengan menggunakan strategi tingkat rendah tidak dapat dikembangkan
keterampilan mental tinggi pada siswa.
Strategi tingkat tinggi dalam proses
pelaksanaan memerlukan sejumlah strategi yang lebih rendah sebagai bagian dari
keseluruhan proses belajar mengajar. Misalnya strategi pemecahan masalah sering
memerlukan ceramah singkat, diskusi, tanya jawab, pemrosesan informasi, dan sebagainya.
Strategi-strategi mengajar yang disajikan dalam
daftar di atas pada dasarnya disusun menurut tingkat kompleksitasnya, jadi dari
yang sederhana kepada yang lebih kompleks, walaupun ada yang tingkat
kompleksitasnya agak sama. Jadi strategi mengajar nomor 1, 2, dan 3 (kuliah,
demonstrasi, dan latihan praktek) termasuk strategi mengajar yang paling rendah
kompleksitasnya, sedangkan simulasi, synectics, dan proyek aksi sosial (nomor
12, 13, dan 14) termasuk yang paling kompleks.
Untuk
memilih strategi mengajar, harus dipertimbangkan maksud tujuan pelajaran secara
keseluruhan. Bila tujuannya mencapai hasil belajar pada tingkat tinggi, maka
yang diperlukan ialah strategi yang tinggi yang lebih kompleks.
Kita
dapat menyusun tujuan-tujuan suatu matakuliah yang telah diuraikan dalam TIU
dan TIK menurut tingkatan kompleksitasnya, dari yang spesifik dan sederhana
sampai yang kompleks dan umum. Kemudian kita pilih strategi mengajar yang
serasi untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Tujuan tingkat yang lebih tinggi biasanya
berada pada bagian akhir matakuliah dan demikian pula strategi mengajarnya.
C. Sumber Mengajar
Sumber
mengajar merupakan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh pengajar untuk
membantu mereka dalam proses belajar mengajar di sekolah. Sumber mengajar bisa
didapatkan oleh seorang pengajar atau guru melalui berbagai media, antara lain:
1. Buku
pelajaran (referensi)
2. Internet
3. Mengikuti
berbagai penataran yang bermanfaat
4. Mengikuti
berbagai seminar pendidikan
5.
Photo-copy
6.
Simulasi (permainan)
7.
Audio-video.
Dan
masih banyak sumber mengajar lain yang bisa kita dapatkan untuk menambah
wawasan kita sebagai guru dalam menyajikan materi kepada siswa di kelas. Dengan
begitu, siswa dapat memperoleh informasi lebih lengkap dan wawasan yang lebih
luas. Siswa SD lebih banyak meluangkan waktunya belajar di sekolah. Hal itu
terjadi karena apabila sudah tiba di rumah ,sedikit sekali siswa yang senang
dengan belajar. Jadi, dengan waktu yang singkat tersebut, guru harus mampu
memaksimalkan pengajaran kepada siswa.
Edgar Dale (1969) seorang ahli pendidikan mengemukakan sumber
belajar adalah, “segala
sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang.” Pendapat lain dikemukakan oleh Association
Educational Comunication and Tehnology AECT (1977) yaitu “berbagai atau semua sumber baik berupa data,
orang, dan
wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam belajar, baik secara terpisah
maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.”
Kedua pengertian tersebut menunjukkan bahwa pada
hakikatnya sumber belajar begitu luas dan kompleks, lebih dari sekedar media
pembelajaran. Segala hal yang sekiranya diprediksikan akan mendukung dan dapat
dimanfaatkan untuk keberhasilan pembelajaran dapat dipertimbangkan menjadi
sumber belajar. Dengan pemahaman ini maka guru bukanlah satu-satunya sumber
tetapi hanya salah satu saja dari sekian sumber belajar lainnya.
Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa Sumber
belajar (learning resources) adalah semua sumber, baik berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh
peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi
sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai
kompetensi tertentu.
Sumber mengajar sudah harus diusahakan pada
tingkat Pedoman Kurikulum. Pada taraf ini hendaknya dikerahkan sedapat mungkin
tenaga pengajar untuk bersama-sama menyiapkan segala sumber mengajar yang
diperlukan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Strategi mengajar adalah pendekatan umum
dalam mengajar dan tidak begitu terinci dan bervariasi dibanding dengan
kegiatan mengajar siswa seperti yang dicantumkan dalam rencana instruksional
atau persiapan satuan pelajaran. Strategi mengajar terdiri dan metode dan
teknik atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan.
Untuk
memilih strategi mengajar harus dipertimbangkan maksud tujuan pelajaran secara
keseluruhan. Bila tujuannya mencapai hasil belajar pada tingkat tinggi, maka
yang diperlukan ialah strategi yang tinggi yang lebih kompleks. Dalam melaksanakan
strategi belajar, guru memerlukan sumbel mengajar.
Sumber mengajar
merupakan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh pengajar untuk membantu
mereka dalam proses belajar mengajar di sekolah.
B.
Saran
Sebagai seorang pendidik, guru diharapkan
mampu menerapkan strategi dan menggunakan sumber mengajar yang sesuai dengan
materi pelajaran yang sedang diajarkan agar tujuan pembelajarannya bisa
tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan As’ri. 2010. Mengenal Sumber
Belajar ( Online ) http : // Pena Kurniawan As’ari. Com, diakses pada tanggal 19 Mei 2012
N. K. Roestiyah. 1990. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
W. Gulo. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Grasindo.
![]() |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
pengunjung yang baik mohon tinggalkan komentar nya yaa..