MENGANALISIS PUISI
A.
Diksi dalam Puisi
Diksi
dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi
oleh penulis atau pembicara. Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi
berarti "pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang
diharapkan)”. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan
mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat
karangan. Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada
dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan
dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang
sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa
saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat
yang berbeda. Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema
penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar
sesuai.
• Pilihan kata atau diksi mencakup pengertia kata-kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
• Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa–nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
• Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
Penggunaan
diksi, menurut sebagian besar orang adalah sangat penting. Alasannya ialah agar
apa yang ada dalam pikiran ketika ingin disampaikan bisa diterima oleh si
pendengar atau pembaca. Diksi, tidak hanya ada dalam penulisan saja melainkan
dalam ucapan juga. Keefektifan dalam memilih diksi sangat diperlukan. Pembicara
atau penulis yang terkesan bertele-tele dalam memaparkan idenya, akan membuat
pendengar atau pembaca merasa bosan sehingga tidak jadi menuntaskan mendengar
atau membaca.
Pemilihan diksi dalam ucapan dan penulisan menjadi bagian yang sangat penting. Dalam ucapan, seorang penutur seharusnya dituntut untuk berbicara tanpa ada ambigu dalam kata yang diucap. Mengapa? Supaya pendengar dapat mudah memahami. Begitupun dalam menulis artikel atau opini, memilih kata yang pasti dan tidak ambigu adalah hal yang harus dan wajib.
Pemilihan diksi dalam ucapan dan penulisan menjadi bagian yang sangat penting. Dalam ucapan, seorang penutur seharusnya dituntut untuk berbicara tanpa ada ambigu dalam kata yang diucap. Mengapa? Supaya pendengar dapat mudah memahami. Begitupun dalam menulis artikel atau opini, memilih kata yang pasti dan tidak ambigu adalah hal yang harus dan wajib.
Seperti
contoh dibawah ini:
Sepisaupi
sepisau
luka sepisau duri
sepikul
dosa sepukau sepi
sepisau
duka serisau diri
sepisau
sepi sepisau nyanyi
sepisaupa
sepisaupi
sepisapanya
sepikau sepi
sepisaupa
sepisaupoi
sepikul
diri keranjang duri
sepisaupa
sepisaupi
sepisaupa
sepisaupi
sepisaupa
sepisaupi
sampai
pisauNya ke dalam nyanyi
(1973)
Batasan
Kosa Kata dan Diksi
Pilihan
kata atau diksi adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak
kita ungkapkan. Saat kita berbicara, kadang kita tidak sadar dengan kata – kata
yang kita gunakan. Maka dari itu, tidak jarang orang yang kita ajak berbicara
salah menangkap maksud pembicaraan kita.
Dari buku Gorys Keraf (DIKSI DAN GAYA BAHASA (2002), hal. 24) dituliskan beberapa point – point penting tentang diksi, yaitu :
• Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
• Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
• Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
Dari buku Gorys Keraf (DIKSI DAN GAYA BAHASA (2002), hal. 24) dituliskan beberapa point – point penting tentang diksi, yaitu :
• Plilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
• Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
• Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
B.
Penyimpangan-Penyimpangan Bahasa Puisi
Puisi
adalah salah satu karya sastra dengan bahasa yang liris. Penulisan puisi sering
menggunakan gaya bahasa untuk memperindah atau mempertajam makna puisi
tersebut.
Dulu, puisi banyak terikat dengan aturan seperti penggunaan rima dan bait. Dalam perkembangannya, sekarang bahasa puisi terkesan bebas dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku dalam masyarakat bahasa.
Jika dipandang dengan kaidah bahasa yang berlaku, maka banyak puisi yang menyimpang dari kaidah tersebut. Hal itu dapat berupa penyimpangan gramatikal, baik sintaksis maupun morfologis. Penyimpangan ini dapat dikatagorikan sebagai variasi bahasa.
Penggunaan afiks-afiks yang tak semestinya merupakan salah sartu penyimpangan morfologis. Kata-kata dasar yang biasanya menggunakan prefiks me-N- diganti dengan be-r atau sebaliknya, seperti bersedih diganti menjadi menyedih, berteduh menjadi meneduh, berlari menjadi melari, dan lain-lain.
Di dalam puisi juga sering ditemukan padanan kata majemuk yang tak biasa digunakan masyarakat bahasa, seperti lembayung langit yang berarti lagit kelabu, dinding bisu yang berarti saksi bisu dan Langit lazuardi yang berarti langit yang biru. Hal ini bisa disebabkan oleh penggunaan gaya bahasa yang bebas oleh penyair. Bagi penyair, bahasa dapat diibaratkan cat minyak yang dapat serta merta dicoretkan pada media kanvas.
Penyimpangan sintaksis dalam puisi dapat dicontokan pada larik pertama puisi Chairil Anwar yang berjudul “Isa” yakni itu tubuh. Dalam konteks pemakaian bahasa yang benar, seharusnya tertulis tubuh itu. Pada dasarnya, frasa dalam kaidah pemakaian bahasa Indonesia menggunakan pola DM (Diterangkan Menerangkan). Namun pada umumnya frasa yang digunakan dalam puisi menggunakan pola MD (Menrangkan Diterangkan).
Selain
itu di dalam puisi juga sering ditemukan pelesapan kata untuk memadatkan bahasa
puisi. Adapun contohnya adalah pekat darah seharusnya darah yang pekat, merah
mawar seharusnya mawar merah, damai cinta seharusnya cinta yang damai dan
lain-lain. Pada ranah klausa juga sering ditemukan adanya penyimpangan bahasa
puisi. Pulang kembali aku padamu (P/S/O), larik puisi dalam puisi “Padamu Jua”
ini menyalahi aturan sintaksis karena predikat berada di depan subjek. Jika
menngunakan kaidah bahasa yang benar maka larik puisi tersebut Aku pulang
kembali padamu (S/P/O).
Penyimpangan-penyimpangan bahasa pada puisi merupakan suatu cara untuk berkreasi dengan bahasa. Variasi bahasa sangat luas, tinggal bagaimana masyarakat menggunakannya tepat pada tempatnya. Penyimpangan bahasa pada puisi tidak dapat disalahkan karena pada puisi berlaku prinsip licentia poetica. Prinsip inilah yang membenarkan penyimpangan bahasa puisi dengan tujuan tertentu, seperti menampilkan keindahan, menekankan makna, atau menarik perhatian pembaca.
Analisis penyimpangan-penyimpangan pada puisi-puisi di
bawah ini:
PERGI
PERGI
Oleh:
Fadilah Neyarasmi
Tangisku
menjadi
Hatiku
memerih
Tak
sempat ku berucap lagi
Tapi
kau sudah menjauh pergi
Inginku
menahanmu
Lebih
lama lagi
Namun
kau semakin menjauh
Pergi
dari dasar hatiku
Bulan
bintang bantu aku
Pa bisa aku lupakan dirinya
Biar
hati merana rapuh
Kan
kukuatkan selagi bisa
Penyimpangan-penyimpangan
pada puisi di atas:
a. Kata
‘menjadi’ memiliki makna yang samar-samar artinya sulit untuk dipahami langsung
oleh pembaca. Sebenarnya kata menjadi di sini yaitu ‘makin menjadi’ atau ‘makin
bertambah kencang’ namun penulis sengaja tidak memperjelas maksud kata
‘menjadi’ tersebut dengan tujuan estetis. Penyimpangan yang terjadi merupakan
penyimpangan semantis.
b. Kata
‘memerih’ pada puisi di atas memiliki makna ‘menjadi perih’ atau ‘merasakan
perih’. Kata ‘memerih’ dalam bahasa Indonesia sebenarnya tidak dibenarkan, oleh
sebab itu terjadi penyimpangan morfologis pada kata tersebut.
c. Kata
‘pa’ sebenarnya berasal dari kata ‘apa’ namun dihilangkan salah satu huruf
awalnya sehingga hanya ada kata ‘pa’ yang sebenarnya dianggap salah dalam ejaan
bahasa Indonesia. Penyimpangan yang terjadi merupakan penyimpangan
fonologis.
Merah
Oleh:
Fadilah Neyarasmi
Merah itu …
Pabila aku bahagia
Pabila aku marah
Pabila aku berani
Merah
itu ... kamu!
Slalu buatku bahagia
Slalu buatku marah
Slalu buatku berani
Merah itu … hidupku!
Yah
itu hidupku!
Di
mana-mana kan selalu ada
Merah
menyala
Merah
hidupku
Merah
semangatku!
Penyimpangan-penyimpangan
pada puisi di atas:
a. Kata
‘merah’ memiliki makna yang berbeda dari denotasi sebenarnya. Kata merah di
sini maksudnya adalah perlambangan hidup penyair yang selalu diidentikkan
dengan merah. Yang kadang bahagia, marah dan berani. Penyimpangan yang terjadi
merupakan penyimpangan semantis.
b. Kata
‘pabila’ sebenarnya berasal dari kata ‘apabila’ namun dihilangkan salah satu
huruf awalnya sehingga hanya ada kata ‘pabila’ yang sebenarnya dianggap salah
dalam ejaan bahasa Indonesia karena tidak memiliki arti. Penyimpangan yang
terjadi merupakan penyimpangan fonologis.
c. Kata
‘slalu’ sebenarnya berasal dari kata ‘selalu’ namun dihilangkan salah satu
huruf vocal dibagian tengahnya sehingga hanya ada kata ‘slalu’ yang sebenarnya
dianggap salah dalam ejaan bahasa Indonesia. Penyimpangan yang terjadi
merupakan penyimpangan fonologis.
C.
Tujuan Penggunaan Kebahasaan dalam Puisi
Dalam setiap penggunaan bahasa,
unsur kebahasaan selalu mengiringi tuturan karena unsur kebahasaan merupakan
peranti sistem bahasa mulai wujud yang paling sederhana berupa bunyi sampai
pada sistem yang paling kompleks berupa wacana. Peranti sistem bahasa tersebut
digunakan untuk mengungkapkan maksud pengguna bahasa. Oleh sebab itu, penutur
harus menguasai peranti sistem bahasa tersebut ketika menggunakan bahasa.
Penggunaan sistem bahasa yang keliru dapat menyebabkan pesan yang disampaikan
tidak bisa diterima mitra tutur sesuai dengan yang dikehendaki penutur. Selain itu, tujuan penggunaan bahasa dalam puisi
diantaranya:
1.
Untuk
mengekspresikan diri
Pada saat menggunakan bahasa
sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sipemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan
atau memperhatikan siapa yangmenjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak
sasarannya. Ia menggunakanbahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Sebagai
alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secaraterbuka segala
sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya
untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi
diri antara lain:
Ø
agar menarik perhatian orang lain
terhadap kita,
Ø
keinginan untuk membebaskan diri
kita dari semua tekanan emosi
2.
Untuk berkomunikasi
Sebagai alat
komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksudkita, melahirkan perasaan
kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja samadengan sesama warga. Ia
mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan,merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4).
Pada saat kita
menggunakan bahasa sebagai tujuan komunikasi, kita
sudahmemiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita
inginmenyampaikan gagasan
yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuatorang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin
mempengaruhi orang lain.Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil
pemikiran kita. Jadi, dalam halini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran
menjadi perhatian utama kita.Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan
kepentingan dan kebutuhankhalayak sasaran kita.
Bahasa sebagai alat
ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pulamerupakan alat untuk
menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapatmenunjukkan sudut pandang
kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsadan negara kita,
pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita,baik
sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri terlebih lagi bagi seorang pengarang puisi.
3.
Untuk beradaptasi dan integrasi sosial
Cara berbahasa tertentu
selain sebagai alat komunikasi, juga bertujuan pula
sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi
kepadalingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita
gunakanbergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan
menggunakanbahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan
bahasayang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa
standarpada orang tua atau orang yang kita hormati.
4.
Untuk kontrol sosial
Sebagai alat kontrol
sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapatditerapkan pada diri
kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan,informasi, maupun
pendidikan disampaikan melalui bahasa. Termasuk pesan-pesan moral yang disampaikan melalui
puisi, juga dapat dikatagorikan sebagai alat kontrol sosial, pengarang yang
merasa tidak sejalan dengan keadaan yang dirasakannya (ditujukan kepada
penguasa atau pemerintah) akan menuangkan pikiran-pikiran dan perasaan yang
dirasakannya itu melalui puisi. Contoh
fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kitaterapkan adalah
sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satucara yang sangat
efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasadongkol dan marah kita
ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasamarah kita
berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secaralebih jelas
dan tenang.
D.
Tujuan Penggunaan Gaya Bahasa
Bahasa
sangatlah erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Bahasa juga merupakan
unsur pokok dalam pembuatan suatu karya sastra. Dalam pembuatan sebuah karya
sastra khusunya puisi, namun menurut pendapat Kleden (1983)”bahwa hakikat puisi
bukanlah susunan kata-kata yang membentuk barisan dan bait, melainkan sesuatu
yang terkandung di dalam kata, baris, dan bait itu. Tegasnya, puisi adalah
keindahan dan suasana tertentu yang terkandung di dalam kata-kata. Dari
penjelasan puisi di atas, terlihat beberapa persamaan mengenai karakteristik
sebuah puisi”.
Dengan majas
yang kita gunakan membuat puisi, maka puisi tersebut menjadi lebih variatif dan
unsur keindahannya semakin kompleks. Meskipun gaya bahasa yang digunakan
penulis beranekaragam, namun itu menambah kekayaan bahasa dalam puisi. Sehingga
si pembaca dan pendengar lebih bisa menghayati dan ikut merasakan apa isi atau
makna yang terkandung dalam puisi tersebut. Hal ini mengacu pada pendapat
Awaludin (2009) sebagai berikut:
Dalam puisi
terdapat kebebasan menuangkan kata-kata menurut imajinasi penulis. Oleh karena itu majas sebagai gaya
bahasa itu penting dalam puisi. Gaya bahasa yang digunakan oleh setiap penulis
atau penutur bahasa berbeda-beda. Gaya bahasa merupakan pemanfaatan atas
kekayaan bahasa oleh seseorang dalam
sebuah puisi, gaya penulisan menekankan unsur yang berkaitan dengan fungsi
dalam teks itu sendiri. Gaya bahasa sebuah teks puisi ditentukan oleh maksut
ataupun tujuan si penulis yang membuat puisi tersebut. Selain itu, unsur
kebiasaan seorang penulis serta unsur kedaerahan juga dapat mempengaruhi gaya
bahasa seorang penulis puisi.
Dalam
konteks puisi, bahasa adalah alat yang digunakan oleh penyair untuk memindahkan
pengalaman jiwa, yaitu pemikiran serta perasaannya kedalam puisi. Bahasa dalam
sebuah puisi perlu juga memperlihatkan kehalusan, kesempurnaan, dan kemuliaan
pembentukan serta penyusunannya sebagai syarat-syarat keindahan bahasa sastra
(Guan,2010). Sedangkan definisi gaya menurut Za’ba (1962) “gaya bahasa itu
ialah rupa susuk bahasa yang dipakai apabila berrcakap atau mengarangg, yaitu
tentang perkataannya, ikatan ayatnya, jalan bahasanya, cara susunan atau bentuk
peribahasanya”. Dalam puisi gaya bahasa
itu menentukan bagus atau tidaknya puisi
tersebut. Seperti pendapat (Usman,2010) “bahasa adalah alat atau wahana yang
magis, yang dapat mempengaruhi pembaca atau pendengar dan dapat dirubah
perasaan atau pemikirannya oleh penyair”.
Oleh sebab itu gaya bahasa dalam
sebuah karya sastra khusunya puisi, sangat penting untuk menghasilkan sebuah
karya sastra yang bagus dan dihargai masyarakat. Pada dasarnya majas dibedakan
menjadi empat, yaitu:
1. Majas
Perbandingan
a. Personifikasi:
adalah majas yang melukiskan suatu benda dengan memberkan sifat-sifat manusia
kepada benda-benda mati sehingga seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia
atau benda hidup.
Contoh: Pucuk-pucuk teh yang menggeliat.
b. Metafora:
adalah majas perbandingan yang dilukiskan sesuatu dengan perbandingan langsung
dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hamper sama.
Contoh: - raja siang
telah pergi ke peraduannya (raja siang=matahari)
- Dewi
malam telah keluar dari balik awan (dewi bulan=bulan)
c. Alegori:
adalah majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan utuh,
perbandinagn itu membentuk kesatuan yang menyeluruh.
Contoh:
hidup ini dioerbandingkan dengan perahu
yang tengah berlayar di lautan.
Suami = nahkoda
Istri = jurumudi
Topan,
gelombang, batukarng – cobaan/ halangan dalam kehidupan
Tanah seberang = cita-cita hidup
d. Hiperbola:
adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan mengganti peristiwa
atau tindakan sesungguhnya dengan kata-kata yang lebih hebat pengertiannya
untuk menyangatkan hati.
Contoh: kakak membanting
tulang demi menghidupi keluarganya
e. Litotes
(hiperbola negatif): adalah majas perbandingan yang melukiskan keadaan dengan
kata-kata yang berlawanan artinya dengan kenyataan yang sebenarnya guna
merendahkan diri.
Contoh: perjuangan kami hanyalah setitik air dalam samudera luas
f. Sinekdone:
dapat dibedakan atas
a. Pars
pro toto: yaitu majas sinekdone yang menuliskan sebagian tetapi yang dimaksud
adalah seluruhnya.
b. Totem
pro parte: yaitu majas sinekdone yangmelukiskan keseluruhan tetapi yang
dimaksud sebagian
Contoh: Kaum wanita memperingati
hari kartini.
g. Eufemisme
(ungkapan pelebut): adalah majas perbandingan yang melukiskan suatu benda
dengankata-kata yang lebih lembut untuk menggantikan kata-kata lain utnuk sopan
santun atau tabu bahasa (pantang).
Contoh:
- para
tunakarya perlu perhatian yang serius
dari pemerintah
- Pramuwisma
bukan pekerjaan yang hina
h. Simbolik:
adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan
benda-benda lain sebagai symbol atau perlambang.
Contoh: dari dulu ia tetap saja menjadi lintah darat
(lintah darat = lambang pemeras)
i.
Alusio: adalah majas
perbandingan dengan menggunakan ungkapan peribahasa, kata-kata yang artinya
diketahui umum.
Contoh:
- ah,
dia itu tong kosong nyaring bunyinya
- Rupanya
Ahmad makan tangan hari ini hingga
membuat iri teman-temannya.
j.
Asosiasi: adalah majas
perbandingan yang memperbandingkan sesuatu dengan keadaan lain karena adanya
pesamaan sifat.
Contoh: wajahnya muram bagai bulan kesiangan
k. Perifrasis:
adalah majas perbandingan yangmelukiskan sesuatu dengan menguraikan sepatah
kata menjadi serangkaian kata yang mengandung arti yang sama dengan kata yang
digantikan itu.
Contoh: petang barulah ia pulang
Menjadi:
ketika matahari hilang dibalik gunung
barulah ia pulang
l.
Metonimia: adalah majas
perbandingan yang menggunakan merk dagang atau nama barang untuk melukiskan
sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan
benda keseluruhan.
Contoh: kemarin ia memakai fiat (mobill merk Fiat)
m. Antonomasia:
adalah majas perbandingan yang menyebutkan nama lain terhadap seseorang
berdasarkan cirri atau sifat menonjol yang dimilikinya.
Contoh: si pincang, si jangkung, si keriting, dan
sebagainya.
n. Tropen:
adalah majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan suatu
pekerjaan atau perbuatan dengan kata-kata lain yang mengandung pengertian yang
sejajar dan sejalan.
Contoh:
setiap malam ia menjual suaranya untuk nafkah anak dan istrinya.
o. Parabel:
adalah majas perbandingan dengan menggunakan perumpamaan dalam hidup.
Misalnya: Bhagawat Gita, Mahabarata, Bayan Budiman.
2. Majas
Sindiran
1. Ironi:
adalah majas sindiran yang melukiskan sesuatu yang menyatakan sebaliknya dari
apa yang sebenarnya dengan maksud untuk menyindir orang.
Contoh: Harum benar sore ini
2. Sinisme:
adalah majas sindiran yang menggunakan kata=kata sebalikinya seperti ironi
tetapi kasar.
Contoh: itukah yang dinamakan bekerja
3. Sarkasme:
adalah majas sindiran yang terkasar serta langsung menusuk perasaan.
Contoh: Otakmu memang otak udang!
3. Majas
Penegasan
1. Pleonasme:
adalah majas penegasan yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak
perlu dikatakan lagi karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang
diterangkan.
Contoh: salju
putih sudah mulai turun kebawah
2. Repetisi:
adalah majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau
beberapa kata berkali-kali, yang biasanya digunakan dalam pidato.
Contoh:
kita
junjung ia sebagai pemimpin, kita
junjung ia sebagai pelindung, kita
junjung ia sebagai pembebas kita.
3. Paralisme:
ialah majas penegasan seperti repetisi
tetapi dipakai dalam puisi. Para lisme dibagi menjadi:
a. Anaphora:
yakni bila kata atau frase yang di ulang terletak di awal kalimat. Misalnya:
Kalau’lah
diam malam yang kelam
Kalau’lah
tenang sawang yang lapang
Kalau’lah
lelap orang di lawang
b. Epifora:
yakni bila kata atau frase yang di ulang terletak di akhir kalimat. Misalnya
Kalau kau mau, aku akan datang
Jika kau kehendaki, aku akan datang
Bila kau minta, aku akan datang
Di samping itu, adapun yang
memperlihatkan penggunaan anaphora dan epifera dan sekaligus, seperti:
Kami
jemu pada lagu
Kami
benci pada lagu
Kami
runtuh karena lagu
(“suara dari sudut gelita”, oleh
Muhammad Ali)
4. Tautology:
adalah majas penegasan yang melukiskan suatu dengan menggunakan kata-kata yang
sama artinya untuk mempertegas arti.
Contoh: saya khawatir
dan was-was akan keselamatannya.
5. Simetri:
adalah majas penegasan yang melukiskan suatu dengan mempergunakan satu kata, kelompok kata atau kalimat yang
seimbang artinya dengan yang pertama.
Contoh: kakak berjalan tergesa-gesa, seperti orang dikejar anjing gila
6. Enumerasio:
adalah majas penegasan yang melukiskan beberapa peristiwa membentuk satu
kesatuan yang dituliskan satu persatu supaya tiap-tiap peristiwa dalam
keseluruhannya tampak jelas.
Contoh: angin berhembus, lalu tenang, bulan memancar
lagi
7. Klimaks:
adalah majas penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan
menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin memuncak pengertiannya.
Contoh: menyemai benih, tumbuh hingga menuainya, aku
sendiri yang mengerjakannya.
Anak-anak, remaja, dewasa datang
menyaksikan film “saur sepuh”
8. Antiklimaks:
adalah majas penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan
menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin menurun pengertiannya.
Contoh: jangankan
seribu, atau seratus, serupiah pun tak ada
9. Retorik:
adalah majas penegasan yang menggunakan kalimat Tanya yang sebenarnya tidak
memerlukan jawaban karena sudah diketahuinya.
Contoh: mana mungkin orang mati hidup kembali
10. Koreksio:
adalah majas penegasan yang membetulkan (mengoreksi) kembali kata-kata yang
salah diucapkan, baik di sengaja maupun tidak.
Contoh: hari ini sakit ingatan, eh……maaf, sakit kepala
maksudku.
11. Polisidenton:
adalah majas penegasan yang menyebutkan
beberapa benda, hal atau keadaan secara berturut-turut dengan memakai
kata penghubung.
Contoh:
dia tidak tahu, tetapi tetap saja
ditanyai, akibatnya dia marah-marah
12. Asidenton:
adalah majas penegasan yang menyebutkan
beberapa benda, hal atau keadaan secara
berturut-turut tanpa memakai kata penghubung.
Contoh: kemeja, sepatu, kaos kaki, dibelinya di toko
itu.
13. Ekslamasio:
adalah majas penegasan yang memakai kata-kata seru sebagai penegas.
Contoh: amboi, indahnya
pemandangan ini
14. Praeterito:
adalah majas penegasan yangmelukiskan sesuatu dengan menyembunyikan atau
merahasiakan sesuatu dan pembaca harus menerka apa yang disembunyikan itu.
Contoh:
tidak
usah kau sebut namanya, aku sudah tau penyebab kegaduhan ini.
15. interupsi:
adalah majas penegasan yang
mempergunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di antar
kalimat pokok guna lebih menjelaskan dan menekankan bagian kalimat sebelumnya.
Contoh:
aku, orang
ke sepuluh tahun bekerja di sini, belum pernah dinaikan gajiku.
4. Majas
Pertentangan
1. Antithesis:
adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kepaduan
kata yang berlawanan arti.
Contoh: cantik atau tidak, kaya atau miskin , bukanlah suatu ukuran nilai seorang wanita.
2. Paradoks:
adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan,
padahal maksud sesungguhnya tidak karena objeknya berlainan.
Contoh: hatinya sunyi tinggal di
kota Jakarta yang ramai.
3. Okupasi:
adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan bantahan, tetapi
kemudian diberi penjelasan atau diakhiri dengan kesimpulan.
Contoh:
merokok itu merusak kesehatan, akan
tetapi si perokok tidak dapat menghentikan kebiasaannya. Maka muncullah
pabrik-pabrik rokok karena untungnya banyak.
4. Kontradiksio
Interminis: adalah majas pertentangan yang memperlihatkan pertentangan dengan
penjelasan semua, yang berupa perkecualian.
Contoh:
semua murid kelas ini hadir, kecuali si
Hasan yang sedang ikut jamboree.
5. Anakronisme:adalah
majas pertentangan yang melukiskan sesuatu tidak sesuai dengan jamanya atau
kurang dapat diterima oleh akal.
Contoh: setelah lahir, bayi itu lantas bicara dengan
ibunya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://idaelysa94.blogspot.com/2013/01/makalah-gaya-bahasa-dalam-puisi.html. DIakses pada tanggal 31 Maret 2013. Pukul 13:00.
http://dilhailunaspiero.blogspot.com/2012/11/biografi-dan-analisis-penyimpangan-puisi.html. DIakses pada tanggal 31 Maret 2013. Pukul 13:00.
http://andixjelek.blogspot.com/2008/12/bahasa-puisi.html. DIakses pada tanggal 31 Maret 2013. Pukul 13:00.
Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2172746-ciri-ciri-kebahasaan-puisi/#ixzz2PDQlXeAl. DIakses pada tanggal 31 Maret 2013. Pukul 13:00.
bagus mas ikeh
BalasHapus