Kamis, 13 Februari 2014

PENGERTIAN PROBLEM SOLVING

 BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Perkembangan teknologi komputer yang semakin canggih dimungkinkan untuk didesain dan dikembangkan seperangkat program pembelajaran untuk siswa sekolah dasar. Pengembangan tersebut dalam bentuk media pembelajaran berbasis komputer. Pengembangan media PBK sebaiknya melibatkan pengembang instruksioal, yaitu ahli media dan ahli materi. Disamping itu pengembangan media PBK harus memperhatikan karateristik anak usia SD, melipusti aspek psikologis dan sosiologi anak SD. Komponen yang perlu diperhatikan dalam pengembangan PBK antara lain; bahan penarik perhatian, penyamapaian standar kompetensi, tes prasyarat, prates, uraian materi, latihan ilustrasi/grafis, latihan, penjelasan atau rambu-rambu jawaban latihan, rangkuman, tes akhir, balikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan sains (IPTEKS) semakin hari semakin pesat, terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari perkembangan teknologi komunikasi dan informasi tersebut, arus informasi datang dari berbagai penjuru dunia secara cepat dan melimpah ruah. Untuk dapat tampil unggul dalam keadaan yang selalu berubah dan kompetitif ini diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia itu sendiri salah satunya bergantung pada kualitas pendidikannya.
Pendidikan matematika yang diberikan di sekolah memberikan sumbangan penting bagi siswa dalam pengembangan kemampuan yang sejalan dengan tujuan pendidikan.
Menurut Depdiknas Jakarta (2003:7.31) disebutkan bahwa kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika mulai dari SD dan MI sampai SMA dan MA adalah menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah; mengunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat (merumuskan), dan meyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah; memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang di ats, dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah. Yaitu:
1.      Apa yang dimaksud dengan problem solving?
2.      Bagaimanakah langkah-langkah penyelesaian masalah dan hipotesis dalam problem solving?

C.      Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Menjelaskan pembelajaran matematika berbasis komputer dengan problem solving.
2.      Menjelaskan langkah-langkah penyelesaian masalah dan hipotesis dalam problem solving.

 
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Problem Solving
Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha-usaha untuk menyelesaikannya sampai memperoleh penyelesaian. Sedangkan pengajaran penyelesaian masalah merupakan tindakan guru dalam mendorong siswa agar menerima tantangan dari pertanyaan bersifat menantang, dan mengarahkan siswa agar dapat menyelesaikan pertanyaan tersebut (sukoriyanto, 2001:103).
Pembelajaran pemecahan masalah adalah suatu kegiatan yang didesain oleh guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penugasan atau pertanyaan matematika (Tim PPPG Matematika, 2005:93). Fungsi guru dalam kegiatan itu adalah memotivasi siswa agar mau menerima tantangan dan membimbing siswa dalam proses pemecahannya. Masalah yang diberikan harus masalah yang pemecahannya terjangkau oleh kemampuan siswa. Masalah yang diluar jangkauan kemampuan siswa dapat menurunkan motivasi mereka.
Pemecahan masalah matematik mempunyai dua makna yaitu:
1.         Pemecahan masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran, yang digunakan untuk menemukan kembali (reinvention) dan memahami materi, konsep, dan prinsip matematika. Pembelajaran diawali dengan penyajian masalah atau situasi yang kontekstual kemudian melalui induksi siswa menemukan konsep/prinsip matematika.
2.         Pemecahan masalah sebagai kegiatan yang meliputi:
·           Mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah
·           Membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya.
·           Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika dan atau di luar matematika.
·           Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalah asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban.
·           Menerapkan matematika secara bermakna.

B.       Keunggulanan dan Kelemahan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Adapun keunggulan model pembelajaran problem solving sebagai berikut:
1.      Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
2.      Berpikir dan bertindak kreatif.
3.      Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
4.      Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
5.      Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6.      Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
7.      Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
8.      Dengan metode ini potensi intelektual dari dalam diri siswa akan meningkat.
9.      Dengan meningkatkan potensi intelektual dari dalam diri siswa maka akan menimbulkan motivasi intern bagi siswa.
10.  Dengan menggunakan metode ini menyebabkan materi yang telah dipelajari akan tahan lama.
11.  Masing-masing siswa diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih dihargai dan yang nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri
12.  Para siswa akan diajak untuk lebih menghargai orang lain
13.  Untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya
14.  Mengajak siswa berpikir secara rasional.
15.  Siswa aktif
16.  Mengembangkan rasa tanggung jawab
17.  Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan
18.  Berpikir dan bertindak kreatif.
19.  Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
20.  Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan
21.  Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
22.  Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
23.  Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan model pembelajaran problem solving sebagai berikut:
1.      Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
2.      Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.
3.      Bagi siswa yang sangat kurang pemahaman dasar matematika maka pengajaran dengan metode ini akan sangat membosankan dan menghilangkan semangat belajarnya.
4.      Bila guru tidak berhati-hati dalam memilih soal pemecahan masalah akan berubah fungsinya menjadi latihan, apabila tanpa memahami konsep yang dikandung soal-soal tersebut.
5.      Karena tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan terkadang penguasaan materi sering diabaikan
6.      Metode ini sering kali menyulitkan mereka yang sungkan mengutarakan pendapat secara lisan
7.      Memakan waktu lama
8.      Kebulatan bahan kadang – kadang sukar dicapai
9.      Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
10.  Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

C.      Langkah-langkah Sistematis Pemecahan Masalah (Problem Solving)
1)        Tetapkan Tujuan, merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk fokus menyelesaikan suatu masalah tertentu. Tujuan yang bias akan menyebabkan proses pemecahan masalah tidak akan fokus dan tujuan tidak tercapai dengan baik.
2)        Tulis / petakan permasalahan yang ada, langkah ini bisa jadi merupakan langkah paling penting dalam problem solving. Tanpa pemahaman yang baik atas masalah, solusi tidak akan pernah benar. Agar pemetaan masalah dapat sesuai dengan kondisi yang ada, diperlukan pengamatan, data dan informasi yang akurat serta keterlibatan pihak-pihak yang berada di dalam atau yang berdekatan dengan sistem termasuk motif masing-masing pihak. Pemetaan masalah ala SWOT mungkin bisa membantu, hanya saja dalam SWOT tidak dikaji hal-hal lain yang mungkin berperan lebih besar dari kelebihan-kelemahan-kesempatan-ancaman. Petakan masalah sejelas-mungkin, sederhana dan runtut berdasarkan kronologis. Sangat baik memetakan dalam bentuk visual warna dan gambar yang memperjelas diferensiasi dan rangkaian kejadian seperti pada metode MIND MAPPING.
3)        Cari akar permasalahan yang mungkin, suatu masalah sering disebabkan oleh masalah lainnya sehingga atas suatu masalah terlihat banyak masalah yang menjadi penyebabnya. Padahal sebenarnya hanya ada sedikit akar permasalahan untuk kasus masalah yang kompleks sekalipun dan bahkan sering ditemui masalah yang kompleks dengan satu akar permasalahan yang justru sangat sederhana. Telah dikembangkan metode untuk menemukan akar permasalahan (RCA / Root Cause Analysis) diantaranya 5 Why Analysis dan Fishbone. Akar penyebab masalah yang tepat biasanya apabila secara rasional tidak terjadi hubungan sebab-akibat yang tidak logis dengan beberapa masalah yang ada.
4)        Kembangkan hipotesis, tahap ini pada dasarnya merangkum antara masalah hingga akar masalah yang paling mungkin. Hipotesis bisa lebih dari satu jika masalahnya kompleks. Hipotesis umumnya akan berupa pernyataan yang menggambarkan hubungan antara dua variabel dalam konteks pemecahan masalah.
5)        Tetapkan analisis dan informasi yang diperlukan untuk menguji hipotesis, hipotesis harus dapat diuji dengan cara / metode tertentu. Pengujian ini penting untuk memastikan atau verifikasi hipotesis. Dalam kajian ilmiah, bila hipotesis terverifikasi benar maka akan menjadi teori. Dalam konteks pemecahan masalah, maka bila hipotesis terverifikasi maka dapat dikatakan akar penyebab masalah telah dipastikan valid.
6)        Kembangkan berbagai alternatif solusi, pada tahap ini dituntut kreatifitas tinggi dalam mengembangkan solusi yang mungkin. Sangat baik memunculkan semua solusi tanpa terkecuali. Sebagai pedoman, lihatlah sistem hingga subsistem yang ada dan pahami motif pelaku yang terlibat. Disarankan mengurai solusi dalam bentuk pohon solusi agar memudahkan untuk mengembangkan sebanyak mungkin solusi berdasarkan masing-masing cabang dan ranting pohon solusi. Sebaiknya alternatif solusi yang didapat disusun dalam suatu checklist. Untuk mendapatkan lebih banyak solusi, sebaiknya dilakukan brainstorming, bertanya kepada orang yang berpengalaman dengan masalah sejenis, membaca literatur, dan lain-lain.
7)        Seleksi alternatif solusi, tahap ini pada dasarnya mengevaluasi tiap solusi yang telah ada. Jika solusi yang tersedia cukup banyak, maka dapat dilakukan dalam beberapa tahap seleksi. Dimana pada tahap awal seleksi dengan mempertimbangkan aspek yang dianggap prioritas utama bagi organisasi seperti peraturan, norma dan etika, serta hal-hal prinsip lainnya. Setelah itu seleksi berikutnya dengan mengevaluasi solusi dengan pertimbangan yang tingkat prioritasnya lebih rendah seperti biaya yang diperlukan, waktu yang dibutuhkan, tingkat kesulitan solusi, dan tingkat dampaknya. Kadang-kadang diperlukan penggabungan solusi hasil seleksi untuk memecahkan masalah atau terdapat satu solusi jitu yang dapat memecahkan beberapa masalah berbeda yang terjadi secara bersamaan.
8)        Susun prioritas tindakan, untuk menentukan prioritas tindakan atas beberapa solusi pilihan, dapat dilakukan dengan cara pemetaan 4 kuadrant hubungan antara penting-genting dan dampak-tingkat kesulitan. Tentu saja prioritas pertama tindakan akan dimulai dari tindakan solusi yang penting-genting-dampak tinggi-mudah.
9)        Kembangkan rencana implementasi, dalam mengembangkan rencana implementasi perlu dipertimbangkan momentum waktu. Rencana ini sebaiknya dalam bentuk program kerja yang baik dan sistematis agar terkendali. Ada kalanya dalam suatu waktu tertentu terjadi beberapa masalah berbeda. Rencana implementasi juga harus dapat melihat efektifitas tindakan dengan menemukan suatu langkah yang dapat menyelesaikan beberapa masalah sekaligus (strategi jitu).

D.      Hipotesis
Beberapa ahli telah mengemukan pengertian hipotesis sebagai berikut :
1.      Menurut Dani Vardiansyah (2008 : 10), hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
2.      Menurut Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007:137), hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris.
3.      Menurut Mundilarso (tanpa tahun dan halaman) mengatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah tingkat kebenarannya sehingga masih harus diuji menggunakan teknik tertentu. Hipotesis dirumuskan berdasarakan teori, dugaan, pengalaman pribadi/orang lain, kesan umum, kesimpulan yang masih sangat sementara. Hipotesis adalah pernyataan keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya menggunakan data/informasi yang dikumpulkan melalui sampel.
4.      Menurut Trealese (1960) hipotesis adalah suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat diamati.
5.      Menurut Good dan Scates (1954) mengatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya.
6.      Menurut Kerlinger (1973) mengatakan hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel.
7.      Pendapat lain mengatakan hipotesis adalah suatu pernyataan mengenai satu atau lebih populasi yang belum tentu benar atau salah dan perlu diuji kebenarannya.
Berdasarkan pengertian hipotesis menurut pendapat para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan suatu dugaan sementara yang masih memerlukan pembuktian secara empiris.

E.       Langkah-langkah Membuat Hipotesis
1.         Penentuan masalah.
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
2.       Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi.Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
3.       Pengumpulan fakta.
Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
4.       Formulasi hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
5.       Pengujian hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan) terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
6.       Aplikasi/penerapan.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.




BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwapembelajaran pemecahan masalah adalah suatu kegiatan yang didesain oleh guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penugasan atau pertanyaan matematika. Dan ada langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pemecahan masalah dan menentukan hipotesis.

B.       Saran
Dalam makalah ini, masih banyak kekurangan. Kami sebagai penulis, menerima kritik dan saran yang membangun.


 

DAFTAR PUSTAKA

Amaliah, Nur. 2012. Pendekatan Pemecahan Masalah Masalah Problem. Dapat diakses pada URL: http://forumgurunusantara.blogspot.com/2012/10/pendekatan-pemecahan-masalah-problem.html. Diakses pada tanggal: Rabu, 27 Maret 2013.

Anonim. 2010. Model Pembelajaran Problem Solving. Dapat diakses pada URL: http://matematikacerdas.wordpress.com/2010/01/28/model-pembelajaran-problem-solving/. Diakses pada tanggal: Rabu,27 Maret 2013.

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

Satria. 2012. Pengertian Hipotesis Menurut Para Ahli. Dapat diakses pada URL: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2286061-pengertian-hipotesis-menurut-para-ahli/. Diakses pada tanggal: Kamis, 28 Maret 2013.

Suharsimi Arikunto. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Yusrizalfirzal. 2010. Kajian Teori Kerangka Konseptual dan Hipotesis. Dapat diakses padja URL: http://yusrizalfirzal.wordpress.com/2010/11/22/kajian-teori-kerangka-konseptual-dan-hipotesis/. Diakses pada tangga: Jumat, 29 Maret 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

pengunjung yang baik mohon tinggalkan komentar nya yaa..